MENTERI Pertahanan (Menhan) China Jenderal Chang Wanquan sowan ke Gedung Kementerian Pertahanan, Jakarta, kemarin. Kepada rekannya Menhan Purnomo Yusgiantoro, Chang mengajak Indonesia kerja sama di bidang militer.
Cuaca cerah menyambut kedatangan Chang. Seperti biasa, upacara penghormatan yang diikuti lagu kebangsaan China oleh drum band Kemhan merupakan prosesi awal penyambutan tamu penting.
Yusgiantoro yang mengenakan setelan jas, menyambut hangat Menhan Chang, yang nampak gagah dengan seragam kemiliteran lengkap dengan berbagai lencana penghargaan.
"Selamat datang. Terima kasih sudah mau berkunjung ke Indonesia," sapa Yusgiantoro. Kehadiran Chang memang atas undangan Kemhan RI.
Setibanya di Kemhan, Chang tidak lupa menyampaikan kegembiraannya atas kedekatan hubungan antara warga dan petugas di sektor keamanan antar Indonesia dengan China.
"Setelah ini saya berharap akan ada lebih banyak lagi program bersama untuk meningkatkan persahabatan yang berkelanjutan. Indonesia adalah salah satu negara yang sangat menjunjung tinggi perdamaian. Kami sangat kagum," puji Chang.
Keduanya lalu menggelar pertemuan tertutup selama tiga jam. Usai pembicara antara kedua belah pihak, keduanya tampak sumringah sepertinya hasil pertemuan itu pas di hati. Dalam jumpa pers yang minus Chang, Yusgiantoro menceritakan mengenai pertemuan tersebut.
Yusgiantoro menyebut kerja sama yang konkret yang ditawarkan Pemerintah China. Yaitu di bidang militer darat, laut, dan udara. Kerja sama di darat akan diselenggarakan latihan bersama rutin dengan Kopassus.
Untuk kerja sama di bidang laut, kedua pasukan akan berlatih bersama dengan nama latihan Komodo dan digelar di Laut China Selatan (LCS). "Namun, lokasi latihan di LCS tidak akan menyentuh wilayah internasional. Kami hanya akan berlatih di wilayah kita saja," terangnya.
Sedangkan di bidang udara, China siap mendidik para pilot Indonesia untuk berlatih menggunakan simulator pesawat Sukhoi. Penggunaan simulator, ujar Yusgiantoro, dipilih karena apabila berlatih dengan pesawat asli, bisa memakan biaya tinggi. Di Beijing, mereka memang memiliki peralatan yang lengkap. Mereka tidak dikenakan biaya, ketika berlatih menggunakan simulasi.
Pemerintah Indonesia juga sedang dalam tahap untuk memesan simulator tersebut. Alat simulator itu tidak bisa tiba dalam waktu cepat di Indonesia, lantaran Kepala Badan Perencanaan Pertahanan (Kabarahan) dari Mabes TNI AU sedang meneliti simulator jenis apa yang pas untuk pesawat Sukhoi SU-27 dan SU-30. "Apabila jenis simulator yang cocok buatan Rusia, karena pesawatnya juga buatan dari sana, ya akan kita beli dari Rusia," imbuhnya.
Pada kesempatan itu, Yusgiantoro menekankan, Indonesia tak akan melakukan pembelian alat militer dari satu negara saja. Berdasarkan pengalaman di masa lalu, menggantungkan peralatan militer ke satu negara saja, dapat menyulitkan militer dalam negeri. (day), Sumber Koran: Rakyat Merdeka (17 Desember 2013/Selasa, Hal. 10)