Selasa, 29 Oktober 2013 11:32 WIB | 1305 Views
Jakarta (ANTARA News) - Anggota Komisi I DPR RI, Husnan Bey Fananie
mempertanyakan pembelian program mata-mata intelijen FinFisher atau juga
dikenal dengan nama FinSpy seharga 5,6 juta dollar AS dari Inggris oleh
Kementerian Pertahanan (Kemenhan).
"Tentu kita akan pertanyakan pembelian program tersebut. Pada masa
persidangan mendatang, Komisi I DPR RI akan mengagendakan rapat kerja dengan
Kemenhan dan Panglima TNI beserta jajarannya, guna meminta penjelasan, sejauh
mana FinFisher yang baru dibeli itu akan digunakan," kata Husnan, Jakarta,
Senin.
Sebab, kata politisi PPP itu, ada kekhawatiran dari sejumlah pihak
bahwa alat itu disalahgunakan. Apalagi jika itu terkait dengan pelaksaan pemilu
2014. "Komisi I DPR RI juga tidak ingin jika alat tersebut yang dibeli
Kemenhan dari uang rakyat, akan dipergunakan memata-matai kegiatan rakyatnya
sendiri," ujar dia.
Komisi I DPR RI sendiri, katanya, mendukung upaya-upaya modernisasi
alat utama sistem persenjataan (alutsita) pada TNI. Termasuk teknologi canggih
yang diperlukan bagi institusi Badan Intelejen Negara (BIN) dalam rangka
memperkuat ketahanan negara.
Karena realitanya memang banyak alutsista TNI perlu terus
dimodernisasi, termasuk perangkat canggih yang mesti terus di perbarui pihak
intelejen guna memperkuat sistem dan alat pertahanan negara,.
"Kalaupun nantinya ditemukan penyalahgunaan dan penyimpangan dari
penggunaan alat tersebut, dengan sistem negara RI yang sudah demokrasi dan di
era keterbukaan serta keterbukaan informasi, itu akan sangat mudah terdeteksi
dan diketahui masyarakat," kata dia.
FinFisher itu merupakan program pemantau jarak jauh yang dikembangkan
oleh Gamma International asal Inggris. Produk ini dipasarkan dan dijual secara
eksklusive untuk penegak hukum dan badan intelijen suatu negara.
Diberitakan Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan,
Brigjen TNI Sisriadi mengatakan, program itu akan digunakan oleh Badan Intelijen
Strategis (Bais), Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Menurutnya, program tersebut bukanlah alat sadap, melainkan alat
anti-sadap. Pengadaan peralatan intelijen itu digunakan agar proses pertukaran
informasi antara Bais, TNI dan kantor-kantor Atase Pertahanan RI di seluruh
dunia dapat berlangsung dengan aman.