Senin, 02 September 2013

Kiprah TNI Kini di Pundak Jenderal Moeldoko



Sabtu, 31 Agustus 2013 | 01:01 WIB


INILAH.COM, Jakarta - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melantik dan mengambil sumpah Jenderal Moeldoko sebagai Panglima TNI, Jumat (30/8/2013). Komando TNI kini berada di pundaknya.

Jenderal bintang empat ini menggantikan Laksamana Agus Suhartono. Sebelumnya, Moeldoko menjadi Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) baru enam bulan. Dia menggantikan Jenderal Pramono Edhie Wibowo yang memasuki masa pensiun.

Lulusan terbaik Akademi Militer 1981 itu menjadi satu-satunya calon yang diajukan Presiden SBY dan lulus menjalani uji kepatutan dan kelayakan di DPR. Komisi I DPR bersepakat menyetujui Jenderal Moeldoko menjadi Panglima TNI untuk periode selanjutnya. Keputusan ini diambil oleh Komisi I DPR setelah mendengarkan pemaparan tentang visi misi Jenderal Moeldoko dalam uji kepatutan dan kelayakan sebagai Panglima TNI.

Sembilan Fraksi di Komisi I, semua fraksi memberikan persetujuan terhadap calon Panglima TNI yang diajukan SBY, yakni Jenderal TNI Moeldoko untuk jadi Panglima TNI periode berikutnya.

"Saya siap menjadi Panglima untuk memimpin TNI," ujar Moeldoko, saat pemaparan visi dan misi di Gedung DPR, Jakarta, baru-baru ini. "Sikap saya sangat jelas, tegas, dan tidak kenal kompromi dalam menjaga NKRI,” tandas pria kelahiran Kediri, Juli 1957 itu.

Ketegasan Moeldoko inilah yang membuat anggota DPR sepakat menyetujui jenderal yang melaporkan memiliki kekayaan senilai Rp36 miliar kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk diangkat menjadi Panglima TNI.

Sesaat setelah dilantik dan resmi menjabat sebagai Panglima TNI, Jenderal Moeldoko mengatakan akan membentuk pasukan khusus anti teror. Unit khusus ini penting bagi TNI untuk turut memberantas aksi teror.

"Saya kira, itu perlu, satu hal yang sedang saya pikirkan," kata Moeldoko. Hanya saja, soal nama tim tersebut belum terpikirkan. Namun, akan khusus menangani soal terorisme seperti Densus 88 Polri. Bahkan, mantan KSAD ini mengaku akan memadukan Angkatan Darat (AD), Angkatan Laut dan Angkatan Udara (AU) untuk masuk dalam tim itu.

Jenderal yang menikahi Koesni Harningsi dan dikaruniai dua anak, yakni Randy Bimantoro dan Joanina Rachma itu selama kariernya pernah bertugas di beberapa satuan dengan jabatan yang cukup strategis. Seperti Wadan Yonif 202/Tajimalela, Danyonif 201/Jaya Yudha, Dandim 0501 BS/Jakarta Pusat, Sespri Wakasad, Pabandya-3 Ops PB-IV/Sopsad.

Juga Komandan Brigif-1 Pengamanan Ibu Kota, Asisten Operasi Kepala Staf Kodam VI/TPR, Dirbindiklat Pussenif, Danrindam VI/TPR, Danrem 141/TP Dam VII/WRB, Pa Ahli Kasad Bidang Ekonomi dan Dirdok Kodiklat TNI AD.

Pria yang piawai menyanyikan tembang-tembang lawas ini juga pernah menjabat Kasdam Jaya tahun 2009, Pangdivif 1/Kostrad 2010, Pangdam XII/Tanjungpura 2010, Pangdam III/Siliwangi tahun 2010, Wagub Lemhanas 2011, Wakasad tahun 2013, dan Kasad tahun 2013.

Moeldoko pernah mengikuti Operasi Seroja Timor-Timor tahun 1984 , Konga Garuda XI/A tahun 1995. Ia juga pernah mendapat penugasan di Singapura, Jepang, Irak-Kuwait, Amerika Serikat, dan Canada.

Tanda Kehormatan Negara yang pernah diraih Moeldoko berupa Satya Lencana Kesetiaan VIII, XVI dan XXIV, Satya Lencana Seroja, Tanda Jasa dari PBB, Satya Lencana Santi Dharma, Bintang Kartika Eka Paksi Nararya, Bintang Yudha Dharma Nararya, dan Bintang Kartika Eka Paksi Utama.

Tak hanya memiliki karir cemerlang di kemiliteran, Moeldoko juga rajin menimba ilmu di perguruan tinggi. Sang jenderal ini juga telah berhasil meraih gelar Doktor (S-3) jurusan Administrasi Negara dari Universitas Indonesia. [mdr]