Tuesday, 10
September 2013 03:05
BOGOR - Pasukan
khusus dari 18 negara sedang berkumpul di Sentul, Bogor. Mereka mengikuti
pelatihan bersama counter terrorism training
selama lima hari. "Indonesia bangga menjadi tuan rumah pasukan
pasukan terbaik di dunia," ujar Panglima TNI Jenderal Moeldoko saat
membuka pelatihan bertajuk CTX " ADMM plus itu.
Moeldoko
menjelaskan, pasukan elit kontra teror akan bersama-sama mencari strategi
paling pas untuk mencegah terorisme. "Prinsip utama adalah mencegah
sebelum terjadi. Ini butuh strategi yang akan difikirkan bersama," kata
doktor di bidang ilmu pemerintahan Universitas Indonesia itu.
TNI Juga sedang
menggagas sebuah badan baru bernama Komando Operasi Khusus TNI (Indonesian
Special Operation Command). "Unit itu nanti merupakan wadah dari operasi
gabungan yang akan melibatkan pasukan elit ketiga matra TNI," katanya.
Secara struktur
keorganisasian, komando operasi baru TNI ini nanti akan langsung berada di
bawah panglima TNI. Untuk saat-saat awal, kajian internal TNI menyatakan TNI AD
melalui Komando Pasukan Khusus TNI AD menjadi pucuk pimpinan.
Sebenarnya,
selain Korps Baret Merah itu, ada beberapa lagi pasukan khusus di lingkungan
TNI yang berkemampuan intelijen, kontra intelijen, pertempuran trimatra
(beraksi di laut, udara, dan darat), dan lain-lain.
Mereka adalah
Detasemen Jalamangkara Korps Marinir TNI AL, Komando Pasukan Katak TNI AL, dan
Detasemen B90 Bravo Korps Pasukan Khas TNI AU. Masih ada lagi Batalion Intai Amfibi Korps Marinir TNI AL,
yang fungsinya lebih mirip dengan US Marine Scouts pada Korps Marinir Amerika
Serikat.
Kekuatan,
kemampuan, dan doktrin dari seluruh pasukan khusus TNI itulah yang akan
disatukan di dalam Komando Operasi Khusus TNI tanpa menghilangkan identitas dan
doktrin awal pasukan. Ada beberapa model organisasi dan pengerahan yang bisa
diikuti.
"Bentuk
idealnya masih dirumuskan. Bisa dalam bentuk regu komando yang kecil namun
unsurnya lengkap," katanya.
"Pasukan-pasukan
khusus 10 negara ASEAN hadir ditambah mitranya dari Amerika Serikat, Selandia
Baru, Jepang, Korea Selatan, India, Rusia, China, dan Australia." Latihan
gabungan pasukan-pasukan elit 18 negara ini baru pertama kali dilaksanakan di
dunia, hasil dari Pertemuan Menteri Pertahanan se-ASEAN di Hanoi, Viet Nahm,
pada 2010.
Moeldoko
menjelaskan, aksi terorisme kini dilakukan secara mandiri dengan struktur
organisasi linier, terpisah, dan tidak jelas." Duta Besar Amerika Serikat
untuk ASEAN, David Carden juga hadir membuka acara itu."