Rabu, 10/04/2013 13:06 WIB
Semarang - Beberapa jam setelah
penyerangan LP Cebongan Sleman pada 23 Maret, Mayjen Hardiono Saroso yang kala
itu menjabat Pangdam Diponegoro ngotot TNI tak terlibat. Namun akhirnya
berdasarkan hasil tim investigasi TNI AD terkuak bahwa pelaku adalah 11 oknum
anggota Kopassus. Apa alasan Hardiono ngotot saat itu?
"Saat kejadian, saya sedang
apel komandan satuan. Oke? Saya bisa langsung cek semua satuan," kata
Hardiono usai lepas sambut jabatan di Makodam IV Diponegoro, Jalan Perintis
Kemerdekaan, Semarang, Rabu (10/4/2013). Saat LP Cebongan diserang, Sabtu
(23/3/2013), Hardiono tengah berada di Magelang. Ia memimpin apel di Lapangan
Rindam. Berbagai kesatuan hadir.
Hardiono yang berbaju loreng dan
berbaret hijau ini menyatakan, jika akhirnya terbukti bahwa pernyataannya
terbantahkan, maka semua menjadi tanggung jawabnya. Ia melaporkan ke KSAD dan
menyatakan siap bertanggung jawab. "Itu bentuk tanggung jawab saya sebagai
Pangdam, sebagai Komandan Garnisun. Gitu!" tegasnya.
Jendral berkumis tebal ini
menjelaskan, tugas Pangdam cukup banyak. Sebagai Panglima, ia melakukan
pembinaan satuan dan penyiapan SDM yang profesional. Dia juga bertugas sebagai
panglima komando operasi manakala ada operasi di daerahnya dan panglima daerah.
"Yang keempat nih, dia sekaligus komandan Garnisun, yang bertanggung jawab
atas satuan organik dan non organik. Darat, laut, dan udara. Oke?"
tandasnya.
Hardiono resmi menanggalkan
jabatannya sebagai Pangdam dan dimutasi sebagai staf KSAD, Senin (8/4/2013). Upacara
serah terima jabatan dilakukan di Mabes TNI AD Jakarta. Pengganti Hardiono
adalah Mayor Jenderal TNI Sunindyo. Selain mengikuti lepas sambut, Hardiono
beramah tamah dengan personel Kodam dan penggantinya. Sumber : www.detik.com