Niat Pemerintah untuk membuka isolasi wilayah Papua
sepertinya tidak main-main. Serdadu TNI dari Detasemen Zeni Tempur akan
dikerahkan untuk membangun 1.500 kilometer jalan yanng menghubungkan dua
provinsi di wilayah paling timur Indonesia itu. Dalam waktu hanya 3,5 bulan,
isolasi yang menyekat Papua Barat dan Papua diharapkan akan terbuka.
Komisi I DPR yang mengawasi urusan pertahanan dan
luar negeri tampak berhati-hati menyikapi mega-proyek tersebut. Dalam rapat
dengar pendapat, Senin pekan lalu, sejumlah anggota mengungkapkan kecemasan
mereka bahwa proyek akan mengeskalasi kekerasan di Papua.
"Kita berbicara tentang Papua di sini.Kita
tidak bisa meremehkan situasi di wilayah ini," kata Tri Tamtomo, anggota
dewan dari PDI Perjuangan yang juga pensiunan jenderal bintang dua. Tri punya
alasan mengapa ia cemas. Diplot selesai dalam 3,5 bulan, proyek membutuhkan
pergelaran ribuan pasukan TNI. Pergelaran inilah yang bisa dilihat oleh
kelompok separatis Organisasi Papua Merdeka sebagai ancaman.
Wakil Ketua Komisi I Tubagus Hasanuddin, juga
politikus PDI Perjuangan, lebih jauh menanyakan kepada Menteri Pertahanan
Purnomo Yusgiantoro, apakah proyek konstruksi tersebut, yang meruapakan bagian
dari kebijakan mengakselarasi pembangunan di Papua dan Papua Barat, bisa
dilihat sebagai sebuah manuver untuk mempersempit ruang-gerak OPM di kedua
provinsi tersebut.
Setelah Tubagus bertanya, Komisi I memutuskan
menggelar rapat tertutup dengan Menhan Purnomo.
Setelah sesi rapat tertutup selesai, Menhan Purnomo
menegaskan proyek jalan tersebut tidak akan mengintervensi upaya pemerintah
membatasi gerak OPM. Artinya, Menhan ingin mengatakan keterlibatan TNI dalam
proyek tersebut sama sekali tidak bertujuan militer: mempersempit ruang gerak
OPM.
"TNI ditunjuk untuk menjalankan proyek ini
karena alasan geografis dan keamanan, terlebih waktu yang tersedia sangat
pendek," kata.Purnomo."Kami dapat mulai bekerja di awal September
dan menyelesaikan pembangunan di akhir tahun ini jika DPR setuju dengan
proposal kami."
Berikut
rincian 14 ruas jalan yang dibangun TNI
Pembangunan jalan Kasonaweja-Trimuris-Sarmi senilai
Rp 25 miliar
Pembangunan jalan Lagasari-Wapoga-Sumiangga senilai
Rp 35 miliar
Pembangunan jalan Botawa-Wapoga senilai Rp 20
miliar
Pembangunan jalan Windesi-Yaur-Kwatisore senilai Rp
35 miliar
Pembangunan jalan SP3 Gesa-Barapaso-Batas Waropen
senilai Rp 30 miliar
Pembangunan jalan Oksibil-Kawor-Waropko senilai Rp
53 miliar
Pembangunan jalan Rosbori-Manggui-Poom (Lingkar
Yapen) senilai Rp 20 miliar
Pembangunan jalan Dawai-Waindu senilai Rp 20 miliar
Pembangunan jalan Saubeba-Rosbon senilai Rp 20
miliar
Pembangunan jalan Kenyam-Gearek Rp 40 miliar
Pembangunan jalan Gearek-Pasir Putih-Suru-suru
senilai Rp 40 miliar
Pembangunan jalan Suru-suru-Obio-Dekai senilai Rp
40 miliar
Pembangunan jalan Mamugu-Batas Batu senilai Rp 40
miliar
Pembangunan jalan Lingkar Marsinam Rp 17 miliar
Keputusan Presiden Nomor 40 Tahun 2013 tentang
Percepatan Pembangunan di Papua telah menunjuk TNI untuk membantu Unit
Percepatan Pembangunan Pronvinsi Papua dan Provinsi Papua Barat (UP4B) dalam
membangun jalan di kedua provinsi. Keppres inilah yang memuluskan jalan bagi
pelibatan sekitar 2.000 tentara dari Detasemen Zeni Tempur TNI Angkatan Darat.
Sebelumnya, UP4B mengatakan proyek infrastruktur
menelan biaya US$ 154 juta atau sekitar Rp 1,5 triliun. Selain Denzipur,
Kementerian Pekerjaan Umum dan pemerintah daerah ,akan membantu penyelesaikan
proyek.
Dalam rapat Senin dengan Komisi I, Purnomo meminta
tambahan dana Rp425,5 miliar. Dana ini akan digunakan untuk membayar suplai dan
gaji bagi serdadu yang akan dilibatkan dalam proyek ini.
