Minggu, 15 Desember
2013, 14:26 WIB
REPUBLIKA.CO.ID,
SURABAYA -- Mantan
Panglima TNI, Jendral Purnawirawan Wiranto menghadiri upacara Hari Juang
Kartika di Lapangan Komando Daerah Militer V/Brawijaya, Surabaya, Jawa Timur,
Ahad (15/12). Kepada para wartawan, Wiranto mengaku ingin menyaksikan secara
langsung bagaimana semangat TNI AD dan tentunya perkembangan Alat Utama Sistem
Persenjataan (Alutsista).
"Saya
datang kemari karena diundang, selain sebagai mantan tentara, dan menghargai
undangan, saya ingin menyaksikan secara langsung, bagaimana semangat dan
tentunya alutsista," kata dia.
Wiranto
menilai semangat TNI AD masih seperti dulu, tidak kendur. Dan alutsista yang
dibeli mahal ternyata dirawat dengan baik. "Kita lihat ada alutsista
buatan tahun 1940 sekian masih dirawat," kata Wiranto.
Wiranto
berharap TNI AD terus menggali preofesional mereka. Terus mempertahankan
keutuhan NKRI guna melanjutkan pembangunan.
Masykuruddin
mengungkapkan dalam UU Pemilu memang menyebutkan TNI dan Polri dapat membantu
KPU dalam mengamankan proses Pemilu.
Mekanisme
pengamanan ini memang semestinya belajar dari Pemilu sebelumnya, tidak tumpang
tindih dengan Polri dan tidak tabrakan dengan biaya yang sudah dianggarkan.
Mengenai
anggaran yang berbeda dimana TNI mendapatkan dana Rp 100 miliar sedangkan
Kepolisian sebesar Rp 3,5 triliun, Masykuruddin mengatakan hal itu perlu
didorong agar dana itu benar-benar berdasarkan kebutuhan pemilu.
"Padahal
keduanya sudah punya anggaran sebagai pengaman masyarakat meskipun tanpa
Pemilu," ujarnya.
Untuk
itu, ia meminta agar kedua institusi itu memastikan logistik pemilu agar
terjaga betul.
"Lebih
ke pengamanan logistik bukan masyarakat pemilih karena menurut saya potensi
kerusuhannya kecil, kita sudah tidak punya kekhawatiran besar soal
kedamaian," katanya.
Masykuruddin
menyarankan agar anggaran tersebut jangan diperuntukkan untuk latihan militer
yang tujuannya pengamanan.