Jumat, 06 September 2013

SANG AJUDAN



September menjadi bulan yang penting bagi sang jende­ral. Bukan saja karena meru­pakan bulan kelahirannya, melainkan juga sebagai bulan mempersiapan diri menuju era lengser keprabon. Antara lain, pada 2013 ini.,pria kelahiran Pacitan, Jawa Timur, 9 September 1949, itu mempersiapkan acarakhusus mencari calon pemimpin bangsa melalui 'audisi' yang diberi judul: konvensi calon presiden Partai Demokrat.

Pada 20 Oktober 2014, era kepresidenan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) akan berakhir. Karena dalam konstitusi telah dibatasi masa jabatan, hanya boleh hinggadua periode.Ia telah dua kali menjadi presi­den, melalui pemilihan presiden secara langsungpada periode 2004-2009 dan 2009-2014.

Ya, seperti September 2003, benar-be­nar menjadi titik konsentrasi Jenderal Pur­nawirawan Yudhoyono. Saat itu sebagai Menteri Koordinator Politik dan Keamanan, ia mulai mempersiapkan diri menjadi calon presiden. Diawali dengan 'diam-diam' menjadi bidan kelahiran Partai De­mokrat, dua tahun sebelumnya.

Partai Demokrat didirikan atas inisiatif SBY yang terilhami oleh kekalahannyapada pemilihan calon wakil presiden dalam Sidang MPR 2001.Ia kalah dari Hamzah Haz karena tidak memiliki partai. Hamzah dari PPP akhirnya menjadi wakil presiden, mendampingi Presiden Megawati Soekarnoputri dari PDIP. Megawati menggantikan Presiden Abdurrahman Wahid dari PKB 'yang dilengserkan' oleh MPR yang dipimpin Amien Rais dari PAN.

Kelihaian SBY dalam berpolitik untuk menjadi presiden, benar-benar menggang­gu Presiden Megawati.Sang suami presi­den, Taufiq Kiemas, pun berang dengan gerakan 'intelijen' SBY sehingga mengelu­arkan kalimat yang menyerang pada Maret 2004."Jenderal bintang empat seperti anak kecil."

Maksud Taufiq supaya SBY meminta izin sebagai etika politik kepada Presiden Megawati jika memiliki keinginan menjadi presiden periode 2004-2009. Pernyataan Taufiq malah menjadi blunder dan SBY diuntungkan karena dianggap 'dizalimi'. Akhirnya.Yudhoyono memang mundur sebagai Menko Polkam. Di situ, ia menda­patkan simpati publik yang tecermin dari dukungan melalui survei yang perlahan-lahan mengungguli popularitas Megawati.

Bahkan akhirnya, melalui bendera Partai Demokrat, ia betul-betul menjadi presiden pilihan rakyat mengungguli nama-nama yang tak kalah populer, seperti Megawati, Amien Rais, Wiranto, dan Hamzah Haz. Saat itu, SBY didampingi wakil presiden Jusuf Kalla dari Golkar.

Kini, seperti cerita tahun-tahun persi­apan menjadi presiden, ia pun mempersi­apkan diri menjelang lengser. Salah satunya, selain mempersiapkan kader melalui Partai Demokrat, ia juga berkon­sentrasi mempersiapkan kader di lembaga almamaternya, ABRI, yang kini menjadi TNI dan Polri.

Caranya, sejak 2004, saat menjadi presi­den, Yudhoyono mempersiapkan ajudan yang mendampinginya selama satu periode kepresidenan. Selama lima tahun, 2004-2009, Kolonel (Infanteri) Muhammad Munir, Kolonel Laut (Pelaut) Didit Herdiawan, Kolonel (Penerbang) Bagus Puruhito, dan Komisaris Besar (Polisi) Putut Eko Bayu Seno, menjadi ajudan Presiden SBY. Mereka disiapkan untuk memimpin lembaga TNI/Polri 10 tahun ke depan, yakni 2014. Kini, mereka dalam posisi jabatan persiapan.

Muhammad Munir, lulusan Akademi, Militer/AD (Akmil) 1983, saat ini ber­pangkat letnan jenderal dan mendudukijabatan Wakil Kepala Staf Angkatan Da­rat, sejak Mei 2013 lalu. Sebelumnya sudah menduduki jabatan untuk bintang tiga, yakni Panglima Kostrad.Juga pernah menjadi Panglima Kodam Siliwangi.Usia Munir menjelang pergantian presiden 2014 adalah 55 tahun.

Sedangkan Didit Herdiawan, lulusan Akademi Angkatan Laut (AAL) 1984.Kini, berpangkat laksamana muda dan menjabat sebagai Asisten Operasi Kepala Staf Angkatan Laut sejak Juni 2012 la­lu.Sebelumnya menjadi Panglima Koman­do Armada Barat dan Panglima Komando Lintas Laut Militer. Menjelang pergantian presiden pada 2014, usia Didit 53 tahun.


Begitu pula dengan Bagus Puruhito.Lulusan Akademi Angkatan Udara (AAU) 1984 itu, kini berpangkat marsekal muda.Bagus dalam posisi sebagai Asisten Operasi Kepala Staf Angkatan Udara.Sebelumnya menjadi Panglima Komando Operasi Angkatan Udara I dan Komandan Komando Pendidikan Angkatan Udara. Saat pergant­ian kepemimpinan nasional 2014, ia akan berusia 52 tahun.

Hal yang sama juga dialami Putut Eko Bayu Seno. Lulusan Akademi Kepolisian (Akpol) 1984 itu, saat ini berpangkat in­spektur jenderal polisi.Putut kini sebagai Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Metro Jaya.Sebelumnya, menjadi Kapolda Jawa Barat dan Kapolda Banten.Saat pergant­ian kepemimpinan nasional 2014 men­datang, usianya mencapai 53 tahun.

Usia pensiun perwira TNI/Polri adalah 58 tahun, sehingga keempat mantan ajudan itu memiliki peluang menjadi panglima TNI ataupun kepala Polri. (Selamat Ginting), Sumber Koran: Republika (06 September 2013/Jumat, Hal. 27)