Kamis, 10 Oktober 2013 14:01 WIB
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Tentara Nasional Indonesia (TNI) hanya mengirim anggota batalyon pemenang lomba Pembinaan Satuan (Binsat) untuk diseleksi sebagai anggota misi perdamaian (peacekeeper) PBB.
Lomba Binsat merupakan rangkaian perlombaan antar satuan TNI. Ada berbagai cabang yang dilombakan, di antaranya menembak, lempar pisau, renang, panjat tebing, adu panco, dan lain-lain.
Menurut Komandan Pusa Misi Pemeliharaan Perdamaian TNI, Brigadir Jenderal TNI AM Putranto, hanya anggota terpilih yang dapat dikirim mewakili Indonesia sebagai pasukan penjaga perdamaian (peacekeeper) ke seluruh penjuru dunia.
"Masa kita mau kirim orang sakit," ujarnya pada sesi tanya jawab Seminar Nasional dan Peluncuran Buku "Indonesia dan Misi Perdamaian PBB: Tinjauan Diplomasi dan Politik Luar Negeri" yang diadakan di Ruang Seminar Timur Fisipol UGM, Jl Sosio Yustisia, Bulaksumur, Yogyakarta, Kamis (10/10/2013) siang.
Putranto mengatakan, seleksi tersebut meliputi tes kesehatan, psikologi, bahasa, serta pengetahuan mengenai proses komunikasi yang akan digunakan di lokasi.
Kemudian anggota yang lolos tes akan mengikuti kegiatan pratugas selama 30 hari untuk mengenal mekanisme kerja PBB dan kondisi lapangan di mana para prajurit akan diterjunkan.
Dalam kurun waktu tersebut, pihak TNI juga juga mempersiapkan alutsista yang akan digunakan selama misi perdamaian.
Segala persiapan tersebut perlu dilakukan mengingat pentingnya keikutsertaan TNI dalam misi perdamaian PBB.
Signifikansi tersebut di antaranya sebagai perwujudan prinsip politik luar negeri bebas aktif, sebagai respon negara terhadap situasi keamanan internasional, serta upaya mewujudkan perdamaian dunia yang merupakan amanat Pembukaan UUD 1945 sekaligus sebagai warga internasional yang baik.
Seminar ini merupakan kerjasama antara Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian Tentara Nasional Indonesia (PMPP-TNI) dengan Institute of International Studies (IIS) UGM.
Selain Putranto, hadir pula sebagai pembicara guru besar Fisipol UGM Prof Dr Jahja Muhaimin, Direktur Keamanan Internasional dan Pelucutan Senjata Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia periode 2010-2013 Febrian Alphyanto Ruddyard, dan editor buku "Indonesia dan Misi Perdamaian PBB: Tinjauan Diplomasi dan Politik Luar Negeri" Dafri Agussalim MA. (Editor: mon)
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Tentara Nasional Indonesia (TNI) hanya mengirim anggota batalyon pemenang lomba Pembinaan Satuan (Binsat) untuk diseleksi sebagai anggota misi perdamaian (peacekeeper) PBB.
Lomba Binsat merupakan rangkaian perlombaan antar satuan TNI. Ada berbagai cabang yang dilombakan, di antaranya menembak, lempar pisau, renang, panjat tebing, adu panco, dan lain-lain.
Menurut Komandan Pusa Misi Pemeliharaan Perdamaian TNI, Brigadir Jenderal TNI AM Putranto, hanya anggota terpilih yang dapat dikirim mewakili Indonesia sebagai pasukan penjaga perdamaian (peacekeeper) ke seluruh penjuru dunia.
"Masa kita mau kirim orang sakit," ujarnya pada sesi tanya jawab Seminar Nasional dan Peluncuran Buku "Indonesia dan Misi Perdamaian PBB: Tinjauan Diplomasi dan Politik Luar Negeri" yang diadakan di Ruang Seminar Timur Fisipol UGM, Jl Sosio Yustisia, Bulaksumur, Yogyakarta, Kamis (10/10/2013) siang.
Putranto mengatakan, seleksi tersebut meliputi tes kesehatan, psikologi, bahasa, serta pengetahuan mengenai proses komunikasi yang akan digunakan di lokasi.
Kemudian anggota yang lolos tes akan mengikuti kegiatan pratugas selama 30 hari untuk mengenal mekanisme kerja PBB dan kondisi lapangan di mana para prajurit akan diterjunkan.
Dalam kurun waktu tersebut, pihak TNI juga juga mempersiapkan alutsista yang akan digunakan selama misi perdamaian.
Segala persiapan tersebut perlu dilakukan mengingat pentingnya keikutsertaan TNI dalam misi perdamaian PBB.
Signifikansi tersebut di antaranya sebagai perwujudan prinsip politik luar negeri bebas aktif, sebagai respon negara terhadap situasi keamanan internasional, serta upaya mewujudkan perdamaian dunia yang merupakan amanat Pembukaan UUD 1945 sekaligus sebagai warga internasional yang baik.
Seminar ini merupakan kerjasama antara Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian Tentara Nasional Indonesia (PMPP-TNI) dengan Institute of International Studies (IIS) UGM.
Selain Putranto, hadir pula sebagai pembicara guru besar Fisipol UGM Prof Dr Jahja Muhaimin, Direktur Keamanan Internasional dan Pelucutan Senjata Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia periode 2010-2013 Febrian Alphyanto Ruddyard, dan editor buku "Indonesia dan Misi Perdamaian PBB: Tinjauan Diplomasi dan Politik Luar Negeri" Dafri Agussalim MA. (Editor: mon)