Komando Pasukan Khusus (Kopassus) Tentara
Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI-AD), 16 April 2013, akan memperingati
ulang tahunnya yang
ke-61. Momentum kelahiran itu merujuk pada tanggal instruksi Panglima Tentara
dan Teritorium III, Bandung, Kolonel Alex Evert Kawilarang, tentang pembentukan
Kesatuan Komando Terorium III, tanggal 16 April 1952. Embrio korps baret merah
ini bermarkas di Batujajar, Bandung.
Pembentukan
kesatuan itu terkait kebutuhan satuan pemukul yang bisa digerakkan secara cepat
dan tepat, untuk menghadapi berbagai gerakan separatis tahun 1950-an. Beberapa
nama pernah disematkan: Kesatuan Komando Angkatan Darat(KKAD,
1953), Resimen Para Komando
Angkatan Darat (RPKAD, 1955), Pusat Pasukan Khusus TNI-AD (Puspassus TNI-AD,
1966), Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha, 1971), dan Komando Pasukan
Khusus (Kopassus, 1985).
Komandan
pertama dijabat Mayor Mochamad Idjon Djanbi, mantan kapten KNIL yang pernah
bertempur dalam Perang Dunia II. Sejak 15 Juni 2012, Komandan Jenderal (Danjen)
Kopassus dijabat Mayjen Agus Sutomo, 53 tahun, mantan Komandan Pasukan
Pengamanan Presiden (2011-2012).
Menyongsong
ulang tahun Kopassus, perwira kelahiran Klaten, Jawa Tengah, 14 Agustus 1960
dan lulusan Akademi Militer 1984 itu menerima wartawan Gatra Asrori S. Karni, Edmiraldo
Siregar, dan pewarta foto Agriana Ali, Kamis 28 Maret lalu di ruang kerjanya, Markas Kopassus,
Cijantung, Jakarta Timur. Agus Sutomo didampingi Asisten Intelijen, Letkol Inf
Richard Tampubolon, serta staf penerangan, Mayor Susilo, dan Mayor
Achmad Munir. Berikut petikannya:
Bagaimana peringatan ulang tahun
ke-61 Kopassus tahun ini dimaknai?
Pertama,
sebagai wujud syukur kepada Allah, kami laksanakan doa bersama agar satuan ini
tetap profesional, dicintai rakyat, dekat, dan mencintai rakyat. Kedua, ulang tahun ini
sebagai sarana evaluasi program. Hal positif kami tingkatkan, yang negatif kami
perbaiki. Ketiga, sebagai sarana mengingat jasa para pendahulu yang berprestasi
dengan segala pengorbanan untuk rakyat dan bangsa. Ini bahan motivasi kami agar
satuan ini menjadi lebih baik.
Sejak diangkat sebagai Danjen
Kopassus, tahun lalu, apa prioritas program dalam kepemimpinan Anda?
Sebagai satuan bin dan ops (pembinaan dan operasi),
kami mengacu pada program komando atas. Kami terus meningkatkan profesionalisme
prajurit dengan latihan dan peningkatan kemampuan. Ke dalam, saya tekankan
tertib administrasi sehingga membantu komando atas mencapai penilaian wajar
tanpa pengecualian dari BPK. Kami melengkapi alutsista (alat utama sistem
senjata) untuk memenuhi kebutuhan minimal sesuai dengan standar Angkatan Darat.
Tentang alutsista Kopassus,
bagaimana perkembangan terakhir?
Angkatan
Darat, khususnya Kopassus, alutsistanya tidak sebesar Angkatan Udara dan
Angkatan Laut, yang kekuatannya memang di alutsista. Kalau Angkatan Darat,
kekuatannya di personel. Kopassus punya tiga kemampuan, di darat, laut, dan
udara. Untuk kemampuan darat, kami sedang mengajukan senjata standar internasional,
seperti senjata serbu HK416, teropong malam, dan kendaraan taktis untuk tugas
khusus mendekati sasaran.
Untuk
kemampuan laut, kami tambah alat-alat selam dengan teknologi baru, seperti
beberapa alat untuk infiltrasi bawah air yang mampu mengangkat dua orang atau
satu regu, serta perlengkapan selam lainnya. Untuk kemampuan udara, kami
menambah payung free fall. Payung
kami sudah lama. Ini menyangkut keamanan prajurit. Kami ajukan juga alat bantu
penerjunan, seperti wind tunnel yang membuat
penerjun lebih cepat. Malaysia dan Singapura sudah punya, kita belum.
Kami
sedang proses semua perlengkapan itu. Targetnya, prajurit kami semakin
profesional. Di samping sudah militan, diperkuat alat. Saya ke Amerika,
Singapura yang negara kecil, dan Australia, kelengkapannya luar biasa. Mereka
bahkan punya helikopter masing-masing. Kopassus nggak punya. Jauh sekali
kita.
