Senin,
02/09/2013 19:12 WIB
Jakarta - Mendengar
nama Puncak Jaya, selalu terbayang di benak kita beberapa aksi penembakan
brutal kelompok bersenjata versus aparat, baik TNI-Polri. Kondisi alam serta
akses untuk transportasi menjadi faktor penentu keamanan di wilayah tersebut.
Kapolres Puncak
Jaya, AKBP Marselis mengatakan, menjaga wilayah hukum Polres Puncak Jaya yang
membawahi lima Polsek dan 16 distrik memiliki kekhususan tersendiri.
Setiap anggota
dituntut mampu menguasai kondisi medan dimana mereka bertugas. Terlebih
memahami gerak kelompok-kelompok bersenjata yang kerap menyerang aparat.
"Mereka
mencari senjata dari kita (aparat). Karena, senjata itu bisa menaikan status
mereka di kelompoknya, bisa menjadi pemimpin (kelompok bersenjata)," kata
Marselis, Senin (2/9/2013).
Sebab itulah
yang para kelompok bersenjata tersebut menyerang aparat, baik TNI atau Polri.
"Itu yang mereka incar," katanya.
Oleh sebab itu,
setiap personel bersenjata yang berpatroli diimbau tidak keluar sendiri. Selain
menjaga satu sama lain, langkah ini pun untuk menghindari perampasan senjata
dari kelompok yang kerap berpindah-pindah titik lokasinya.
Polres ini
memiliki jumlah personel 230 orang yang ada di berbagai Polsek di wilayah
Puncak Jaya. Namun, Marselis tidak menjawab tegas berapa jumlah personel yang
seharusnya dapat mendukung pemeliharaan keamanan di Puncak Jaya.
"Jumlah
anggota kurang sekali. Tidak pernah dapat angka yang pasti, kita sudah minta
yang ideal," katanya tidak merinci jumlah.
Selain itu,
sulitnya akses transportasi pun turut menjadi faktor penunjang keamanan di
sana. Transportasi untuk mencapai distrik satu ke distrik lainnya harus
ditempuh melalui jalan darat, yaitu jalur pegunungan yang cukup memakan waktu.
Sementara untuk
pengiriman logistik menggunakan pesawat berbadan kecil yang hanya mampu
mengangkut sembilan penumpang termasuk kru pesawat.
"Di Polres
belum ada pesawat atau helikopter untuk menjangkau lokasi, itu yang kita
tunggu-tunggu," harap Marselis.
Berbeda dengan
kondisi markas kepolisian lainnya. Di wilayah tersebut markas tidak berdiri
dengan semen dan bata. Hal itu dikarenakan mahalnya biaya angkut material
pembangunan dan tingginya harga material.
"Diatas
sana markas kita seperti Polres dan Polsek sebagian besar dari kayu. Karena
mahal sekali beli semen ataupun beton di sana," ujarnya.
Cuaca ekstrim
juga kerap merundung kawasan ini. Bila cuaca tidak memungkinkan, personel yang
terjebak di tengah hutan atau tengah baku tembak dengan kelompok bersenjata,
mau tidak mau menunggu cuaca kembali normal.
"Kalau
personel bawa mayat rekannya yang meninggal, sementara cuaca sedang ekstrim,
dia harus menunggu cuaca itu kembali normal," ujarnya.
Menanggapi itu,
Kapolri Jenderal Timur Pradopo mengatakan bila Polda Papua memiliki sarana
tersebut. Selain juga dimiliki oleh jajaran TNI untuk digunakan bersama demi
kepentingan pengamanan wilayah.
"Artinya
tidak ada halangan untuk itu," katanya. Sumber : www.detik.com