INDONESIA tetap menganut sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta (hankamrata) meskipun berbagai modernisasi persenjataan terus dilakukan. Penegasan tersebut disampaikan Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Budiman yang menyebut TNI dan Polri sebagai kekuatan utama dan rakyat sebagai kekuatan pendukung.
Dalam sambutannya di seminar TNI-AD bertajuk Pemberdayaan Wilayah Pertahanan melalui Bimbingan Teritorial Bersama Segenap Komponen Bangsa bagi Kepentingan Pertahanan Negara, Jenderal Budiman mengatakan ancaman bagi kedaulatan NKRI ada dua, militer dan nonmiliter. "Sehingga tidak bisa pertahanan ditangani hanya oleh TNI dan Polri. Ancaman militer akan ditangani militer, sedangkan nonmiliter ditangani kementerian atau lembaga terkait," imbuhnya.
Atas dasar itu Budiman berharap terbentuknya kekuatan baik dari militer maupun sipil, berupa hard power dan soft power yang secara bersama dalam upaya bela negara. Dengan menilik sejarah, ,Budiman menjelaskan, sebelum reformasi TNI-AD terjebak pada kegiatan dwifungsi yang berlebihan. Memasuki era reformasi, tepatnya 2002, terbit UU Pertahanan. Pada saat itu, bimbingan teritorial dimasukkan, dengan tugas antara lain menjaga negara dari teroris, ikut perdamaian dunia, menjaga presiden, objek vital nasional, dan taruna negara.
Dalam seminar yang diikuti berbagai elemen masyarakat, di antaranya anggota TNI, anggota Polri, pejabat Kemenhan, pejabat Kemendagri, dan akademisi itu, Budiman mengatakan dalam pemberdayaan wilayah pertahanan, pemerintah mencoba semua yang dapat diproses sebagai kekuatan pertahanan. "Sayangnya, komponen pertahanan yang terdiri dari komponen utama, komponen cadangan, dan komponen pendukung belum diatur," tandasnya.
Pada kesempatan itu, Budiman mengeluhkan anggaran pertahanan yang rendah. Ia menekankan perlunya peningkatan kemampuan alutsista guna menjaga keamanan dan pertahanan. "Biaya pertahanan kita tidak pernah lebih dari 1%. Singapura, misal, bisa lebih dari 4% GDP (gross domestic product)," pungkas Budiman. (*/P-2), Sumber Koran: Media Indonesia (17 Desember 2013/Selasa, Hal. 07)