Ketika belum ada operasi militer
perang seperti saat ini, bagaimana Kopassus menjabarkan operasi militer selain
perang?
Dalam
Undang-Undang TNI Nomor 34 Tahun 2004, operasi militer selain perang ada 14 item, antara
lain bantuan kepada polisi, bantuan kepada pemerintah pusat dan daerah,
mengatasi aksi terorisme, termasuk bantuan bencana alam.
Kami
sudah melakukan langkah dan menjabarkan dalam format program satuan. Namanya
sekarang Binter (Pembinaan Teritorial) Satuan. Kami melaksanakan bakti TNI dan
sosial. Ada TNI manunggal penghijauan, pekan bersih, green elean healty. Kami sedang mengadakan Ekspedisi
NKRI 2013 koridor Sulawesi selama empat bulan. Mulai Maret ini sampai awal
Juli. Ini ekspedisi ketiga. Ekspedisi pertama di Sumatera (2011), Ekspedisi
kedua di Kalimantan (2012).
Ekspedisi
di Sulawesi melibatkan 1.500 personel TNI-AD, AL, AU, kepolisian, dan berbagai lapisan masyarakat,
mahasiswa, para peneliti, serta pemerintah daerah. Kegiatan ini meliputi
penjelajahan dan penelitian. Dalam ekspedisi ini, kami membangun jembatan
gantung. Jarak tempuh 8-10 kilometer diubah menjadi 1-2 kilometer saja. Daerah
tertinggal kami kasih bantuan air bersih atau sumur bor.
Kami
punya kegiatan pekan bersih. Kami turun tiap Jumat sepanjang lima kilometer,
membersihkan Sungai Ciliwung. Mudah-mudahan bisa dicontoh sepanjang aliran
Sungai Ciliwung sampai hilir sehingga bersih dan jadi tempat wisata.
Nanti,
di hulu, kami juga bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten dan Kota Bogor
serta Tangerang. Diharapkan, pemda bekerja sama. Kami siap mendukung agar
Sungai Ciliwung jadi idaman seperti di kota besar luar negeri. Kita punya
potensi dan harus bekerja sama.
Untuk
bantuan bencana, kami turun waktu Gunung Merapi meletus, tsunami Aceh, gempa
bumi Yogyakarta, jatuhnya Sukhoi di Gunung Salak, banjir Jakarta, dan sekarang sedang berlangsung bantuan
tanah longsor di Cililin, Bandung Barat. Waktu kami datang ke Cililin, di sana
belum ada orang.
Operasi kemanusiaan ini inisiatif
Kopassus atau menunggu permintaan bantuan?
Untuk
operasi kemanusiaan, sudah jadi kesepakatan, kami tidak boleh terlambat. Protap
(prosedur tetap) kami, datang paling awal di tempat kejadian dan meninggalkan
lokasi paling akhir. Siapa dengar duluan, baik langsung maupun melihat berita,
maka langsung turun. Kami bawa perlengkapan dan logistik yang
diperlukan untuk bantuan masyarakat.
Seperti
saat banjir Jakarta kemarin, kami ada indikator. Ada laporan bahwa kolam renang
Markas Kopassus kerendam, berarti Jakarta banjir. Saya langsung perintahkan
satuan siaga. Siaga berarti perlengkapan dan personel siap. Kami punya nasi,
namanya T2, sudah direbus.
Esok
paginya, kami langsung apel. Waktu itu belum ada yang turun. Kasad dan Wakasad
menelepon dan minta diurus. Dapur kami siap untuk pagi, siang, dan malam
masing-masing 200 bungkus. Sangat bermanfaat. Yang lain juga sudah siap. Tapi,
maaf, kami datang paling duluan. Kami sifatnya lebih sebagai pendahuluan,
agar yang lain ikut pastisipasi. Ini tugas
kita bersama dan bukan pekerjaan Kopassus saja. Kami sebagai inisiator.
Salah satu ancaman keamanan
aktual adalah terorisme. Kopassus sudah lama dikenal punya satuan anti-teror
terbaik. Bagaimana posisi Kopassus dalam isu terorisme belakangan ini?
Menghadapi
ancaman terorisme, kami punya Satuan 81 Penanggulangan Teror. Satuan ini setiap
hari latihan, baik kemampuan menanggulangi teror di darat, laut, maupun udara.
Operasi kami dalam hitungan detik, bukan menit. Walaupun keputusan nasional penanggulangan
terorisme ditangani kepolisian, satuan anti-teror kami setiap hari latihan.
