12 September 2013, Forum Komunikasi Putra-Putri Purnawirawan dan Putra-Putri TNI-Polri (FKPPI) dibentuk pada saat Munas VII Persatuan Purnawirawan ABRI (Pepabri) tanggal 20 Juni 1977 di Asrama Haji Bukit Duri Jakarta Selatan. Setelah melalui proses panjang, organisasi itu disahkan dalam ulang tahun Pepabri pada 12 September 1978 di Gedung Nyi Ageng Serang Kuningan Jakarta.
Melihat sejarah kelahirannya, kehadiran organisasi ini harus bermakna bagi kehidupan bermasyarakat yang berdaulat di dalam NKRI. Karena itu, bagi anggota organisasi, wajib hukumnya untuk mempertahankan dan menegakkan NKRI secara kokoh hingga akhir hayat dikandung badan. Organisasi yang didirikan dengan penuh perjuangan, sebagai pewaris Sapta Marga dan Tribrata harus tampil tegar. Jangan seperti sekarang, hidup enggan mati pun tak mau.
Organisasi harus tampil dengan konsep mengisi kemerdekaan, dan NKRI menjadi harga mati. Kini, FKPPI yang menginjak usia dewasa, 35 tahun, harus berpikir untuk menatap masa depan yang lebih cerah. Kader, tentu tidak rela dengan kenyataan hidup organisasi yang hanya sebagai kenangan.
Maka, kepada sekitar 15.000 anggota FKPPI di Jateng, segera bangun dan berkarya, untuk berjuang melalui berbagi aktivitas. Berjuang menjadi moto hidup dalam meniti karier di mana pun berada. Kunci sukses ada pada kemauan diri, dengan mensyukuri nikmat
Tuhan YME yang senantiasa melindungi dalam kehidupan serbakeras ini. Tanpa melihat kepangkatan orang tua, anggota harus melakukan aktivitas yang bermanfaat bagi banyak orang. Hal itu supaya orang tua kita yang telah berjuang menegakkan kebenaran dan keadilan, jangan sampai dipandang sebelah mata oleh masyarakat.
Kita pun harus siap meluruskan seandainya ada yang belum selaras. Nama orang tua kita harus dikenang sebagai pengharum Bumi Pertiwi. Perjuangan mereka harus diteruskan melalui kemandirian dalam mewujudkan citacita kemerdekaan. Kita singsingkan lengan baju dalam satu barisan dan tujuan organisasi demi mewujudkan anak bangsa yang berguna bagi bangsa dan negara.
Sinar yang pernah membuat bumi ini cemerlang, harus kembali kita bangkitkan melalui langkah nyata. Meski bukan sebagai prajurit, jiwa yang mengalir dari orang tua harus tetap bergelora dalam diri anggota, seirama denyut jantung kehidupan. Jiwa korsa yang terbalut dalam darah Sapta Marga dan Tribrata menjadi roh kehidupan dalam bermasyarakat.
Karena itu, semua yang terhimpun dalam rumah ini, harus bangkit bersama dalam menata kehidupan berbangsa dan bernegara. Meski orang tua kita terkoyak, sebagai pewaris Sapta Marga dan Tribrata, anggota FKPPI harus tetap berani tampil. Penampilan yang terkonsep dalam perjuangan mengisi kemerdekaan, akan memberi arti untuk menyemangati keterwujudan cita-cita bangsa.
Pengisi Kemerdekaan
Putra-putri prajurit harus berani menunjukkan jati diri menjadi pejuang pengisi kemerdekaan. Karena itu, kita harus selalu dalam kesatuan langkah menyesuaikan dengan kemajuan zaman. Sebagai kader yang telah diantar dan dibesarkan menjadi orang terpandang dalam kehidupan bermasyarakat, tentu tidak rela dengan kenyataan hidup organisasi yang hanya sebagai papan nama.
Keberadaan organisasi saat ini seperti tergambarkan dalam penggal lirik lagu Drive Band, ’’Tidurlah, selamat malam, lupakan saja aku’’. Lirik lagu tersebut semoga mengingatkan semua anggota untuk segera bangun dan berkarya sebagaimana mestinya insan hidup dalam kehidupan bermasyarakat.
Di negeri tercinta ini, banyak ’’lahan’’ yang bisa diolah menjadi tempat meniti karier dan kehidupan. Banyak jalan menuju ke arah itu, dan organisasi bisa menjadi wadah berhimpun untuk sharing. Berbagai pengalaman bisa kita jadikan rintisan menuju masa depan dan harapan dalam mencapai cita-cita. Dirgahayu FKPPI, jayalah selalu dengan moto ’’Sekali Layar Terkembang Pantang Surut Menyerah.’’