Penulis : Kontributor Magelang,
Ika Fitriana | Kamis, 18 April 2013 | 20:50 WIB
MAGELANG, KOMPAS.com - Puluhan kerabat
dan keluarga almarhum Wibowo, korban penganiayaan yang diduga dilakukan oknum
TNI menggelar aksi solidaritas di depan markas Detasemen Polisi Militer IV/2
Subdenpom IV/2-1 Kodam IV/Diponegoro Magelang, Kamis (18/4/2013). Mereka
menuntut agar kasus tersebut segera terungkap.
Di bawah guyuran hujan, mereka
berkumpul di Alun-alun Kota Magelang lantas berjalan kaki menuju Markas Denpom
yang berjarak sekitar 500 meter dari alun-alun. Dengan berpakaian serba hitam,
mereka menabur bunga di sepanjang perjalanan sambil membawa foto Wibowo semasa
hidup.
Sejatinya mereka akan menggelar
aksi di halaman dalam Markas Denpom, namun belum sampai masuk, penjaga piket
sudah meminta mereka berpindah ke depan markas atau di pinggir jalan raya.
Tepat di depan pagar markas, massa kemudian menggelar kain hitam-putih dan
memasang foto Wibowo semasa hidup. Selain itu massa juga memajang foto-foto
korban dalam kondisi penuh luka lebam.
Salah satu sahabat korban, Gepeng
Nugroho mengungkapkan rasa penyesalannya atas peristiwa tragis yang menimpa
Wibowo. Ia dan seluruh kerabat merasa terpukul dan sakit hati.
"Kedatangan kami di sini
hanya untuk mengingatkan Denpom agar menegakkan hukum dengan benar dan
seadil-adilnya. Serta mengungkap dengan terbuka terutama kepada pihak
keluarga," ujar Gepeng dalam orasinya.
Sebagai sahabat, Gepeng
menyatakan tidak mungkin Wibowo mengintip seperti yang dituduhkan para
pengeroyoknya. Karena menurut mereka, almarhum adalah sosok yang baik.
Selain orasi, kerabat korban
lainnya, Freddy juga memembacakan sebuah puisi di depan massa dan para aparat
baik Polri maupun TNI yang mengamankan jalannya aksi tersebut. Sebuah puisi
berjudul "Gugatan untuk Bowo" karya seminam Kota Magelang, Adhang
Legowo, dibacakannya dengan penuh penghayatan.
Hingga tampak raut muka kesedihan
para peserta, termasuk istri Wibowo bernama Niken pun terlihat tak kuasa
menahan air mata.
Seusai beraksi, massa kemudian
menyerahkan foto Wibowo kepada salah satu petugas jaga markas Denpom.
"Foto ini sebagai pengingat bahwa kasus ini harus diusut hingga tuntas.
Bukan sekedar formalitas belaka atau hanya disimpan," kata Gepeng. Salah
satu petugas piket Denpom itu pun menerima foto almarhum Wibowo sambil
mengatakan akan tetap memproses kasus ini.
Niken, istri almarhum Wibowo
menuturkan bahwa dirinya telah dimintai keterangan sebagai saksi oleh penyidik
Denpom, Selasa (16/4/2013), dan telah menandatangani berita acara pemeriksaan
(BAP) pada Rabu (17/4/2013). Niken mengaku dicecar 24 pertanyaan seputar
biodata suami dan kronologi kejadian.
"Saya ceritakan semuanya,
tentang suami saya. Saya juga menceritakan kronologi kejadian seperti yang
dikatakan suami saya sebelum meninggal," tutur Niken seusai aksi. Dari
penyidik, kata Niken, dia mengetahui bahwa pelaku penganiayaan suaminya itu
berjumlah 24 orang.
Diberitakan sebelumnya, Wibowo
(41), warga Kampung Sanggrahan Wates Kota Magelang diduga tewas akibat
dikeroyok oleh sejumlah oknum TNI. Pengeroyokan tersebut terjadi karena Wibowo
dianggap sering mengintip siswi-siswi SMK Kesdam yang sedang mandi di asrama
Rumah Sakit Tentara (RST) dr Soedjono, Jumat (12/4/2013).