Senin, 07 Oktober 2013 10:39 wib
JAKARTA - Partai politik (parpol) sejatinya merupakan wadah untuk merekrut para calon pemimpin di masa depan. Ironisnya, parpol di Indonesia justru belum menjalankan peran dan fungsinya dengan baik.
Menurut mantan Menhankam Wiranto, masih banyak parpol berorientasi pada memenangi pemilihan umum (pemilu) dan mengabaikan tugas mendidik dan melatih kader agar mendapatkan calon pemimpin berkualitas. Parpol, kata Wiranto, masih terjebak pada aktivitas berburu calon pemimpin yang instan, yang telah memiliki popularitas namun miskin integritas dan kompetensi. Parpol hanya mengejar target untuk mendapatkan suara sebanyak-banyaknya dalam pemilu.
"Akibatnya, sangat sedikit pemimpin yang duduk dalam pemerintahan yang benar-benar memiliki kualitas pemimpin perubahan yang mampu membuat kebijakan-kebijakan yang dapat dikatagorikan sebagai pendobrak terjadinya perubahan kondisi nasional," kata Wiranto, dalam Sidang Senat Terbuka Program Doktor Universitas Negeri Jakarta (UNJ), di kampus UNJ, Rawamangun, Jakarta, Senin (7/10/2013).
Dalam disertasi berjudul "Pengaruh Rekrutmen, Seleksi, Kompetensi dan Kebijakan Terhadap Perubahan Kondisi Nasional", Wiranto menyarankan parpol untuk menyadari posisi sebagai penentu, hulu kehidupan politik nasional. Parpol perlu melakukan redefinisi, reorientasi, dan reaktualisasi misinya.
"Ini dilakukan dengan meninggalkan cara-cara yang sarat dengan kesalahan, nepotisme, koncoisme, dan suapisme," imbuhnya.
Hasil disertasi Panglima TNI periode 1998-1999 ini menunjukkan, proses rekrutmen oleh partai politik, proses seleksi oleh Komisi Pemilihan Umum dan kompetensi pemimpin berpengaruh positif secara langsung terhadap kebijakan sebagai output yang kemudian berpengaruh positif secara langsung terhadap perubahan.
"Tanpa peningkatan rekrutmen, seleksi, kompetensi kepemimpinan dan kebijakan maka tidak ada perubahan yang dihasilkan oleh pemimpin yang mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan. Disarankan sebuah redefinisi dan reaktualisasi rekrutmen, seleksi kompetensi dan kebijakan untuk menjamin perubahan," ujar Wiranto.
Adapun sidang dipromotori oleh Gubes Tetap UNJ Prof. Dr. H. Djaali dan Prof. Dr. Muchlis R Ludin, MA. Tim penguji terdiri dari Rektor UNJ Prof. Dr. Bedjo Sujanto, M.Pd. (Ketua), Prof. Dr. H. Djaali (sekretaris), serta anggota tim penguji Prof. Dr. Muchlis R Luddin, MA., Prof. Dr. H. Thamrin Abdullah, MM., M.Pd., Prof. Dr. Maruf Akbar, M.Pd., dan Prof. Dr. Thomas Suyatno, MM. Sidang ini juga dihadiri tokoh politik nasional seperti CEO MNC Grup yang juga Calon Wakil Presiden RI Hary Tanoesoedibjo, mantan Wakil Presiden Try Sutrisno, dan Hamzah Haz. (ade)