nasional -
Kamis, 22 Agustus 2013 | 04:29 WIB
INILAH.COM,
Jakarta - Anggota Komisi I DPR RI M Basri Sidehabi menilai pencalonan Kepala
Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Moeldoko, kurang tepat jika dilihat dari
segi tour of duty atau durasi penempatan seseorang pada satu jabatan militer
sebelum dipindah.
"Saya
menilai pencalonan Jenderal Moeldoko ini kurang tepat secara tour of duty,
karena biasanya dalam ketentaraan seseorang harus 1 tahun menjabat suatu posisi
sebelum dipromosikan ke jabatan yang lain, apalagi ini jabatan Top dalam tubuh
TNI," kata Basri kepada INILAH.COM, Kamis (22/8/2013).
Untuk itu, kata
Basri, diharapkan Calon Pangima TNI itu paling tidak harus 1 tahun dulu
menjabat sebagai kepala staf angkatan, namun Moeldoko ini baru 2 bulan menjabat
sebagai kepala staf angkatan darat.
"Bisa jadi
angkatannya sendiri saja belum begitu dia “kuasai” dan ini harus menerima 2
angkatan lain lagi untuk dia pimpin " kata politisi Golkar ini.
Namun demikian
Basri juga memuji sosok Jenderal Moeldoko sebagai jenderal lapangan yang dekat
dengan prajurit, selain itu jenjang karirnya lumayan baik yakni pernah yang
pernah menjadi Kasdam Jaya, Pangdam Tanjung Pura, Pangdam Siliwangi lalu
Wakasad.
Penerbang
pertama F16 di Indonesia ini berharap apabila Jenderal Moeldoko sebagai calon
tunggal yang diajukan oleh Presiden terpilih menjadi Panglima TNI maka TNI bisa
lebih professional lagi. Terutama dalam hal OMSP (operasi Militer selain Perang
).
“Saat ini banyak
aparat kepolisian kita yang ditembak oleh orang yang tak dikenal, namun belum
ada tindakan apa – apa dari TNI, padahal ini merupakan bagian dari tugas dan
tanggung jawab TNI selain perang “ ujar mantan Irjen TNI ini.