Senin, 16 September 2013 | 15:52
Jakarta - PT Pertamina Eksplorasi dan Produksi (Pertamina EP) menyatakan distribusi minyak mentah melalui jalur pipa Tempino, Jambi menuju Plaju, Sumatera Selatan sudah kembali normal. Tidak ada lagi aksi penjarahan minyak.
Presiden Direktur Pertamina EP, Syamsu Alam mengatakan distribusi minyak mentah itu sudah bisa dilakukan pada akhir Agustus kemarin. Aksi penjarahan sudah bisa diredam setelah aparat TNI dan Polri turun tangan mengatasi hal tersebut.
"Sudah zero pencurian. Sudah bisa dialiri minyak. Kami ucapkan terimakasih kepada TNI-Polri," kata Syamsu di Jakarta, Senin (16/09).
Syamsu menuturkan, di sepanjang jalur Tempino-Plaju terdapat sekitar 300 kilang liar. Kegiatan operasi TNI-Polri sudah menumpas sebagian besar kilang tersebut dan diharapkan kilang liar tidak ada sama sekali. Ia menjelaskan pihaknya sudah berupaya mencegah aksi pencurian dengan menanam pipa distribusi di kedalam dua meter.
"Kami juga terapkan pola pengamanan baru," jelasnya.
Sementara itu, Public Relation Manager Pertamina EP, Agus Amperianto menambahkan pipa Tempino-Plaju sudah mengalirkan kapasitas maksimal sebesar 12.000 bbls per hari. Dia menjelaskan pola pengamanan yang diterapkan yakni aparat TNI tetap dilibatkan dalam konsep kerjasama pembinaan territorial, hingga ke seluruh daerah pelosok jalur pipa Tempino-Plaju. Sedangkan aparat Kepolisian melakukan patroli rutin serta menegakkan hukum.
Pipa Tempino-Plaju tersebut dioperasikan secara komersial sejak 17 Juli 2013 setelah melalui masa pra dan commissioning sejak 9 Juli 2013. Jalur pipa tersebut menggantikan pipa lama yang sudah tidak aman untuk dioperasikan karena terlalu banyak mengalami kerusakan akibat aksi illegal tapping yang tidak bisa dikendalikan.
Jalur pipa baru Tempino–Plaju dengan panjang 260 kilometer ditanam pada kedalaman 1,5-2 meter di bawah permukaan tanah. Jalur pipa baru tersebut semula diharapkan dapat menghentikan aksi penjarahan minyak yang menghubungkan sekitar 9 sumber minyak menuju Kilang Pertamina Refinery Unit III Plaju.
Rata-rata losses selama sepekan operasi komersial mencapai 18 persen dari rata-rata penyaluran 12.000 bph. Apabila dilihat trennya, losses cenderung meningkat dari semula hanya 4,45 persen pada hari pertama hingga terakhir sempat mencapai 39,5 persen. Dalam sepekan pengoperasian, kehilangan minyak telah mencapai sekitar 17.500 barel atau setara dengan Rp 17,5 miliar. (Penulis: Rangga Prakoso/MUT)