Jakarta, Anggota Komisi I DPR Susaningtyas Nefo Handayani
Kertopati berpendapat ada tiga nama yang berpangkat bintang tiga berpeluang
menjadi Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) untuk menggantikan KSAD Jenderal
TNI Pramono Edhie Wibowo yang akan memasuki masa pensiun pada Mei 2013.
Tiga nama yang berpeluang besar menjabat sebagai
KSAD, kata Susaningtyas di Jakarta, Rabu (3/4), yakni Letjen TNI Moeldoko, Letjen TNI Gatot
Nurmantyo, dan Lejten TNI M Munir.
"Moeldoko diketahui sebagai jenderal akademisi
ini seimbang dengan KSAL yang doktor cumlaude
dan KSAU yang juga orang pendidikan. Sedangkan Munir dan Gatot, keduanya
lulusan terbaik dan memiliki pengalaman yang mumpuni. Tapi semua kan tergantung
Presiden," katanya.
Letjen TNI Moeldoko saat ini menjabat
sebagai Wakil Kepala Staf TNI AD (Wakasad), Letjen TNI Gatot Nurmantyo
(Komandan Kodiklat TNI AD), dan Letjen TNI M Munir (Panglima Komando Strategis
Cadangan). Tiga nama lainnya yang berpangkat bintang tiga, yakni Letjen Budiman
(Sekjen Kementerian Pertahanan), Letjen TNI Langgeng Sulistyono (Sekretaris
Menko Polhukkam), dan Letjen TNI Andi Geerhan Lantara.
Mengenai tradisi Pangkostrad menjadi KSAD, kata
politisi Partai Hanura ini, lebih karena faktor pengalaman lapangan untuk hal-hal khusus,
termasuk penanganan pertahanan kedaulatan bangsa.
Namun, dirinya berharap KSAD mendatang harus
piawai menjadikan prajurit memiliki kearifan lokal dan kemahiran komunikasi antarbudaya.
"Karena sekarang bukan
zamannya perang otot. Perang
urat syaraf menuntut seseorang memiliki kemampuan pikir yang tajam," kata
Nuning sapaan Susaningtyas.
KSAD juga dituntut mampu melakukan pengembangan
sumber daya manusia (SDM) dan meningkatkan kesejahteraan prajurit. Selain itu
hubungan antar institusi
juga harus dibenahi.
"Kemampuan pokok minimum (Minimum Essential Force/MEF) bukan hanya alutsista saja yang
dikembangkan, tapi juga kesejahteraan dan kemampuan serta pendidikan SDM,"
katanya.
Sementara disinggung mengenai kinerja Pramono,
Nuning memandang bahwa Pramono tidak serta merta menyombongkan diri sebagai
keluarga istana. Walau keluarga istana beliau cukup memiliki pendirian yang
tegas dan tidak mentang-mentang sebagai keluarga istana, ucapnya.
Meski dinilai cukup
baik, namun wanita yang mendalami ilmu intelijen ini memandang masih ada
kekurangan pada era kepemimpinan Pramono, khususnya menyikapi beberapa
peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini, seperti masih banyak terjadi friksi
dengan institusi lain, khususnya Polri. (ANT/YY), Sumber Koran: Berita Kota (04 April 2013/Kamis, Hal. 02)