Sewaktu Presiden SBY menunjuk Purnomo Yusgiantoro sebagai Menteri Pertahanan dalam Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II, tidak sedikit kalangan profesional meragukan kemampuan pria kelahiran 16 Juni 1951 ini dalam membangun kembali pertahanan RI dan kekuatan TNI.
Cibiran juga pernah dirasakan suami Sri Murniati Sachroini ini ketika diangkat sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dalam kabinet pemerintahan Presiden Abdurahman Wahid (2000-2001). Purnomo yang tidak begitu dikenal publik, ketika diprediksi membuat kondisi energi nasional makin parah. Apalagi saat itu Indonesia belum pulih dari krisis ekonomi terparah dalam sejarah RI. Tetapi prediksi-prediksi miring itu mampu dipatahkan Purnomo. Peraih anugerah Bintang Mahaputera Adipradana ini mampu mengukir keberhasilan.
Kini, dalam masa tugas memasuki tahun kelima sebagai Menhan, Purnomo sudah berhasil membangun kembali industri pertahanan yang sebelumnya nyaris mati. Dia juga berhasil membangun kembali kekuatan alat utama sistem pertahanan (alutsista) TNI. "Saya yakin, militer Indonesia akan menjadi salah satu kekuatan yang berpengaruh di kawasan Asia Pasifik," katanya optimistis.
Itulah Purnomo. Dikenal sebagai sosok pemberani dan nekat dalam mem¬buat terobosan meski tidak populis. Seperti yang pernah dilakukannya menaikkan har¬ga bahan bakar minyak (BBM) dan tarif da¬sar listrik (TDL) saat menjabat Menteri ESDM pada era pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri dan Presiden SBY. (Feber S), Sumber Koran: Suara Karya (13 September 2013/Jumat, Hal. 01)