Jumat, 20 September 2013 01:12
PALEMBANG - Terulangnya kasus illegal tapping di Sumsel, tepatnya di muara Sungai Kundur, Kelurahan Mariana, Kecamatan Banyuasin I membuat geram Kapolda Sumsel Irjen Pol Saud Usman Nasution. Keberadaan Polri seakan dipermainkan para pelaku pencurian minyak mentah tersebut.
Belum lagi, Panglima TNI Moeldoko pernah mengungkapkan bahwa pihaknya telah menurunkan pasukan selama sepekan dan berhasil menghancurkan infrastruktur illegal tapping serta menghentikan aksi kriminal tersebut. Tal mau lagi mendengar adanya illegal tapping di Sumsel, Kapolda meminta para pelaku ditindak tegas di tempat. “Ketika anggota kepolisian sedang patroli dan menemukan illegal tapping, jangan segan tembak di tempat pelakunya. Tapi (tembakan) tidak mematikan, hanya melumpuhkan,” kata Kapolres Banyuasin, AKBP Iksan usai sertijab di Mapolda Sumsel, kemarin (19/9).
Setelah sertijab, Ikhsan meluncur ke lokasi pencemaran minyak di Sungai Kundur. Termasuk melihat dari dekat pipa yang dibocori pelaku. Ia kemudian mampir ke Salawati Learning Center untuk mendengarkan paparan dari pihak PT Elnusa yang mengelola pipa minyak mentar tersebut.
“Diharapkan masyarakat segera melaporkan jika melihat dan mengetahui adanya kebocoran serupa. Dan kami telah menyosialisasikan kepada masyarakat untuk tidak menghidupkan api di sekitar lokasi kejadian,” ujar Rachman Thalib, Humas PT Elnusa wilayah Palembang.
Dikatakan Rachman, pada hari keempat pasca pencemaran akibat illegal tapping itu, timnya telah melakukan recover minyak sepanjang Sungai Kundur. “Sebagian minyaknya sudah kami ambil. Regu-regu pembersihan minyak dibantu oleh tim dari Raider dan warga sekitar terus bekerja. Semoga illegal tapping ini bisa cepat ditindaklanjuti dan tidak terjadi lagi. Untuk keamanan pipa di-back up Raider dan polsek,” pungkasnya.
Pantauan di lapangan, pipa yang dibocori pelaku memang terlihat jelas saat air surut jelang siang. Pipa akan tergenang air jelang sore, saat air sungai kembali pasang. Terlihat jelas ada klem yang dipasang pelaku pada pipa yang dibolongi. Tumpahan minyak berada di sekitar titik bocor tersebut.
Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuasin, Ir Zulmaidi Yasin melalui Sekretarisnya, Sarif menegaskan, ekosistem di wilayah Sungai Kundur mengalami kerusakan dalam waktu cukup lama. Pencemaran oleh minyak mentah itu setidaknya berdampak dalam enam bulan ke depan.
“Selama waktu itu, ikan tidak akan ada di perairan itu. Bahkan, jika minyak telah meresap ke dalam tanah di aliran sungai dan sekitarnya, dipastikan tidak akan ada ikan lagi di Sungai Kundur,”cetusnya. Beberapa jenis ikan yang biasa ada di sana, seperti ikan gabus, betok, dan sepat akan lari ke perairan lain.
“Warga tidak dapat menambak ikan di Sungai Kundur,”ujar Syarif. Bahkan plankton di air sungai juga akan mati, termasuk ikan. Untuk mengurangi dampak pencemaran minyak, air sungai harus segera dibersihkan. “Kalau tidak, bisa-bisa tanah di sekitar lokasi akan tandus,”imbuhnya.
Kepala Bidang (Kabid) Budi Daya dan Pertanian, Erawan Abrizal menambahkan, lahan sawah milik para petani di Mariana tidak dapat digunakan untuk bercocok tanam selama satu musim atau bahkan satu tahun.
“Tumpahan minyak mentah itu bahkan merusak tanaman yang ada di sekitar Sungai Kundur,”jelasnya. Kalau pun dipaksakan bercocok tanam, pertumbuhan tananam padi atau lainnya tidak akan baik.
Ketua DPRD Banyuasin, Agus Salam meminta pihak Pertamina dan PT Elnusa untuk mengawasi jaringan pipa yang ada di wilayah perairan Banyuasin. “Kita minta dilakukan pemeriksaan terhadap pipa-pipa tersebut, baik yang lama dan yang baru. Ini untuk mengantisipasi kejadian tidak terulang,”pintanya.
Ia juga meminta segera dilakukan pembersihan di Sungai Kundur. Untuk membersihkan minyak, dikerahkan 100 anggota TNI, 30 masyarakat setempat dan 30 orang warga untuk penjagaan di sekitar lokasi kejadian.
Diberitakan sebelumnya, pipa lama minyak mentah jalur distribusi Tempino-Plaju di muara Sungai Kundur, Kelurahan Mariana, Kecamatan Banyuasin 1 diduga bocor karena illegal tapping. Kejadian baru diketahui Minggu sore (15/9), sekitar pukul 15.00 WIB.
Saat itu warga melihat air sungai tercemar minyak dan menghitam. Bau menyengat khas minyak mentah membuat mual dan muntah sebagian warga. Tiang rumah dan rumput di pinggir kiri dan kanan sungai menjadi berwarna hitam pekat. (cj1/qda/bmn)
Ditulis oleh Redaktur Sumeks