Sabtu, 21/09/2013 - 13:09, BANDUNG, (PRLM).- Nasionalisme rasa persatuan Indonesia tengah terjadi distorsi. Ini karena yang lebih mengemuka sistem multipartai dengan tujuan satu indonesia tidaklah sesuai. Dalam pelaksaanan dalam partai lebih mengembang kepentingan golongan dan partainya. Demikian dikemukakan Mantan Duta Besar RI untuk Beijing Mayjen TNI (Purn) Sudrajat, MPA dalam Kuliah Umum "Krisis Nasionalisme dan Idealisme Bangsa dalam Sistem Hankam NKRI" di Kampus Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pasundan, Jln. Lengkong, Kota Bandung, Jumat (20/9/13)
Menurutnya saat ini tengah terjadi pertengkaran dan konflik kepentingan di antara elit politik. Mereka harus kembali merumuskan kepentingan bangsa. Ini terjadi kristalisasi, primodalisme dan otonomi daerah yang kebabalasan memunculkan primodial.
"Sekarang muncul fenomena Jabar harus dipilih orang Sunda. Orang Papua harus dipimpin orang Papua. Ini terjadi pengkrucutan. Dalam konteks nasionalisme tidka harus di kemukakan hak-hal seperti itu," ujar Mayjen TNI (Purn) Sudrajat.
Dia menambahkan pemimpin tidak perlu dilihat dari mana asalnya. Akan tetapi dilihat asal kemampuannya memimpin bangsa dan menyejahterakan rakyat. Dan perbuatannya untuk kepentinan rakyat. "Ini suatu hal yang kira harus diperhatikan. Bagaimana dalam prakteknya kita berbhineka dan siapa saja yang bagus bisa memimpin. Itulaj kebhinekaan," pungkasnya.