KALBAR - Menyambut
HUT Kemerdekaan RI ke-68, kemeriahan melanda perbatasan Entikong, Kabupaten
Sanggau, Kalimantan Barat Pasalnya, jajaran Musyawarah Pimpinan Kecamatan
(Muspika) setempat bersama jajaran Pengamanan Perbatsan (Pamtas) TNI Yonif
403/WP beserta tokoh masyarakat dan pemuda melakukan pemasangan bendera
raksasa.
Pemasangan
bendera merah putih raksasa itu dilakukan di puncak Gunung Benuan. Awalnya,
kemarin (13/8) pukul 09.00 digelar penaikan bendera merah putih di Tugu
Pancasila PPLB Entikong. Selanjutnya dilakukan pengibaran bendera raksasa
berukuran delapan meter di puncak Gunung Benuan.
"Pengibaran
bendera raksasa tersebut sebagai wujud cinta masyarakat perbatasan terhadap
NKRI. Sekaligus untuk memupuk rasa nasionalis di perbatasan," ungkap
Dansatgas Pamtas RI-Malaysia (Malindo) Letkol (Inf) Renal Aprindo Sinaga,
kemarin (13/8) di Entikong.
Menurut dia
juga, masyarakat perbatasan khususnya di Entikong tidak luntur semangat merah putihnya
dengan segala keterbatasan. Kendati pembangunan masih belum merata menyentuh
daerah pedalaman yang berbatasan langsung dengan Malaysia tersebut.
Pemasangan
bendera di sepanjang jalur darat perbatasan dan pengibaran bendera dengan
ukuran delapan meter di puncak Gunung Benuan merupakan simbol semangat warga di
perbatasan untuk mengisi kemerdekaan ini dengan berperan aktif di segala
bidang, baik itu dalam menyukseskan pembangunan dan lain sebagainya.
"Saya
berharap, masyarakat diperbatasan bukan hanya sebagai penonton semata. Namun
harus mengambil peran aktif dalam membangun beranda NKRI ini," paparnya.
Sementara itu,
Camat Entikong, Markus menegaskan ketertinggalan, pembangunan di wilayah
perbatasan ini jangan sampai menjadi alasan untuk melemahkan semangat merah
putih di perbatasan. Dengan keterbatasan dan ketertinggalan itu, mari kita
bahu-membahu membangun beranda NKRI di perbatasan Entikong.
Dia juga
mengungkapkan, selain memasang bendera di jalur darat menuju ke perbatasan
Indonesia-Malaysia, upacara HUT kemerdekaan RI yang Ke-68 akan dipusatkan di
Desa Suruh Tembawang.
"Ini
upacara yang pertama kalinya di luar kota kecamatan Entikong. Tujuannya adalah
untuk meningkatkan kembali semangat merah putih yang sudah mulai memudar,” ujar
Markus. Sedangkan Kades Entikong, R.Nurdin mengatakan masyarakat tidak menuntut
terlalu banyak kepada pemerintah, selama ini yang diinginkan masyarakat hanya
akses jalan yang lancar mudah dan berkualitas.
"Jika jalan
bagus dan berkualitas sudah tentu, masyarakat dengan mudah menjalankan
aktifitas. Dengan demikian pertumbuhan ekonomi juga meningkat," paparnya.
Di singgung Nurdin, selama 68 tahun Indonesia merdeka masyarakat Entikong masih
terkucil akibat mininimnya sentuhan pembangunan terutama akses jalan menuju
daerah pedalaman.
"Semoga
dengan adanya program pemerintah pusat untuk melanjutkan kembali pengerjaan
jalan paralel perbatasan bisa merubah wajah NKRI yang dulunya terbelakang
menjadi terdepan," harapnya. (ags/jpnn), Sumber Koran: Indo Pos (14
Agustus 2013/Senin, Hal. 06)