KUPANG —
Komandan Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan (Dansatgas) RI-Republic Demokratic
Timor Leste (RDTL) Batalyon Infantri 743/PSY Mayor Inf Budi Prasetyo
mengatakan, tidak ada perang antarwarga di perbatasan dua negara itu.
"Yang terjadi hanyalah saling teriak karena salah paham antarwarga di dua
desa yang berada di perbatasan kedua negara tersebut," kata Budi yang
dihubungi dari Kupang, Kamis (17/10).
Seperti
diketahui, warga Nelu, Desa Sunsea, Kecamatan Naibenu, Kabupaten Timor Tengah
Utara (ITU), Nusa Tenggara Timur, Indonesia, dikabarkan terlibat saling serang
dengan warga Leolbatan, Desa Kosta, Kecamatan Kota. Distrik Oekusi RDTL, Senin
(14/10). Menurut Budi, salah paham dua warga desa antarnegara itu yang berujung
kepada saling teriak tersebut karena adanya aktivitas pembukaan lahan yang
dilakukanoleh warga Desa Kosta untuk pertanian di areal pekuburan milik warga
Desa Sunsea.
Dia mengatakan,
areal pekuburan milik warga Desa Sunsea itu sebagian sudah masuk ke dalam
wilayah RDTL di Oecuse.Karena itu, terjadi kesalahpahaman.Warga Desa Sunsea
menolak pembukaan lahan itu, namun warga dari Desa Kosta berkeras untuk membuka
lahan tersebut."Hal itulah yang menyulut saling teriak antarwarga,"
katanya.
Kendati begitu,
lanjut Budi, kondisi sudah bisa diselesaikan secara damai.Kedua warga dengan
masing-masing tokoh adatnya sudah dipertemukan."Bahkan, kita sudah
meminta Polisi Timor Leste yang berjaga di perbatasannya untuk sama-sama
menjaga kondisi tersebut," katanya.
Dia mengaku,
pertemuan antartokoh adat dua desa di dua negara yang berbeda namun satu darah
itu segera dilakukan dalam waktu dekat untuk mencari jalan keluar demi
perdamaian selanjutnya. "Dalam beberapa hari ke depan, pertemuan itu
segera kita gelar di perbatasan," katanya.
Dia mengimbau
kepada seluruh warga Indonesia di perbatasan untuk tetap menjaga keakraban dan
kekeluargaan demi perdamaian antarwarga di masing-masing serambi negara.
Walaupun sudah berbeda negara, di kedua wilayah itu masih satu suku bangsa dan
memiliki satu budaya yang sama. "Hal itulah yang harus kita pegang teguh
untuk tetap menjaga perdamaian di batas negara," kata Budi.(antara ed: muhammad
hafil), Sumber Koran: Republika (18 Oktober 2013/Jumat, Hal. 07)