KEBUTUHAN Alutsista TNI Angkatan
Darat begitu mendesak, termasuk Helikopter tempur guna memuluskan operasi
militer TNI. Selama ini Alutsista TNI AD sudah usang atau berumur lebih dari 20
tahun sehingga diperlukan perhatian serius oleh pemerintah dalam rangka
modernisasi Alutsista, dan sekaligus pembangunan kekuatan pertahanan.
Adapun kondisi Alutsista TNI
sebagian besar telah berusia tua, yaitu antara 25 sampai dengan 40 tahun.
Peralatan tersebut secara kualitas masih jauh di bawah standar dan sacara kuantitas
belum memenuhi kebutuhan Tabel Organisasi dan Peralatan (TOP)/Daftar Susunan
Personil dan Perlengkapan (DSPP), meskipun secara terus menerus dipelihara dan
diperbaiki agar siap dioperasikan.
Di antara kebutuhan yang mendesak
itu adalah kebutuhan untuk membeli helikopter serang. TNI AD akan membeli
helikopter tempur Apache dari Amerika
Serikat yang kini masih dalam tahap negosiasi.
Menteri Pertahanan Pumomo
Yusgiantoro mengatakan, rencana pembelian sejumlah helikopter serbu buatan
Amerika Serikat guna persiapan Skadron Apache,
dalam rangka membangun kekuatan pertahanan untuk menjaga kedaulatan Republik
Indonesia.
Diungkapkannya, beberapa negara di
Asia seperti China dan Jepang sedang membangun kekuatan pertahanan di negara
masing-masing. "Melihat kondisi seperti itu, maka kita juga mempersiapkan
diri kita, tapi bukan untuk perang melainkan untuk menjaga kedaulatan
RI," ujar mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral itu.
Sejain menjaga kedaulatan RI, kata
Purnomo, rencana pembelian helikopter Apache
yang merupakan bagian dari pembanguan kekuatan pertahanan itu juga untuk
mengamankan sumber daya alam Indonesia yang berada di perbatasan dengan
negara lain.
Lebih lanjut, Purnomo mengatakan,
Mabes TNI AD telah mengajukan tambahan anggaran khusus senilai Rp6 triliun
untuk pembelian sejumlah helikopter serang Apache
dari Amerika Serikat beserta persenjataannya. Yang penting sekarang ini
Pemerintah Amerika Serikat sudah menyetujui pembelian helikopter Apache. Sekarang
sedang proses negosiasi harga," ungkap belum lama ini.
Sebab harga satu unit helikopter Apache sangat mahal yakni senilai US$40
juta atau sekitar Rp388 miliar? "Saat ini tim khusus dari Kementerian
Pertahanan dan Mabes TNI AD, sedang melobi pemerintah Amerika Serikat mengenai
harga helikopter Apache,"
imbuhnya.
Kepala Staf Angkatan Darat
(Kasad) Jenderal TNI Moeldoko memastikan pemerintah membeli delapan unit
helikopter Apache. Pasalnya, Kementerian
Pertahanan sudah memberi lampu hijau untuk membeli helikopter serang canggih
AH-64D ke pemerintah Amerika Serikat. "Pembayaran uang muka menjadi awal
kesepakatan pembelian helikopter," ujar dia. Kedelapan helikopter akan
diterima Indonesia secara bertahap mulai 2018 hingga 2021.
Adapun Komisi Pertahanan DPR
membenarkan menyetujui pembelian Apache,
meski awalnya menolak. "Setelah dipikir-pikir, memang dibutuhkan Apache
untuk memperkuat jajaran Angkatan Darat," ujar Wakil Ketua Komisi
Pertahanan, Tubagus Hasanuddin.
Dibuat oleh Boeing, AH-64 Apache
merupakan helikopter andalan Angkatan Darat AS untuk operasi tempur terbatas.
Menggantikan helikopter AH-1 Cobra, Apache Longbow dari Amerika Serikat itu.
Selain itu, kata Moeldoko, DPR
yang sebelumnya menolak pembelian Apache karena dianggap kemahalan, kini sudah
sepakat menyetujuinya. "DPR dan Kementerian Pertahanan sudah oke,"
kata dia.
Moeldoko tak mau menyebut harga
pembelian delapan helikopter itu dengan alasan tak tahu pasti harganya.
"Lagipula itu teknis."
Diungkapkannya, pemerintah pada
tahun ini sudah mulai membayarkan uang muka Apache mulai digunakan Angkatan Darat AS pada April 1986.
Menurut data dari Boeing, com, Apache seri AH-64D Longbow mulai dipakai Angkatan Darat AS pada Maret 1997. Selain
AS, kini militer dari sejumlah negara sudah menggunakannya, yaitu Mesir,
Yunani, Israel, Jepang, Kuwait, Belanda, Arab Saudi, Singapura, Uni Emirat Arab,
dan Inggris.
Dibanding dari seri pendahulunya,
AH-64D Longbow ini memiliki sejumlah
kelebihan dalam konektivitas digital, sensor, sistem persenjataan, peralatan
pelatihan, dan sistem dukungan pemeliharaan.
Helikopter yang dikendalikan dua
awak ini juga dilengkapi teknologi presisi yang lebih baik dari seri awal.
Pengembangan mesin dan navigasinya membuat helikopter tempur ini bisa terbang
lebih lama dan lebih lincah bermanuver.
Apache AH-64D dalam beberapa tahun
terakhir mengalami pengembangan varian. Menurut army-technology.com, varian Apache Block II mulai digunakan Angkatan
Darat AS pada 2003. Varian ini dilengkapi sistem komunikasi digital yang lebih
baik.
Selain itu, Angkatan Darat AS sejak
Oktober 2010 memulai pengembangan varian baru, yaitu Block III. Pada tahap ini AH-64 D mengalami pemutakhiran pada
sensor televisi bercahaya rendah (LLTV), yang bisa memantau cahaya lampu jalan
dan suar. Block III ini mulai dipasok
sejak November 2011, demikian ungkap Flight
International.
Pada masa perubahan APBN 2013
beberapa waktu lalu sempat beredar kabar tentang ditundanya pembelian heli
serang Apache, atau setidaknya pernyataan
Kementerian Pertahanan yang menyatakan pembelian Apache akan ditinjau atau dinegosiasikan. Pernyataan tersebut,
tidak sepenuhnya salah, namun kenyataannya, Kemenhan telah memiliki rencana
yang jelas terkait pembelian helikopter serang AH 64 Apache.
Data yang didapatkan ARC tentang
Program Rencana Kerja Pemerintah 2014, terlihat jelas rencana pembelian Apache secara sistematis. Anggaran pembelian
telah disiapkan tidak hanya untuk tahun 2014, melainkan hingga tahun 2017.
Pada tahun 2014, dianggarkan sebanyak Rp 3 triliun atau 300 juta USD.
Ditahun-tahun berikutnya juga dianggarkan sekitar Rp 3 triliun hingga tahun
2017. (han/dari berbagai sumber), Sumber
Koran: Pelita (26 Agustus 2013/Senin, Hal. 17)