Selasa, 10
September 2013 19:41 WIB
LENSAINDONESIA.COM:
Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko memberikan orasi kepada Civitas Academica
UNHAN (Universitas Pertahanan) pada acara Wisuda Pascasarjana Fakultas Strategi
Pertahanan dan Fakultas Manajemen Pertahanan Tahun Akademik 2012-2013, di
Gedung Pierre Tendean Kemhan RI, Jakarta, Selasa (10/9/2013).
Dalam orasinya
yang berjudul “Penguatan peran TNI dalam menjaga keseimbangan baru di antara
stabilitas dan keterbukaan”, Panglima TNI mengatakan integrasi adalah suatu
proses, sehingga faktor-faktor yang memengaruhi proses integrasi menentukan
proses integrasi itu sendiri. Proses integrasi yakni integrasi politik,
ekonomi, sosial dan budaya. Integrasi politik melibatkan : pertama, bagaimana
membuat rakyat tunduk dan patuh pada tuntutan negara. Kedua, bagaimana
meningkatkan konsensus yang mengatur tingkah laku politik anggota masyarakat
(Conni Rahakundini).
Panglima TNI
juga menyampaikan bahwa Indonesia telah mampu mengelola stabilitas dan
keterbukaan, namun demikian akan mengalami konsekwensi-konsekwensi baru apabila
stabilitas dan keterbukaan tidak dikelola dengan baik karena kedua hal tersebut
bersifat sangat dinamis. Kita pahami bersama, bahwa tidak ada negara, stabil
atau tidak stabil, yang memiliki kemampuan untuk mencegah terjadinya guncangan.
Namun sampai
saat ini dapat dilewati guncangan-guncangan tersebut dengan baik. Retak-retak
yang pernah dialami oleh bangsa kita di masa lalu, utamanya yang mengarah ke
disintegrasi, telah direkat dengan baik melalui pondasi sejarah peristiwa
Sumpah Pemuda saat mempersatukan semua organisasi kedaerahan kedalam suatu
gerakan pemuda Indonesia. Perpecahan-perpecahan baik yang bersifat horizontal
maupun vertical ditinggalkan, ikatan-ikatan kedaerahan dan etnis sirna dan
semua daya disalurkan kedalam penguatan pemimpin Revolusi Nasional untuk
menentang kekuasaan kolonial.
Sementara itu,
kondisi perekonomian global yang saat ini dirasa kurang menggembirakan, juga
telah membawa dampak di negara kita. Meski saat ini pertumbuhan ekonomi
nasional yang memcapai 6.3 persen melebihi atau di atas sejumlah negara, namun
TNI tetap ingin terus berperan untuk menjaga pertumbuhan ini dengan menjamin
rasa aman bagi para investor yang akan berinvestasi di negara Indonesia.
Lebih lanjut
dikatakan, sejarah, geografi, budaya dan faktor-faktor lain yang dimiliki
bangsa Indonesia, selain memberi kekuatan juga menyimpan kerentanan. Untuk
mengatasi hal ini secara komprehensif, nampaknya TNI masih memerlukan penguatan
peran dalam menjaga keseimbangan baru diantara stabilitas dan keterbukaan.
Pelaksanaan
Operasi Militer Selain Perang yang dirinci dalam 14 butir tugas, semestinya
tidak lagi menjadi multi tafsir dan masih menjadi wilayah abu-abu. Disamping
itu peran TNI yang harus dijalankan secara optimal dan tanpa keraguan adalah
pemberdayaan wilayah pertahanan. Pelaksanaan OMSP dan perberdayaan wilayah
pertahanan tidak berarti TNI akan memasuki peran Dwifungsi ABRI seperti masa
lalu, justru kondisi yang kita harapkan adalah bagaimana TNI mau dan mampu
memerikan kontibusi positif dalam membangun negara yang kuat dan rakyat
berdaulat, itulah titik keseimbangan baru yang hendak kita tuju bersama.