Senin, 08 April 2013

Kapuspen TNI: Jiwa Korsa Harus Ada



Penulis : Fabian Januarius Kuwado | Jumat, 5 April 2013 | 20:19 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Kepala Pusat Penerangan Markas Besar TNI Laksamana Muda Iskandar Sitompul menegaskan, jiwa korsa atau korps kesatuan di tubuh prajurit TNI wajib ada. Hal tersebut berguna bagi prajurit yang tengah mengemban misi di daerah operasi. "Jiwa korsa itu harus ada. Manakala di suatu daerah operasi, kita ingin tegakkan negara kita wajib tolong-menolong," tegas Iskandar saat konferensi pers di Mabes TNI, Cilangkap, Cipayung, Jakarta Timur, Jumat (5/4/2013).

Meski demikian, motif 11 oknum anggota Kopassus Grup II Kandang Menjangan yang menyerang Lapas Kelas II Cebongan, Sleman, Yogyakarta, hingga membantai empat tahanan juga tak dibenarkannya. Menurut Iskandar, ke-11 prajurit menempatkan rasa korsa yang salah. "Ini yang disampaikan Menko Polhukam, Panglima, dan KSAD. Jiwa korsa ini harus ditempatkan pada tempat yang benar," lanjut Iskandar.

Ke depan, ujar dia, TNI akan melakukan pembekalan kembali bagi prajurit untuk menempatkan rasa korps kesatuan yang sesuai dengan cita-cita dan misi negara. Hal itu dilakukan agar kelak tak terjadi kembali kasus kekerasan atas dasar rasa korps akan kesatuan. Seperti diberitakan, TNI AD menyebutkan, para penyerang Lapas Cebongan adalah oknum Grup II Komando Pasukan Khusus Kartasura, Jawa Tengah.

Penyerbuan itu diduga melibatkan 11 anggota Kopassus dengan seorang eksekutor. Mereka membawa enam pucuk senjata api yang dibawa dari markas pelatihan di Gunung Lawu. Penyerangan itu disebut berlatar belakang jiwa korsa yang kuat terkait pembunuhan Serka Heru Santoso di Hugo's Cafe pada 19 Maret 2013. Empat tersangka pembunuhan Santoso yang kemudian ditembak mati. Tahanan itu yakni Gameliel Yermiyanto Rohi Riwu, Adrianus Candra Galaja, Hendrik Angel Sahetapi alias Deki, dan Yohanes Juan Manbait.