Rabu, 11 September 2013

Pola mirip SBY dan Soeharto memupuk ajudan presiden



Selasa, 10 September 2013 01:04:00


Pada masa Presiden Soeharto, jalur promosi paling efektif untuk puncak karier militer maupun kepolisian adalah ajudan presiden. Posisi ajudan presiden sangat prestisius pada era Orde Baru.

Sebut misalnya Try Sutrisno yang menjadi Pangab (1988-1993). Puncak karier Try adalah menjadi wakil presiden. Laju yang sama juga dialami Wiranto, ajudan Pak Harto (1989-1993). Kariernya meroket bermula dari Kasdam Jaya, Pangdam Jaya, Pangkostrad, KSAD, dan lima tahun setelah lepas dari ajudan menjadi Panglima ABRI.

Karier cemerlang lainnya juga dialami ajudan Presiden Soeharto seperti Jenderal Polisi Kunarto dan Jenderal Polisi Dibyo Widodo yang menjadi Kapolri. Mantan ajudan lain seperti Hamami Nata, pernah memimpin Polda Metro Jaya sementara Sugiyono menjabat sebagai wakasad.

Mengapa karier ajudan, terutama pada era Pak Harto begitu mudah meroket? Ada beragam analisis tetapi jawaban paling sederhana adalah, semasa mereka menjadi ajudan, Pak Harto bisa langsung menilai loyalitas dan kemampuan mereka. 

Analisa ini dibenarkan oleh TB Hasanuddin, mantan ajudan Presiden BJ Habibie. Predikat karier meroket para ajudan Pak Harto, sebenarnya sangat dipengaruhi oleh faktor Pak Harto.

"Meroket itu tergantung atasannya. Kalau atasannya (presiden) masih menjabat ya tentu karier ajudan itu akan memiliki jabatan top," ujar TB Hasanuddin.

Kedekatan emosional itu ditambah dengan masa jabatan presiden yang cukup lama. Dia mencontohkan Presiden Soeharto yang 30 tahun lebih dan SBY yang 10 tahun memunculkan kesempatan bagi mereka mengkader pemimpin.

TB Hasanuddin lantas mencontohkan nasib ajudan-ajudan Presiden dengan masa jabatan pendek yang tak begitu mengkilap. Termasuk dirinya yang pernah jadi ajudan BJ Habibie, dengan karier yang tak bisa meroket.

"Kan Pak Habibie habis itu turun ya mana bisa saya meroket," ujar militer yang kini aktif sebagai politisi di PDIP itu.

Dalam catatan, jarang juga mantan ajudan Presiden Abdurrahman Wahid atau ajudan Presiden Megawati Soekarnoputri yang menduduki pucuk pimpinan militer atau polisi.

Mantan ajudan Gus Dur, Marsekal Muda TNI Sukirno misalnya, terakhir adalah Wakasau. Mantan ajudan Gus Dur lainnya Komjen Sutarman, posisi terakhirnya kini adalah Kabareskrim. Mantan ajudan Megawati, Budi Gunawan posisi terakhir adalah Kalemdikpol.

Kini, TB Hasanuddin melihat pola pengkaderan ajudan presiden yang juga dilakukan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Mantan ajudan SBY tercatat punya karier ke depan yang cemerlang. Sebut saja misalnya Muhammad Munir. Kini jabatannya adalah Pangkostrad dengan pangkat Letjen. Terbuka peluang baginya untuk menduduki posisi tertinggi TNI.

Mantan ajudan SBY lainnya yang punya karier cemerlang adalah Bagus Puruhito (ajudan pada periode 2004-2009). Bagus kini berpangkat marsekal muda. Dia pernah menjadi Danlanud Halim, dan kini menjabat Asisten Operasi Kasau. Nama lain adalah Putut Eko Bayuseno yang kini menjabat Kapolda Metro Jaya dan punya peluang sebagai kepala Polri.

"Tradisi Pak SBY itu menerapkan seperti apa yang menjadi tradisi Pak Harto," kata TB Hasanuddin. Sumber : www.merdeka.com