Sabtu, 06/04/2013 20:50 WIB
Semarang - Pangdam IV/Diponegoro
Mayjen TNI Hardiono Saroso menjadi perbincangan publik lantaran pernyataannya
yang membantah keterlibatan anggotanya terlibat dalam penyerangan LP Cebongan,
Sleman, Yogyakarta. Namun setelah hasil investigasi menyebutkan pelaku adalah
anggota Kopassus, Hardiono dimutasi.
Mayjen TNI Hardiono Saroso baru 9
bulan menjabat sebagai Pangdam IV/Diponegoro. Serah terima jabatan dilakukan
Juli tahun 2012 lalu. Hardiono menggantikan Mayjen TNI Mulhim Asyrof yang
memasuki masa pensiun.
Sebelum menjabat sebagai Pangdam
IV/Diponegoro, Mayjen TNI Hardiono Saroso bertugas sebagai Asisten Operasional
(Asops) Kepala Staf Angkatan Darat. Pria yang lulus dari akademi militer pada
tahun 1981 ini juga pernah menjabat sebagai Kasdam IV/Diponegoro pada tahun
2010.
Setelah delapan bulan menjabat,
terjadi peristiwa penembakan di LP Cebongan tanggal 23 Maret yang menewaskan
empat tahanan. Beberapa jam setelah kejadian, Pangdam IV/Diponegoro mendampingi
Menkum HAM dan menyatakan kelompok terlatih seperti yang terjadi dalam
peristiwa itu belum tentu dilakukan oleh aparat. "Aksi terlatih itu
relatif, semua orang ya terlatih," kata pria yang pernah menjadi kepala
operasi militer di daerah Manatuto dan Lospalos tahun 1983 hingga tahun 1985
itu.
Ia juga membantah senjata yang
digunakan pelaku bukan berasal dari kesatuannya. "Organik kita maupun
nonorganik, dan saya bertanggungjawab penuh semua yang ada di Kodam,"
tegasnya usai upacara penutupan pendidikan Secaba di Magelang tanggal 23 Maret
lalu.
Pada pernyataan tim investigasi
yang menangani kasus tersebut ternyata disebutkan pelaku adalah oknum anggota
TNI AD dari Grup 2 Kopassus Kandang Menjangan Kartasura.
"Secara ksatria dan
dilandasi kejujuran yang tinggi serta bertanggung jawab serangan ke Lapas pada
23 maret 2013, pukul 00.15 WIB, diakui oleh oknum anggota TNI AD yang
mengakibatkan 4 tahanan preman tewas," kata Ketua Tim Investigasi Wadan
Puspom AD Brigjen TNI Unggul K Yudhoyono saat jumpa pers di kantor Dispen TNI
AD, Jalan Abdul Rahman Saleh, Jakarta Pusat, Kamis (4/4/2013).
Dua hari setelah pengumuman hasil
investigasi, dikabarkan Mayjen TNI Hardiono Saroso dimutasi menjadi staf KSAD
di Mabes AD. Meski demikian Kadispenad, Brigjen TNI Rukman Ahmad mengatakan hal
itu tidak ada kaitannya dengan penyerangan LP Cebongan dan bukan merupakan
penurunan jabatan. "Nggak turun jabatan kan masih Mayjen, itu
evaluasi," ucapnya.
Sejak memberikan komentar terkait
peristiwa penembakan di LP Cebongan hingga hari ini, Hardiono belum bisa
dimintai konfirmasi. Ia juga tidak menghadiri acara ulang tahun ke-60 Batalyon
Inf 400/Rider di Semarang 25 Maret lalu.
Saat hendak dikonfirmasi di rumah
dinasnya di Jl Taman Diponegoro, Semarang, ternyata ia juga tidak berada di
tempat. Kapendam IV/Diponegoro Kolonel Inf Widodo Raharjo mengatakan sang
Panglima sedang berada di Jakarta.
"Maaf belum bisa wawancara,
Pangdam berangkat ke Jakarta, dan tidak boleh mengambil gambar kediaman
Pangdam. Saya harap dimaklumi, Pak. Tks," katanya lewat pesan singkat. Diketahui,
hari Jumat (5/4) kemarin, Pangdam sempat memimpin rapat terkait persiapan
pengiriman pasukan Batalyon 410 ke daerah rawan bersama Kasdam. Mutasi resmi
Mayjen TNI Hardiono rencananya akan dilakukan hari Senin (8/4) di Jakarta. Sumber : www.detik.com