Rabu, 28 Agustus 2013

Mi 35," Tank Terbang" Rusia Pesaing Apache




PERSAINGAN produksi senjata-senjata canggih di dunia tidak pernah berhenti. Selain Amerika Serikat (AS), Rusia juga salah satu produsen senjata canggih di dunia ini.

Salah satu alutsista yang pa­ling diminati adalah helikopter serbu AS, misalnya, memiliki AH-64D Apache yang terkenal sangat canggih. Namun Rusia ti­dak kalah dengan membuat he­likopter Mi 35 yang sangat cang­gih pula.
Dengan kocek yang dikeluar­kan sebesar 56,1 juta dolar atau setara dengan Rp64,5 miliar, TNI AD kini telah memiliki lima Helikopter tersebut sejak tahun 2010 yang bermarkas di Skadron 31/Serbu Pusat Penerbang­an TNI-AD.

Berdasarkan beberapa lite­ratur helikopter militer, Mi 35 memiliiki kesamaan fungsi de­ngan jenis AH-1 Cobra, UH-60 Black Hawk. AH-64 Apache ataupun A129 Mangusta, dan Kaman Ka-50 Alligator buatan Rusia. Helikopter ini disebut-sebut mampu menyaingi he­likopter AS AH-64D Apache. Perbedaannya Mi 35 lebih be­sar dibandingkan Apache, dan bisa mengangkut personel se­banyak delapan orang. Selain itu, Mi 35 sering disebut heli­kopter multi purpose yang di­fungsikan dalam berbagai ke­adaan dan keperluan.

Mi-35 P merupakan helikop­ter bermesin ganda yang ditu­jukan untuk memberikan du­kungan bagi tentara darat dari jarak dekat, menghancurkan kendaraan lapis baja, serta sebagai alat transportasi pasukan atau barang. Dengan kata lain, helikopter ini merupakan alat tempur pasukan infantri yang terbang.

Oleh pilot Soviet yang berba­hasa Rusia, Mi-35P dijuluki letayushiy tank atau "tank terbang". Konon tubuh dan kanopi kaca­nya mampu menahan tembakan hingga kaliber 20 milimeter dari jarak cukup dekat. Nama lain­nya adalah buaya karena kemi­ripan bentuk. Karakteristik lain­nya adalah kabin barang dan kokpit terhubung dengan ukur­an panjang 2,83 meter, lebar 1,46 meter dan tinggi 1,2 me­ter sehingga mampu mengang­kut delapan tentara yang dapat menembakkan senjata mereka dari jendela samping yang dapat dibuka.

Jumlah baling-baling atas he­likopter itu berjumlah lima de­ngan panjang 17,3 meter se­dangkan baling-baling ekor ber­jumlah tiga dengan panjang 3,9 meter. Panjang sayap adalah 6,5 meter. Helikopter itu dapat ter­bang hingga kecepatan 335 ki­lometer per jam dengan jumlah kebutuhan bahan bakar 360 li­ter avtur per jam. Bobot di darat helikopter tersebut tanpa mua­tan adalah 8,5 ton dan mampu membawa delapan tentara di­tambah senjata eksternal berbo­bot 1,5 ton.

Rusia mengekspor beberapa varian helikopter Mi-35 ke se­jumlah negara selain Indonesia, diantaranya adalah Republik Ceko yang memesan 10 helikop­ter pada 2005-200. Venezuela juga memesan 10 Mi 35M pada 2006, serta Brazil yang memesan 12 helikopter Mi-35M pada 2008. Varian helikopter Mi-35 tersebut banyak dipakai di Afghanistan sejak perang 2001 dan biasan­ya terbang membawa 1.470 pel­uru, 128 roket dan dua rudal anti tank. Jadi bisa dibayang­kan bobot maksimal helikopter serang yang mampu pula mem­bawa enam personel itu.

Model awal dari helikopter Mi-35P adalah jenis Mi-24, bisa di­bilang model paling mudah un­tuk dikonversi menjadi model-model lain lebih letal. Dari tipe inilah lalu lahir tipe Mi-35P yang pertama muncul perdana di muka umum pada peresmian batalion-batalion infantri raiders di Jakarta pada 2004.

Untuk kepentingan Indone­sia, Mil Mi-35P itu dimodifika­si dengan menambahkan sen­jata mesin fleksibel berkaliber 12,7 mm dan senjata laras gan­da dengan kaliber 30mm. Ber­sanding di antara dua NAS-332 Super Puma, jelas kemampuan helikopter berkursi duduk gan­da model tandem itu bertam­bah-tambah. Helikopter terse­but juga dilengkapi dengan sistem AT-6 tank anti rudal yang berguna dalam operasi kontra kendaraan lapis baja. Masih ada dudukan meriam dan sistem tembak untuk target udara yang bergerak lambat; yang semua­nya demi mendukung transpor­tasi pasukan.

Baik Apache maupun Mi 35 dirancang untuk segala medan pertempuran. Sejauh ini TNI su­dah memiliki Mi 35 dan diren­canakan akan membeli Apache. Kedua heli ini diharapkan mam­pu menjalankan fungsinya di medan operasi nanti. (han/dari berbagai sumber), Sumber Koran: Pelita (28 Agustus 2013/Rabu, Hal. 17)