Jumat, 18 Oktober 2013

TNI Bantah Ada Perang di Perbatasan NTT-Timor Leste



KUPANG — Komandan Satu­an Tugas Pengamanan Perbatasan (Dansatgas) RI-Republic Demokratic Timor Leste (RDTL) Batalyon Infantri 743/PSY Mayor Inf Budi Prasetyo mengatakan, tidak ada perang antarwarga di perbatasan dua negara itu. "Yang terjadi hanyalah saling teriak karena sa­lah paham antarwarga di dua desa yang berada di perbatasan kedua negara tersebut," kata Budi yang dihubungi dari Kupang, Kamis (17/10).

Seperti diketahui, warga Nelu, Desa Sunsea, Kecamatan Naibenu, Kabupaten Timor Tengah Utara (ITU), Nusa Tenggara Timur, Indo­nesia, dikabarkan terlibat saling serang dengan warga Leolbatan, Desa Kosta, Kecamatan Kota. Dis­trik Oekusi RDTL, Senin (14/10). Menurut Budi, salah paham dua warga desa antarnegara itu yang berujung kepada saling teriak ter­sebut karena adanya aktivitas pembukaan lahan yang dilakukanoleh warga Desa Kosta untuk per­tanian di areal pekuburan milik warga Desa Sunsea.

Dia mengatakan, areal peku­buran milik warga Desa Sunsea itu sebagian sudah masuk ke dalam wilayah RDTL di Oecuse.Karena itu, terjadi kesa­lahpahaman.Warga Desa Sunsea menolak pembukaan lahan itu, namun warga dari Desa Kosta berkeras untuk membu­ka lahan tersebut."Hal itulah yang me­nyulut saling teriak antarwarga," katanya.

Kendati begitu, lanjut Budi, kondisi sudah bisa disele­saikan secara damai.Kedua warga dengan masing-masing tokoh adat­nya sudah dipertemukan."Bahkan, kita sudah meminta Polisi Timor Leste yang berjaga di perbatasan­nya untuk sama-sama menjaga kondisi tersebut," katanya.

Dia mengaku, pertemuan an­tartokoh adat dua desa di dua ne­gara yang berbeda namun satu da­rah itu segera dilakukan dalam waktu dekat untuk mencari jalan keluar demi perdamaian selanjut­nya. "Dalam beberapa hari ke depan, pertemuan itu segera kita gelar di perbatasan," katanya.

Dia mengimbau kepada seluruh warga Indonesia di perbatasan untuk tetap menjaga keakraban dan kekeluargaan demi perdamaian antar­warga di masing-masing serambi negara. Walaupun sudah berbeda negara, di kedua wilayah itu masih satu suku bangsa dan memiliki sa­tu budaya yang sama. "Hal itulah yang harus kita pegang teguh un­tuk tetap menjaga perdamaian di batas negara," kata Budi.(antara ed: muhammad hafil), Sumber Koran: Republika (18 Oktober 2013/Jumat, Hal. 07)