Setelah ada Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2013,
agar TNI dilibatkan dalam penanganan gangguan keamanan dalam negeri, pimpinan TNI dan Polri
menandatangani MoU. Kami sebagai satuan operasional telah mengantisipasi. Jika sewaktu-waktu satuan kami
dibutuhkan membantu polisi, kami sudah siap. Saat ini pun kami siap.
Terkait
konteks aktual, tahun ini dan tahun depan dipandang sebagai tahun politik
menjelang pemilu. Bagaimana Kopassus menyikapi momentum ini dan implikasi tahun
politik bagi gangguan keamanan?
Sesuai
dengan intruksi pimpinan yang berpegangan pada reformasi internal, TNI tidak
boleh berpolitik praktis. TNI tidak boleh memihak satu golongan atau partai.
Itu jadi pedoman kami. Untuk tahun politik ini, Kopassus tetap sesuai dengan
tugasnya, melaksanakan latihan untuk meningkatkan profesionalisme prajurit.
Kalau
soal ancaman keamanan, paling kita melihat adanya perbedaan pendapat. Adanya kepentingan individu
dan golongan yang orientasinya mungkin saja kekuasaan. Semua ini berpotensi
tidak bagus jika
tidak dikelola dengan baik. Tapi, saya rasa, semua jajaran telah melaksanakan
persiapan dengan baik.
Masyarakat
juga sudah berpikir dewasa karena sudah lama berpolitik. Walaupun ada yang
bermanuver politik, kalau masyarakat dewasa, pengaruhnya kecil. Mudah-mudahan
kita bisa melaksanakan pesta demokrasi secara jujur, adil, terbuka, sehingga bisa
memilih wakil rakyat di DPR yang amanah, profesional, cerdas, pro rakyat dan
program nasional. Juga bisa menentukan kepala negara yang amanah, cerdas,
dihormati, bagus, serta bisa diterima di dalam dan luar negeri.
Soal
kedewasaan politik masyarakat, apakah dalam operasi militer selain perang,
Kopassus juga memasukkan
muatan pendidikan politik?
Tidak
ada. Tetapi dalam kegiatan sosial yang kami lakukan juga sambil kami sampaikan
wawasan kebangsaan. Bagaimana mencintai negeri, nasionalisme, dan pengenalan
kearifan lokal. Kami ajak masyarakat bisa menerima perbedaan, mau berpikir positif,
kebanggaan bernegara, mencintai negara dengan melaksanakan kewajiban, dan
sebagainya.
Perihal kasus terbaru, pembunuhan
empat tersangka pembunuh mantan anggota Kopassus di Lapas Cebongan, Yogyakarta,
membuat posisi Kopassus dalam sorotan. Bagaimana respons Anda?
(Danjen
Kopassus belum bersedia menyampaikan pernyataan terbuka.)
Insiden benturan aparat TNI
dengan Polri masih berlangsung. Kasus terbaru, serangan ke mapolres di Baturaja,
Sumatera Selatan. Anda punya solusi, bagaimana agar problem sejenis tidak
terulang?
Kita
harus menempatkan diri sebagai sama-sama alat negara. Ini harus diterapkan
dari atas sampai bawah. Prajurit TNI harus melihat polisi seperti saudara
sendiri. Sebagai partner kerja, polisi juga harus melihat TNI sebagai saudara.
Kita sebagai hamba Allah bukanlah makhluk individu, melainkan makhluk sosial
yang harus berinteraksi. Pimpinan TNI dan Polri terus berkomunikasi. Satuan
bawah harus meneruskan dan menjabarkan perintah pimpinan. Kalau ada sesuatu,
pimpinan bawah harus beraksi, tidak boleh membiarkan.
Di
Kopassus, ada beberapa penekanan. Kopassus harus selalu hadir dan kehadirannya
memberi arti pada lingkungan. Kehadirannya jangan menjadi masalah, tetapi
solusi. Bekerja harus berdasarkan sistem, tidak boleh maunya sendiri.
Kepedulian harus ditingkatkan melalui naluri intelijen. Arti peduli itu, kalau
kita punya kemampuan, kerjakan sendiri. Kalau tidak, koordinasikan dengan
atasan.
Ini selalu saya tekankan dan saya ingin semua
kesatuan bawah bisa menjabarkannya. Para komandan satuan harus jeli. Anak buah
harus hormat kepada atasan dan atasan harus dekat dengan bawahan. Minimal,
tidak ada hak yang boleh dipotong. Hak harus diterima tepat waktu. Ke depan,
tidak perlu terjadi lagi (bentrok oknum TNI-Polri), karena tidak ada untungnya.
Semua rugi. (G), Sumber: Majalah Gatra (10 April 2013/Rabu,
Hal. 90)