Senin, 16 Desember 2013

1.158 Polisi dan TNI Amankan Pengukuhan Wali Nanggroe Aceh

Minggu, 15 Desember 2013 20:08 WIB

Banda Aceh - Beberapa personil polisi berjaga di sebuah pos tenda yang didirikan di depan gedung Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) di Banda Aceh, Ahad 15 Desember 2013. Dalam perkarangan gedung yang berada di Jalan Tgk Daud Bereueh itu, pekerja sibuk mendirikan tenda dan mempersiapkan segala sesuatunya guna pengukuhan Wali Nanggroe Tgk Malik Mahmud pada Senin, 16 Desember 2013.

Kepolisian Daerah (Polda) Aceh mengerahkan 1.158 personel aparat keamanan untuk pengamanan pengukuhan  itu.  “Sebanyak 250 anggota TNI dari Kodim dan batalion, selebihnya dari polisi,”  kata Komisaris Besar (Kombes) Polisi Gustav Leo, Kepala Humas Polda Aceh.

Menurut dia, angka tersebut di luar seratusan personel Satpol PP yang juga ikut membantu pengamanan. Personel keamanan sebagian besar ditempatkan di sekitar gedung DPRA dan pendopo Gubernur Aceh, serta beberapa titik lain dalam kota Banda Aceh.

Gustav juga mengatakan bahwa untuk memudahkan pengamanan sepanjang Jalan Tgk Daud Bereueh ditutup untuk umum. Penutupan jalan itu dimulai dari Simpang Jambo Tape sampai ke Simpang Lima. Namun masyarakat sekitar tetap dapat melakukan aktivitas seperti biasa, karena beberapa ruas jalan lain tetap dibuka.

Sumberdi kalangan Partai Aceh mengatakan beberapa mantan GAM juga ikut membantu pengamanan. Mereka hanya mengawal atau mendampingi Wali Nanggroe Tgk Malik Mahmud, saat berlangsungnya acara. “Jumlahnya tak banyak, mungkin puluhan,” ujar sumber itu.

Lembaga Wali Nanggroe adalah lembaga kepemimpinan adat tertinggi di Aceh.  Ini merupakan satu bentuk kekhususan Aceh sebagai amanah dari kesepakatan damai (MoU Helsinki) dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh.

Sebelumnya diberitakan, puluhan warga SAD di Desa Bungku, menderita luka-luka akibat diserbu ribuan personel gabungan Brigade Mobil, Satpol PP, tentara, dan petugas keamanan PT Asiatic Persada.

Penyerbuan yang terjadi sejak tanggal 7 Desember tersebut, dilakukan sedikitnya 1.500 personel gabungan.

Penyerbuan itu sendiri, dilakukan dengan alasan melakukan penggusuran untuk menertibkan penggunaan lahan sawit perusahaan tersebut.