Minggu, 08 Desember
2013, 10:50 WIB
BANJARNEGARA -- Mantan
Panglima TNI Jenderal (Purn) Endriartono Sutarto menilai kepergian pejuang
demokrasi asal Afrika Selatan, Nelson Mandela, meninggalkan ajaran tentang
kemuliaan menjalani perjuangan dengan berbekalkan konsistensi sikap.
"Selama
berjuang tentu ia tidak jarang mendapat tawaran untuk bekerja sama dengan
pemerintah 'apartheid', tetapi ia konsisten memperjuangkan kesetaraan hak bagi
kaumnya dan memilih mendekam di penjara untuk waktu yang panjang," kata
Endriartono di Banjarnegara, Jawa Tengah, Ahad (8/12).
Endriartono
menyebut Mandela sebagai sosok yang mampu mempertahankan konsistensi sikapnya,
termasuk dalam keadaan yang tidak menguntungkan dirinya.
Ia
juga mengatakan setidaknya ada dua hal penting di antara sekian banyak
pelajaran yang bisa dipetik dari perjalanan hidup mendiang Mandela.
"Pertama,
bahwa untuk mencapai tujuan dalam sebuah perjuangan jelas dibutuhkan
pengorbanan. Untuk kasus Mandela, ia rela mendekam di penjara dalam waktu yang
lama," katanya.
"Kedua,
bahwa dalam berjuang juga dibutuhkan keyakinan, niat dan tekad, sehingga pada
akhirnya ketika panggilan untuk berkorban muncul langkah perjuangan tidak
goyah," ujarnya menambahkan.
Endriartono
menuturkan bahwa Mandela sebetulnya bisa saja memilih jalan yang lebih mudah,
yaitu bekerja sama dengan pemerintah 'apartheid' Afrika Selatan, mengingat
status dan profesinya sebagai pengacara sekaligus cendekia.
Akan
tetapi, Mandela konsisten untuk melangkah di jalan perjuangan guna mewujudkan
kesetaraan bagi kaumnya, warga kulit hitam di tanah air Afrika Selatan.
Selain
itu, Endriartono juga menyebutkan bahwa Mandela merupakan tokoh yang konsisten
atas nilai-nilai kesetaran sebagai perjuangannya.