Selasa, 10 Desember
2013 | 18:26 WIB
MAGELANG,
KOMPAS.com – Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, termasuk kategori wilayah rawan
bencana, seperti tanah longsor, puting beliung hingga banjir lahar dingin dan
erupsi gunung Merapi. Kondisi tersebut perlu diwaspadai oleh masyarakat
setempat, tidak terkecuali para anggota TNI.
Oleh sebab itu,
anggota TNI Korem 072/Pamungkas menggelar pelatihan antisipasi bencana bersama
jajaran Pemerintah Kabupaten Magelang. Selama dua pekan ke depan mulai Selasa
(10/12/2013), mereka akan berlatih tentang penanganan antisipasi dan dampak
bencana.
Brigjen TNI MS
Fadilah, Komandan Korem 072/Pamungkas menyebutkan, pelatihan bencana merupakan
program dari Mabes TNI yang diarahkan ke jajaran TNI di wilayah rawan bencana.
Tujuannya, untuk menyatukan persepsi tentang penanggulangan bencana.
“Di sisi lain
juga untuk menjabarkan operasi militer di daerah bencana,” jelas Fadilah seusai
membuka secara resmi gladi posko di Lapangan Drh Soepardi Mungkid, Kabupaten
Magelang.
Ia menyebutkan,
materi pelatihan tersebut akan dibagi menjadi dua pokok kegiatan, yaitu gladi
posko dan gladi lapang. Gladi posko akan dilaksanakan di GOR Gemilang hingga 16
Desember 2013. Sedangkan gladi lapang akan dilaksanakan di kawasan rawan
bencana di Kabupaten Magelang seperti Kecamatan Dukun, Srumbung, Sawangan dan
Salam selama satu minggu berikutnya (16-22/12/2013).
Sedikitnya,
1.200 personel TNI mengikuti pelatihan itu. Ditambah dengan jajaran Pemkab
Magelang seperti Tim SAR, BPBD, relawan, dan institusi lain. “Karena itu,
kegiatan ini penting untuk meminimalisir korban jiwa dan material akibat
bencana tersebut, TNI tidak bisa bekerja sendiri, utamanya akibat bencana
erupsi funung Merapi,” jelas Fadilah.
Seksi Gunung
Merapi BPPTK, Heru Pamungkas mengungkapkan dukungan atas penyelenggaraan
pelatihan yang dilaksanakan oleh TNI, mengingat warga perlu mengetahui langkah
antisipasi serta tindak lanjut jika erupsi gunung Merapi benar- benar terjadi,
meski Merapi saat ini masih berstatus normal.
“Status Merapi
kalau mau erupsi itu dari normal menjadi waspada, kemudian siaga dan meningkat
jadi siap. Dalam pelatihan ini, kami menggambarkan kondisi Merapi dalam status
waspada, dan sesuai prosedur, kami akan melakukan koordinasi dan sosialisasi
dengan daerah- daerah rawan KRB 3,” katanya.
Jika dalam
kondisi sebenarnya, kata dia, status Merapi sudah meningkat menjadi siaga, maka
warga harus sudah siap untuk mengungsi ke barak pengungsian. Terutama bagi
orangtua (jompo), bayi, dan perempuan.
Kepala Bidang
Kedaruratan Bencana dan Logistik BPBD Kabupaten Magelang, Joko Sudibyo
menambahkan, pelatihan ini merupakan gabungan antara SOP BNPB dan militer,
sehingga keduanya terjalin harmonisasi.
“Harapan kami
tidak hanya berhenti pada pelatihan saja, tapi juga ketika terjadi bencana sebenarnya,"
ujar Joko.
Tampak hadir
dalam kegiatan pembukaan pelatihan, perwakilan Badan Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, Komandan Kodim 0705
Magelang Letkol Kav Adang Sumpena SIP, Kapolres Magelang AKBP Murbani Budi Pitono
dan Bupati Kabupaten Magelang Ir H Singgih Sanyoto. (Editor : Farid Assifa)