Jumat, 18
Oktober 2013
JAKARTA (Suara
Karya): TNI dan Yayasan Bangkit Energi Indonesia Hijau (Benih) melakukan kerja
sama untuk menciptakan energi kompos yang sehat dan ramah lingkungan. Keahlian
menciptakan energi hijau ini diproyeksikan sebagai bekal keahlian para prajurit
Kontingen Garuda (Konga) agar bisa diimplementasikan ketika melaksanakan misi
perdamaian dunia.
Kerjasama cara
pemanfaatan kompos ditandatangani Ketua Umum Yayasan Benih, Faisal Yusuf dan
Komandan Lintas Udara-328 Komando Cadangan Strategis TNI Angkatan Darat
(Kostrad) Mayor (Inf) M Asmi di Divif I Kostrad, Cilodong, Bogor, Kamis
(17/10).
Dalam klausal kerja
sama itu, Benih akan memberikan pembekalan atau pelatihan terhadap prajurit TNI
yang ikut mengemban misi menciptakan dan memelihara perdamaian di berbagai
wilayah pascakonflik di dunia.
Pengetahuan
teori dan praktek, itu diantaranya pengenalan jenis sampah dan sumber energi,
pembuatan pupuk organik (Bokasi), penggunaan kompor berbahan bakar sampah,
serta Green Community dan Kelompok Usaha Bersama (KUB) beserta unit usaha yang
bisa dikembangkan.
"Pengetahuan
ini akan menjadi bekal Konga di samping kegiatan bakti sosial yang telah
dilakukan Konga selama ini. Dan ini akan menjadi tambahan ciri khas pasukan
yang kita miliki," ujar dia.
Faisal
optimistis, pendekatan bakti sosial seperti komposting efektif dalam meraih
simpati dan dukungan masyarakat di negara yang sedang dikecamuk konflik.
"Sehingga masyarakat akan menjadi mudah menerima gagasan dan
masukan," ujarnya.
Ia mengatakan,
produksi sampah dari ribuan pasukan perdamaian kerap menjadi masalah
tersendiri. Oleh karenanya, upaya pengelolaan sampah melalui pembuatan Bokasi
bisa menjadi jalan keluar.
"Program
pengelolaan sampah menjadi Bokas juga bisa diperluas menjadi Program
Pemberdayaan Masyarakat Lebanon (PPML), dengan melaksanakan kegiatan pelatihan,
pembuatan kebun warga Lebanon, bank sampah dan pengembangan KUB," ujar
dia.
Lebih jauh
Faisal mengungkapkan, seluruh kegiatan pengelolaan sampah di tengah masyarakat
Lebanon akan menggunakan pendekatan partisipatif, yakni menempatkan warga
masyarakat sebagai objek sekaligus subjek program. "Dengan pendekatan ini
Konga bertindak sebagai fasilitor yang memberikan pendamping teknis, sedangkan
warga masyarakat bertindak sebagai pelaku utama," tutur dia.
Asmi mengatakan
Indonesia untuk menjalankan politik luar negeri yang bebas dan aktif akan
teraplikasikan dengan baik. TNI melalui Konga mengemban misi menciptakan dan
memelihara perdamaian di berbagai wilayah pasca konflik di dunia, akan sangat
berarti dengan kepiawainnya dalam berbagai keterampilan.
Salah satu upaya
khas yang dilakukan TNI dalam menjaga perdamaian, lanjut Asmi, melakukan
pendekatan sosial dengan melaksanakan berbagai kegiatan kemasyarakatan, seperti
pengobatan masal, bantuan sosial, kegiatan hiburan bagi anak-anak setempat,
serta pelibatan masyarakat dalam berbagai kegiatan seperti hari-hari besar
keagamaan.
Salah satu
kegiatan yang siap dijalankan Konga adalah melakukan pengolahan sampah di
sekitar Camp Konga," tandas dia. (Feber S)