Salah satu tugas militer adalah
operasi militer selain perang yang wujudnya antara lain program TNI Manunggal
Membangun Desa. Di mancanegara, program ini dikenal sebagai civic mission.Untuk menggelar TMMD di
tengah masyarakat, TNI mengandalkan para Bintara Pembina Desa di Komando Rayon
Militer yang tersebar di seluruh Indonesia.
Beragam infrastruktur, seperti jalan, jembatan,
drainase, perbaikan rumah tidak layak huni, perbaikan rumah ibadah, dan
budidaya pertanian, menjadi sasaran TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) yang
kini sudah berlangsung 91 kali hingga tahun anggaran 2013. Dalam pelaksanaan
di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, proyek pembangunan jembatan, penanaman
kedelai, hingga operasi katarak dan bibir sumbing digelar masif dalam TMMD
ke-91.
Sersan Kepala Chairudin (47), anggota Komando Rayon
Militer (Koramil) 06 Gowa yangditemui di Lapangan Kraeng Daeng Sibali, Takalar,
Rabu (9/10), mengatakan, sudah sejak jauh hari memantau warga di wilayahnya
yang membutuhkan bantuan operasi katarak dan bibir sumbing.Selain itu, dalam
keseharian, dia membantu mengajar masyarakat bercocok tanam.
"Saya ditugaskan di kampung halaman setelah 18
tahun berdinas di Batalyon Infanteri 433.Warga kenal saya dan keluarga saya di
kampung tempat penugasan," kata Chairudin yang hari itu datang ke Takalar
mengantar sejumlah pasien katarak dan bibir sumbing.
Ratam (61), warga penderita bibir sumbing asal
Kabupaten Jeneponto, Sulsel, bersyukur bisa ikut operasi bibir sumbing
gratis.Jika harus membayar, biaya yang dibutuhkan sekurangnya Rp 8 Juta.Ratam
adalah pencetak batu bata yang penghasilan hariannya paling banyak Rp 50.000.
Rasa syukur juga disampaikan pasien katarak, Juned
(47) asal Kota Makassar, Sulsel.Dia dihubungi Bintara Pembina Desa (Babinsa)
setempat dan diberi informasi tentang operasi katarak gratis sebulan sebelumnya."Saya
sudah tiga tahun kehilangan penglihatan di mata kanan karena katarak Syukurlah
ada operasi gratis," kata Juned.
Untuk pembangunan infrastruktur, apresiasi juga
didapat dari masyarakat. Jembatan di Desa Towutu, Kecamatan Polongbangkeng
Utara, Kabupaten Takalar, dibiayai masyarakat bersama TNI dan polisi. Jembatan
beton itu panjangnya 20 meter dan tinggi 4 meter lebih.
"Sebelum ada jembatan ini harus memutar jalan
tiga jam dengan sepeda motor. Sekarang tinggal menempuh perjalanan setengah
jam.Dulu kalau hujan kampung juga terisolasi karena tiga sungai meluap dan belum
ada jembatan," kata Daeng Lewa, warga Kampung Lauwah yang dibenarkan
tetangganya, Daeng Tallasa.
Pembangunan jembatan itu, ujar Kepala Penerangan
Kodam VII Wirabuana Kolonel (Inf) Steve Sinaulan, menelan biaya Rp 418 juta
"Bayangkan kalau dibangun swasta, berapa biayanya," kata Steve
membandingkan.
Contoh nyata
Para Babinsa juga aktif memberikan contoh dengan
mengembangkan tanaman kedelai.Lahan di Takalar yang semula sawah tadah hujan
dibuatkan sumur sehingga bisa untuk bercocok tanam pada musim kemarau saat
ini.
Asisten Teritorial Kodam VII Kolonel (Inf) Pranito
menjelaskan ada ribuan meter sawahdari lahan tidak aktif yang diolah para
Babinsa. "Kami memberi contoh langsung.Sebelumnya, hasil sawah hanya 4
ton padi per hektar. Setelah dibina, paling jelek dapat panen 6,5 ton per
hektar. Malah banyak yang bisa mencapai 10 ton per hektar," kata Branito
optimistis.
Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Budiman
dalam pemberian amanat di Kodam VII Wirabuana, Makassar, Selasa (8/10) malam,
mengingatkan, bintara yang pandai bergaul sangat diperlukan TNI untuk menjadi
Babinsa dan melakukan pembinaan teritorial di masyarakat.
"Para bintara di batalyon tempur dipilah
kemampuan yang mudah bergaul lagi cerdas, galak untuk jadi pelatih, hingga yang
klepreh-klepreh jadikan bintara makanan (Bamak) mengurusi logistik pasukan
ataumembantu dalam kegiatan," kata Jenderal Budiman.
Demi mendukung tugas secara maksimal, sarana
komunikasi Babinsa juga disiapkan dengan basis dunia maya atau siber.Saat ini
sedang dirintis agar laporan Babinsa bisa dilihat langsung dan bisa diakses Dandim,
Kodam, Mabes TNI AD, hingga Panglima TNI.
Budiman mengingatkan, sarana komunikasi di
pedesaan sekarang sudah canggih dengan beragam perangkat telepon genggam
sehingga para prajurit, termasuk Babinsa, harus antisipatif.Mereka tidak bisa
berdalih tidak bisa berbuat apa-apa karena bertugas di daerah terpencil atau
perbatasan.
Pengusaha Irwan Hidayat dari Grup Sido Muncul,
yang terlibat dalam program ini, mengatakan, pihaknya sangat mengandalkan
peran Babinsa.Dengan peran Babinsa, sejak tahun 2011, Sido Muncul mengoperasi
29.917 bola mata penderita katarak."Padahal, target kami semula 12.000
bola mata.Kami bersyukur bisa bersinergi dengan TNI," kata Irwan.
Babinsa bukanlah tentara yang sudah selesai masa
pakai di batalyon tempur lalu menunggu pensiun.Di daerah terpencil, ketika sebagian
besar fungsi pemerintahan tidak ada, para Babinsa Koramil menjadi simbol
kehadiran negara Indonesia.
Meski berperan aktif dalam kegiatan kemanusiaan.
Panglima TNI Jenderal Moeldoko berulang kali menegaskan, tak akan ada lagi
dwifungsi seperti terjadi pada masa Orde Baru. "Dwifungsi itu masa
lalu.Tugas kemanusiaan dilakukan tanpa embel-embel," kata Moeldoko.
Ujaran Moeldoko itu menjawab kritik dari para
aktivis hak asasi manusia yang berharap kegiatan kemanusiaan tidak digunakan
untuk kepentingan meraih kekuasaan militer atau mencari simpati rakyat bagi penguasa.(IWAN SANTOSA/ MOHAMAD FINAL DAENG), Sumber
Koran: Kompas (17 Oktober 2013/Kamis, Hal. 04)