Panglima Komando Daerah Militer
VI/Mulawarman Mayjen TNI Dicky Wainal Usman tak bisa mewujudkan keinginannya ke
perbatasan pada 17 Agustus lalu. Padahal, ia dijadwalkan menjadi inspektur
upacara di Pulau Sebatik, Nunukan, Kalimantan Utara.
Itu karena helikopter yang akan
membawanya dari Tarakan ke Sebatik mengalami gangguan mesin. Dicky sudah duduk
di dalam heli MI-17 dan pintu pun telah ditutup. Namun, pilot memberitahukan
perihal adanya masalah pada mesin heli tersebut.
Sejumlah mekanik bergegas
memperbaiki. Sayang, masalah belum bisa ditangani. Alhasil, Dicky menonton
upacara di Istana Merdeka lewat layar televisi di ruang VIP Bandara Juwata,
Kota Tarakan.
"Padahal, di sana (Sebatik)
pasti menarik. Bisa jadi upacara di perbatasan adalah upacara paling menarik
dari yang pernah saya datangi. Tetapi namanya halangan, bisa terjadi kapan
saja," ujar pria kelahiran Makassar, 28 April 1957, ini.
Upacara di Sebatik, pulau yang
berbatasan darat dengan Malaysia, diikuti sekitar 2.000 orang, berlangsung
dengan inspektur upacara Wakil Bupati Nunukan Asmah Gani.
Tak urung Dicky kecewa. "Heli
ini dibeli tahun 2010 dan baru kami pakai setahun. Selama ini enggak ada
masalah. Sering juga heli ini saya gunakan dan heli ini juga yang tiap minggu
terbang ke perbatasan untuk mengirim logistik," katanya. (PRA), Sumber Koran: Kompas (26 Agustus
2013/Senin, Hal. 32)