Permintaan itu mengejutkan DPR. Setidaknya Ketua
Komisi I Mahfudz Siddiq dari Partai Keadilan Sejahtera mengatakan DPR akan
mempelajari terlebih dulu kelayakan proyek mengingat tingginya risiko keamanan
di lokasi.
"Penilaian saya sejauh ini adalah bahwa
rencana (proyek jalan itu) tidak akan terwujud dalam waktu dekat. Bagaimanapun,
kami akan memanggil pihak-pihak terkait lain, termasuk TNI AD dan UP4B pekan
depan untuk secara komprehensif menilai kemungkinan ancaman yang bisa muncul
jika proyek benar-benar berjalan. Kami tak ingin rencana pembangunan itu
memprovokasi persoalan baru,"kata Mahfudz.
Menurut UP4B, pelibatan TNI karena tak ada
kontraktor swasta yang mampu dan mau melakukan proyek ini dengan anggaran yang
tersedia. Karena itulah, UP4B meminta pertolongan TNI.
"Jika kami bergantung kepada Kementerian PU
dan pemerintah daerah untuk membangun jalan ini, maka proyek akan berlangsung
sekitar 60 tahunan," kata Kepala Ahli UP4B Doddy Imam Hidayat
"Pergelaran TNI bertujuan untuk mempercepat proses dengan biaya yang
relatif rendah, sebab proyek ini tidak mencari keuntungan finansial."
Meskipun memiliki anggaran sekitar Rp40 triliun,
ketujuh terbesar di Republik, Provinsi Papua tetap menjadi "anak
bawang" dalam urusan pembangunan infrastruktur.
Pejabat daerah mengatakan bagian terbesar dari
anggaran habis untuk mengongkosi biaya transportasi yang mahal.Selain itu,
tingginya inflasi akibat kurangnya infrastruktur jalan dan pelabuhan membuat
anggaran juga tersedot untuk menutupinya.
"Jakarta menganggap kami mendapatkan anggaran
besar yang cukup untuk pembangunan," kata Wakil Bupati Pegunungan Bintang
Yakobus Wayam."Mereka tampaknya tidak tahu bahwa sebagian besar anggaran
habis untuk membiayai transportasi."
Yakobus mengatakan sekitar 40 persen anggaran
Kabupaten habis untuk menyubsidi transportasi.Karena itu, dengan proyek 1.500
kilometer jalan ini, UP4B ingin menurunkan harga-harga kebutuhan pokok
sehingga anggaran Papua bisa digunakan secara efisien untuk membangun infrastruktur.
"Jalan itu juga akan, membantu mengakselarasi
penyebaran layanan kesehatan dan pendidikan bagi penduduk yang tinggal di
tempat terpencil," kata Doddy.
Namun, TNI AD yang mendapat tugas membangun jalan
itu meminta perpanjangan waktu menjadi 16 bulan untuk pengerjaan tahun jamak
pada 2013-2014.Saat ini, TNI telah menyiapkan sejumlah alat di lokasi untuk
pembangunan jalan tersebut.
"Kami meminta perpanjangan waktu karena kalau
empat bulan tidak cukup," kata Budiman seusai menggelar rapat kerja
tertutup dengan Komisi I DPR di Gedung Parlemen, Jakarta, Rabu pekan lalu.
Lebih jauh, ia menuturkan pembangunan jalan itu
diserahkan kepada TNI AD dengan alasan sulitnya medan di lokasi yang akan
dibangun. Karena itu, TNI AD dianggap memiliki pengalaman dan kemampuan, termasuk
fasilitas transportasi udara yang cukup untuk menyelesaikan proyek tersebut.
"Lebih dari 2.000 personel disiapkan dari
tiga detasemen dan marinir.Ini bagian dari upaya memberikan akses jalan.Kami
harap gangguan keamanan akan bisa diperkecil," ujarnya.
Di lokasi yang sama, Wakil Ketua Komisi I DPR Agus
Gumiwang menyampaikan alokasi tambahan anggaran yang diajukan oleh Kementerian
Pertahanan untuk pembangunan jalan itu adalah sebesar Rp425 miliar. Untuk realisasinya,
anggaran akan diambil dari rekening BA 99, sebuah dana pemerintah yang
penggunaannya diputuskan oleh Presiden untuk membiayai kebutuhan yang
mendesak.
Agus menegaskan, semua fraksi mendukung rencana
ini.Hanya, masih ada perbedaan mengenai waktu pengerjaannya.Jika TNI meminta
waktu 16 bulan, Komisi I DPR memberi waktu hanya enam bulan untuk
menyelesaikan 14 ruas jalan itu.
"Pembangunan jalan di Papua bisa dilakukan
TNI, tidak mungkin oleh pihak lain. Teorinya untuk mempersempit kegiatan separatis
di Papua," tandasnya.(man), Sumber
Koran: Pelita (09 September 2013/Senin, Hal. 20)