17 Oktober 2013
| 19:45 wib
SEMARANG,
suaramerdeka.com - Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Darat meminta
kompensasi pemanfaatan lahan untuk pengembangan Bandara Ahmad Yani sebesar Rp
6,5 miliar. Kejelasan kompensasi itu kembali dipertanyakan dalam rapat
koordinasi di Ruang Kerja Gubernur Jateng, Kamis (17/10).
Asisten Logistik
Kasdam IV Diponegoro Kolonel Inf Haris Panca Putra menyatakan, kompensasi
tersebut sudah disetujui pada masa gubernur sebelumnya. Namun kesepakatan itu
belum pernah jelas realisasinya. "Ada kesepakatan Rp 6,5 miliar kompensasi
untuk penerbad dan kodam. Katanya pernah akan direalisasikan dengan dana hibah
tapi selanjutnya belum jelas sampai sekarang," katanya.
Menanggapi hal
ini Gubernur Ganjar Pranowo menyatakan, kompensasi merupakan kesepakatan PT
Angkasapura dengan pihak TNI AD. Ia mempersilakan soal itu diselesaikan antara
kedua belah pihak. Karena jika memang disepakati, yang bertanggung jawab
mencairkan anggaran adalah Kementerian Keuangan. "Mau berapa saja saya
tutup mata, sesuai kebutuhan sajalah. Dulu proposalnya 6,5 miliar rupiah, Menkeu yang membayar," katanya.
Terkait
kompensasi untuk TNI AD, Direktur Personalia PT Angkasapura 1 Daan Ahmad
mengatakan, bahwa saat ini yang terpenting adalah bagaimana memanfaatkan aset
negara secara maksimal. "Setelah bandara dibangun dan jadi semua baru kita
pikirkan bagaimana solusi terbaik untuk semua pihak. Dan itu ada aturannya
sendiri," tegasnya.
Dalam pertemuan
yang dihadiri Waaslog Kasad Brigjen TNI Bayu Purwiyono itu, persoalan
pengembangan bandara dipastikan segera selesai. Pada Jumat pekan depan, segala
surat-surat administrasi diharapkan selesai sehingga langsung bisa digelar
penandatanganan kerja sama pemanfaatan (KSP). "Setelah KSP antara
Angkasapura dan Kodam selesai, setelah itu lelang dan mainkan. Semarang akan
segera punya bandara baru," kata gubernur.
Deputi Bidang
Ekonomi Sekretariat Wakil Presiden RI Tirta Hidayat yang ikut hadir dalam
pertemuan sore tadi mengaku senang dengan kepastian pengembangan bandara.
"Sejarah pengembangan bandara ini panjang, melewati tiga gub. Dari jaman
Pak Mardiyanto sampai Pak Bibit tidak selesai-selesai," katanya. (Anton
Sudibyo/CN38/SMNetwork)