Senin, 09 Desember 2013

Plus Minus Lima Jenderal Capres


09 Desember 2013

PILPRES 2014 tinggal menghitung hari. Beberapa nama sudah marak dijagokan menjadi presiden. Sepertinya Pilpres yang akan datang masih akan diwarnai persaingan ketat antarpurnawirawan jenderal. Sejumlah lembaga survei mencatat sekurangkurangnya lima pensiunan jenderal akan mencalonkan diri menjadi presiden. Kelimanya sudah mulai menjaring dukungan untuk memuluskan jalan mereka menjadi RI-1. Lantas, siapa sajakah mereka? Jendral (purn) Wiranto adalah jenderal pertama yang sudah mendeklarasikan diri sebagai Capres RI 2014. Meski banyak kalangan skeptis, namun Wiranto tak mau menyerah sebelum berperang. Ia memutuskan tetap maju untuk menjadi orang nomer satu di negeri ini. (Hal 98). Wiranto juga memiliki banyak kelemahan. Selain masih dianggap sebagai otak di balik kerusuhan 1998, dalam hal berkomunikasi politik Wiranto sangatlah lemah. Mantan Panglima TNI tersebut tidak pernah mengeluarkan pendapat yang luar biasa di hadapan masyarakat. Kelebihan Wiranto, ideologinya jelas, keindonesiaan dan kemajemukannya. Selanjutnya ada Prabowo Subianto.

Figur satu ini populer di mata masyarakat. Dibandingkan dengan jenderal-jenderal yang lain, elektabilitas Prabowo jauh di atas mereka. Pasalnya, Prabowo yang semasa masih berkarir di militer terbilang sangat cemerlang dan membanggakan. Bahkan Karir militer Prabowo termasuk yang tercepat dalam sejarah TNI. Prabowo bahkan sempat disebut sebagai The Brightest Star. Dialah jenderal termuda yang meraih 3 bintang pada usia 46 tahun (hal. 36). Prabowo memiliki gagasan yang visoner tentang visi kebangsaan dan kebudayaannya. Ia sangat ingin mengembalikan kejayaan dan martabat Indonesia sebagai bangsa besar dan berdaulat. Visi ini mengingatkan kita pada spirit yang dibangun oleh leluhur kita, yaitu semangat Sumpah Palapa Mahapati Gajah Mada dan doktrin Trisakti Bung Karno, yakni mengembalikan kejayaan dan martabat Indonesia sebagai bangsa yang besar dan berdaulat (hal 64). Tiga Cemerlang Tiga jenderal lainnya adalah Jenderal (Purn) Endriartono Sutarto, Marsekal TNI (Purn) Djoko Suyanto, dan Jenderal TNI (Purn) Pramono Edhie Wibowo. Ketiga tokoh ini memiliki karir dan prestasi di lingkup militer cemerlang. Djoko Suyanto adalah prajurit TNI AU yang pertama menjadi Panglima TNI, setelah Laksamana Widodo AS, dari TNI AL. Ia juga prajurit pertama yang harus melewati fit and proper test sebelum menjabat posisi Cilangkap 1 (hal 168).
Pemikirannya soal kepemimpinan juga terbilang luar biasa. Saat Prabowo mengemukakan kebutuhan Indonesia akan pemimpin yang berani dan kuat, Djoko Suyanto berani berpendapat beda. Menurutnya, Indonesia perlu pemerintahan efektif dengan civil society kuat, dengan institusi-institusi publik yang transparan dan akuntabel, dengan kebebasan sipil serta hukum yang bekerja, dengan penghormatan kepada local wisdom. Bukan orang kuat yang mengintervensi dan mendominasi berbagai aspek kehidupan (hal 166-167). Menilik sejarah politik di negeri ini, presiden berlatar belakang militer dinilai memiliki banyak keunggulan dibandingkan presiden dari kalangan sipil. Kita tentu masih ingat betapa kuatnya kekuasaan Jenderal Besar TNI (Purn) Soeharto saat menempati tahta kepresidenan RI. Setidaknya, Soeharto berhasil menduduki tahtanya selama 32 tahun.

Kita juga masih bisa merasakan kepemimpinan Jenderal TNI (Purn) Susilo Bambang Yudhoyono hingga di akhir periode kedua ini. Meski banyak sekali kritik terhadap kekuasaan yang dipegangnya, toh SBY masih kuat dan bertahan hingga saat ini. Realitas tersebut juga memperlihatkan kepada kita bahwa setiap kali Pemilu dilakukan, figur-figur dari kalangan militer selalu dijagokan. Buku setebal 180 halaman ini bisa jadi adalah media paling tepat untuk mengenal lebih dekat kelima jenderal tersebut.