Lembang, Menteri Pertahanan (Menhan) Republik
Indonesia Prof Dr Ir Purnomo Yusgiantoro, MA, MSc mengatakan, Industri
Strategis Pertahanan Dalam Negeri pada tahun 2024 mendatang mampu
mengembangkan dan menguasai produk alutsista yang dibutuhkan TNI.
"Bahkan industri strategis dalam negeri
diupayakan dapat melakukan pengembangan baru," kata Menhan Purnomo
Yusgiantoro saat memberikan pembekalan tentang perkembangan kebijaksanaan
pertahanan negara terkini dengan tema "Produk Strategis, Alokasi Anggaran
dan Perkembangan MEF' kepada 138 Perwira Siswa (Pasis) Seskoau Angkatan ke-50
di Bangsal Srutasala Seskoau, Lembang, Rabu (23/10).
Pembekalan ini merupakan program
Pendidikan Seskoau untuk memberikan wawasan kepada para perwira siswa sebelum
mereka mengakhiri pendidikan awal November 2013 mendatang.
Menurut Menhan, saat ini TNI telah melaksanakan
modernisasi berbagai alutsistanya, yang sejak 15 tahun sebelumnya tidak
mengalami perkembangan berarti, seperti yang dimiliki TNI AU. Untuk itu,
alutsista TNI Angkatan Udara seperti pesawat tempur, pesawat angkut, pesawat
terbang tanpa awak dan radar akan terus dikembangkan melalui industri strategis
dalam negeri yang ada. Adapun target yang ingin dicapai hingga tahun 2024
adalah dapat menguasai produksi alutsista yang dibutuhkan TNI.
Terkait pembuatan pesawat tempurt, Menhan
mengatakan, sebelum mampu membuat pesawat tempur seperti KFX dari Korea, maka
sementara waktu akan dibeli dari luar negeri, untuk memenuhi kebutuhan sekarang
ini. Pengadaan alutsista dilaksanakan secara Government to Government (G to G) dan diupayakan produksi bersama
disertai dengan alih teknologi (ToT) dan dijamin suku cadangnya.
Pada prinsipnya, kata Menhan, pembangunan
alutsista mengutamakan produk alutsista dalam negeri, dan diharapkan pengembangan
industri pertahanan dalam jangka pendek memenuhi pesanan dalam negeri,
bersaing secara internasional dan Economic
Growth Support.
Saat ini Alutsista yang bisa dibuat di dalam negeri
saat iniadalah senapan serbu SS-1 dan SS-2, serta Panser Anoa 6x6 buatan PT
Pindad, kapal Landing Flatform Dok
(LPD) dari PT PAL, dan CN-235 buatan PTDI. Selain itu produksi dalam negeri
lainnya adalah Roket R-Han, Kapal Cepat Rudal (KCR), dan Perusak Kawal Rudal
(PKR)."Itu semua kita dorong sehingga pada waktunya aka nada pengembangan
yang lebih baik," kata Menhan.(ay),
Sumber Koran: Pelita (25 Oktober 2013/Jumat, Hal. 16)