KSAD mendatang harus piawai menjadikan prajurit memiliki
kearifan lokal dan kemahiran komunikasi antarbudaya.
Satu bulan mendatang, Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD)
Jenderal Pramono Edhie Wibowo akan memasuki masa pensiun dan mengakhiri
kariernya di TNI AD. Sejumlah nama jenderal bintang tiga muncul sebagai calon
pengganti orang nomor satu di jajaran matra AD ini: Reformasi TNI, peningkatan
kesejahteraan prajurit, pengembangan SDM yang mumpuni, bebas dari perilaku pelanggaran HAM serta
korupsi adalah
beberapa kriteria yang diharapkan
mampu diemban KSAD
mendatang.
Beberapa nama yang diembuskan sebagai calon
pengganti KSAD adalah Letjen TNI Moeldoko yang saat ini menjabat sebagai
Wakil Kepala Staf TNI AD (Wakasad), Letjen Budiman (Sekjen Kementerian Pertahanan),
Letjen TNI Langgeng Sulistyono (Sekretaris Menko Polhukkam), Lejten M Munir
(Panglima Komando Strategis Cadangan), Letjen Gatot Nurmantyo (Komandan Kodiklat),
dan Letjen Andi Geerhan Lantara.
Moeldoko merupakan alumnus terbaik Akmil 1981.
Peraih Adhi Makayasa yang lahir 6 Juli 1957 di Kediri, Jawa Timur, ini pernah
menjabat Kasdam Jaya, panglima Divisi I Kostrad, Pangdam Tanjungpura, dan Pangdam III/Siliwangi.
Adapun Munir merupakan lulusan Angkatan
1983. Ia pernah dipercaya sebagai ajudan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono,
pria kelahiran Kendal, Jawa Tengah, 28 Oktober 1958 ini kini menjabat sebagai
Panglima Komando Strategis Cadangan. Menariknya, jika Munir terpilih maka
melanjutkan tradisi sebelumnya bahwa para Pangkostrad yang kemudian akan
menduduki posisi KSAD, seperti halnya Pramono Edhie Wibowo, George Toisutta,
Ryamizard Ryacudu, dan Wiranto.
Anggota Komisi I Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati
berpendapat KSAD mendatang harus piawai menjadikan prajurit memiliki kearifan
lokal dan kemahiran komunikasi antarbudaya.
"Karena sekarang bukan zamannya perang otot.
Perang urat saraf menuntut seseorang memiliki kemampuan pikir yang tajam,"
tegasnya saat dihubungi SH, Selasa (2/4).
KSAD juga dituntut mampu mengembangkan sumber daya
manusia (SDM) dan meningkatkan kesejahteraan prajurit, serta hubungan antar institusi juga harus
dibenahi.
"MEF bukan hanya alutsista saja yang
dikembangkan, tapi juga kesejahteraan dan kemampuan serta pendidikan SDM,"
tandasnya. Politikus Hanura ini menilai tiga nama yang berpeluang besar menjadi
KSAD adalah Moeldoko, Munir dan Gatot.
"Moeldoko diketahui sebagai jenderal
akademikus, ini seimbang dengan KSAL yang doktor cumlaude dan KSAU yang
juga orang pendidikan. Munir dan Gatot, keduanya lulusan terbaik dan memiliki
pengalaman yang mumpuni. Tapi semua kan bergantung presiden," imbuhnya.
Mengenai tradisi
Pangkostrad menjadi KSAD dikatakan Susaningtyas lebih karena faktor pengalaman
lapangan untuk hal-hal khusus, termasuk penanganan pertahanan kedaulatan
bangsa.
Disinggung mengenai kinerja Pramono, Susaningtyas
memandang tidak serta merta
menyombongkan diri sebagai keluarga istana. "Walau keluarga Istana beliau
cukup memiliki pendirian yang tegas dan tidak mentang-mentang sebagai keluarga
Istana," selorohnya.
Meski dinilai cukup baik, perempuan yang mendalami
ilmu intelijen ini memandang masih ada kekurangan pada era kepemimpinan
Pramono, khususnya menyikapi beberapa peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini.
Dalam kepemimpinan Pramono dipandangnya masih banyak terjadi friksi dengan
institusi lain, khususnya Polri.
Direktur Eksekutif Imparsial Poengky Indarti
berharap profil KSAD pengganti Pramono memiliki track record bersih
dari korupsi, tidak melanggar HAM, dan mempunyai misi untuk melaksanakan
reformasi di tubuh TNI AD dengan sebaik-baiknya. KSAD mendatang diharapkan juga
sigap dan tanggap terhadap berbagai peristiwa, bersikap terbuka, dan bisa
berdialog dengan masyarakat maupun institusi pemerintah lain.
Hal lain yang tak kalah penting, kata Poengky,
KSAD tidak semerta-merta
mempunyai keahlian tempur, melainkan juga cerdas dan bisa berpikir strategis.
"Hal-hal tersebut sangat penting mengingat KSAD adalah posisi yang sangat
penting dan strategis, serta tantangan ke depan yang sangat berat, khususnya
yang terkait dengan keberlanjutan reformasi TNI AD, mengingat hingga saat ini
rapor TNI AD tidak terlalu cemerlang. Apalagi dengan adanya kasus yang terjadi
baru-baru ini seperti OKU dan Cebongan," ucap Poengky, Rabu (3/4) pagi.
Mengenai kinerja Pramono selama menjabat sebagai KSAD, Poengky
menilai biasa saja. Pramono urainya, malah diduga lebih banyak mendapat perhatian dan diistmewakan
karena merupakan adik ipar SBY. Di samping itu,
Poengky juga mengkritik kebijakan Pramono membeli tank Leopard yang dianggap boros
dan tidak efektif.
"Mudah-mudahan
KSAD mendatang benar-benar mampu menerapkan minimum
essential force dengan baik. Selain itu, banyaknya kasus
pelanggaran HAM yang dilakukaan aparat TNI AD semasa Pramono menjabat ternyata
tidak dibarengi penegakan hukum yang adil. Justru melanggengkan
impunitas," tegasnya. (M. Bachtiar Nur), Sumber Koran: Suara Karya (04 April 2013/Kamis, Hal. 03)