Rabu, 11 Desember 2013

Ekspedisi NKRI Bukan Unjuk Kegiatan Militer



Selasa, 10 Desember 2013


JAKARTA (Suara Karya): Menko Kesra HR Agung Laksono menegaskan, ekspedisi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) bukan unjuk kegiatan militer, melainkan untuk menanamkan pembangunan karakter bangsa (nation character building) kepada masyarakat yang tinggal di pulau-pulau terluar, terpencil, dan terisolasi.

"Ekspedisi ini juga untuk makin memperkukuh semangat NKRI," kata Agung Laksono usai membuka Seminar Nasional Hasil Ekspedisi NKRI: Koridor Sulawesi Tahun 2013, di Hotel Grand Sahid Jaya, Senin (9/12).

Hadir dalam kesempatan itu mantan Wakasad yang juga mantan Kasum TNI Letjen TNI (Purn) Suryo Prabowo, Komandan Jenderal (Danjen) Kopassus Mayjen TNI Agus Sutomo, Pangdam Pattimura Mayjen TNI Eko Wiratmoko, dan Deputi Menko Kesra Bidang Lingkungan Hidup dan Kerawanan Sosial Willem Rampangilei.

Menurut Agung Laksono, Kemenko Kesra dan TNI-AD tengah mempersiapkan Ekspedisi NKRI: Koridor Maluku dan Maluku Utara bertema "Peduli dan Lestarikan Alam Indonesia". Ekspedisi selama 4,5 bulan itu melibatkan 240 mahasiswa PTN/PTS seluruh Indonesia.

Kegiatan ekspedisi itu, menurut Menko Kesra, juga sarat ilmu pengetahuan yang dibarengi dengan melestarikan kebudayaan di suatu wilayah. Yang terpenting lagi dapat mengetahui tingkat kesejahteraan rakyat untuk segera diperbaiki. "Kita tidak akan tahu kalau tidak mengunjunginya. Jadi, bukan sekadar laporan-laporan," kata Agung menegaskan.

Agung Laksono mengatakan, ekspedisi NKRI koridor Maluku dan Maluku Utara akan dilaksanakan pada tahun 2014. "Ekspedisi ini merupakan kelanjutan dari tiga ekspedisi sebelumnya," kata Agung.

Dia menyebutkan, tiga ekspedisi lainnya di antaranya ekspedisi Bukit Barisan tahun 2011 yang dilaksanakan di Pulau Sumatera, ekspedisi khatulistiwa tahun 2012 di Pulau Kalimantan, dan ekspedisi NKRI Koridor Sulawesi 2013. Tiga ekspedisi itu, menurut dia, telah memberikan manfaat yang sangat berharga bagi masyarakat, bangsa, dan negara.

Menurut Agung, Indonesia memiliki 17.504 pulau yang terpencar di wilayah NKRI, memiliki banyak potensi kekayaan alam yang mencakup keanekaragaman hayati dan nonhayati yang belum terdata dengan baik. Di sisi lain, masih banyak masyarakat yang hidup di wilayah terpencil dan terisolasi.

"Masyarakat yang berada di wilayah terpencil dan terisolasi umumnya belum banyak tersentuh oleh program-program pembangunan sehingga akses terhadap pelayanan sosial, pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan politik," katanya.

Letjen TNI (Purn) Suryo Prabowo menambahkan, terkait dengan kegiatan yang melibatkan mahasiswa itu, TNI-AD dan Kopassus sudah bekerja sama dengan pihak kampus. Para mahasiswa dianggap cuti kuliah. Laporan hasil ekspedisi itu, meski diikuti secara sukarela, nilai bobotnya sama dengan nilai mata kuliah kuliah kerja nyata (KKN). "Nanti kami akan memberikan rekomendasi. Jadi, mereka tidak perlu mengikuti KKN lagi," katanya.

Ekspedisi sebelumnya, menurut dia, juga melibatkan mahasiswa. Pada pertama kali digelar Ekspedisi Bukit Barisan 2011 di wilayah Sumatera, 40 mahasiswa ikut serta, lalu pada tahun berikutnya meningkat menjadi 90 mahasiswa pada Ekspedisi Khatulistiwa 2012 di wilayah Kalimantan. Pada ekspedisi ketiga koridor Sulawesi tahun 2013, jumlah mahasiswa yang terlibat meningkat tajam, menjadi 200 mahasiwsa.

Di pulau-pulau terpencil dan terluar yang dikunjungi tim ekspedisi itu ada yang berpenghuni, ada juga yang tidak. Sementara di pulau yang berpenghuni, menurut Danjen Kopassus Mayjen TNI Agus Sutomo, terkadang ditemukan sekelompok masyarakat terasing. Masyarakat terasing yang ada di pulau itu harus diberdayakan--kalau perlu, direlokasi dengan bantuan pemda.

"Karenanya, perlu sosialisasi dan edukasi agar pembangunan kesejahteraan rakyat berjalan. Karena itu, ekspedisi ini memiliki nilai strategis. Selain membangun nilai kebangsaan dan wawasan nusantara, juga memberikan pengetahuan, keterampilan untuk meningkatkan pendapatan. Sehingga akses di bidang pendidikan, kesehatan, dan sosial jadi lebih baik," katanya. (Singgih BS)