Selasa, 17 September 2013

Pangdam: Pesantren Bukan Sarang Teroris

Bandung,   Pangdam III/Slw Mayjen TNI Dedi Kusnadi Thamim menegaskan, pondok Pesantren bukanlah seperti anggapan orang selama ini, sarang teroris. Namun sebaliknya, pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan keagamaan yang juga mitra TNI. Teroris bisa menyamar menjadi siapa saja.

"Saya kira terorisme itu dimana saja bisa terjadi, itu bahaya laten, dimana saja. Munkin kebetulan di Pesantren itu ada titik lemah yang bisa dimasuki. Tapi semua lingkungan bisa saja terjadi dan dimasuki oleh terorisme," jelas Pangdam Dedi disela kegiatan Pendidikan Pendahuluan Bela Negara (PPBN) di Pondok Pesantren Al-Falah, Nagrek, Kabupaten Bandung Senin (16/9).

TNI, tambah Jenderal Bintang dua ini, tidak berpikir ke arah itu. Pendidikan belanegara tidak hanya untuk umum saja, namun dunia pendidikan seperti Pesantren telah beberapa kali diadakan PPBN. "Sebetulnya kita tidak berpikir dan menjurus kepada Pesantren. Dari apa yang kita dalami tidak seperti itu. Sekarang banyak dimasyarakat yang dimasuki oleh teroris-teroris, dia bisa menyamar menjadi pegawai, pemuda-pemudi dan sebagainya. Jadi kita sama sekali tidak menjurus ke arah itu," tambah Panglima didampingi Pimpinan Pondok Pesanteren Al-Falah.

Kegiatan PPBN ini merupakan program TNI bersama muspida. Selain di masyarakat, PPBN juga dilakukan lingkungan pendidikan dan pekerjaan atau perkan¬toran. "Intinya bagaimana mengisi wawasan kebangsaan kepada para pemuda sebagai masa depan bangsa. Dan ini menjadi tanggung jawab kita bersama," kata Pangdam didampingi Kabintaldam III/Slw Kol.Arh Hindro Martono dan kapendam III/Slw Kol. Arm Benny Effendi, SiP dan pimpinan Pondok Pesantren Al Falah KH Ahmad Sahid Abdulloh.

Selain membuka PPBN, Pangdam juga berpesan agar bersama-sama membangun bangsa. Pondok Pesantren melalui jalur keagamaan, dengan tidak meninggalkan fungsi alim ulama dan para santri. Dia berpesan, hidup harus saling toleransi. Karena negara kita bukan negara Islam. Hidup harus saling toleransi, baik dari sisi agama, dan sisi pergaulan juga penting. Sekarang kita bisa lihat, sesama kita saja masih kurang toleransi. Karena itu, jadikanlah dasar kehidupan sebagai pokok dalam kehidupan. Negara kita negara persatuan dan kesatuan.

"Membangun bangsa harus bersama sama dengan komponen-komponen lain. Ada korem, kodim, koramil, babinsa, jadi mari kita jalin komunikasi yang lebih harmonis, dan tolong jangan dinilai negatif," pungkas Pangdam. (ma), Sumber Koran: Pelita (17 September 2013/Selasa, Hal. 14)