Penyelenggaraan
pembangunan pertahanan negara merupakan sektor yang strategis dalam pembangunan
nasional secara umum.Setiap kebijakan pertahanan negara merupakan upaya
membangun dan membina kemampuan, daya tangkal negara dan bangsa, serta
menanggulangi setiap ancaman yang diselenggarakan secara terpadu lintas sektoral
dan melibatkan kementerian dan penyelenggara negara lainnya, termasuk TNI
sebagai kekuatan inti pertahanan negara.
Berbagai
kebijakan telah digulirkan dalam membangun sistem pertahanan negara yang
kokoh dan andal, dari mulai sektor industri pertahanan, sistem informasi, alat
utama sistem persenjataan (alutsista), dan tak kalah pentingnya adalah membangun
sumber daya manusia di bidang pertahanan yang berkualitas, seperti yang dilaksanakan
melalui Universitas Pertahanan (Unhan).
Ancaman nirmiliter
yang amat berbahaya di era modem, mendorong pemerintah membangun lembaga
pendidikan pertahanan.Kementerian Pertahanan (Kemhan) punmemprakarsai
pembentukan Unhan.
"Unhan
merupakan lembaga pendidikan tinggi yang unik, karena dirancang dan
mengkhususkan diri pada studi pertahanan setingkat S2.Unhan didirikan sebagai
institusi edukasi terbuka yang memberi kesempatan bagi para perwira TNI dan
sipil untuk belajar dan memperdalam ilmu pertahanan dari sudut pandang
militer, politik, ekonomi, sosial dan budaya," kata Rektor Unhan Letnan
Jenderal TNI Ir Drs Subekti MSc MPA.
Dalam kerja sama
antara sipil dan militer, perguruan tinggi sebagai sentra intelektual memiliki
peran yang penting. Civitas akademika kampus memiliki kemampuan untuk
mempertahankan Tanah Air dari ancaman-ancaman yang secara tradisional tak
dihadapi oleh angkatan bersenjata, seperti ancaman politik, ekonomi, sosial, budaya,
dan teknologi.
Unhan atau
Indonesia Defense University (IDU) ditetapkan melalui surat Mendiknas Nomor
29/MPN/OT/2009 . tanggal 6 Maret 2009 perihal 1 Pendirian Unhan, dan diresmikan
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, pada tanggal 11 Maret 2009 di Istana
Negara. "Unhan dicita-citakan menjadi unversitas kelas dunia. Beberapa
kampus luar negeri seperti Cranfield University, National Defence University
Amerika Serikat, Rajaratnam School of International Studies Singapura, dan
beberapa universitas di Australia dan Jerman turut mendukung pendirian dan proses
belajar-mengajar di Unhan," ujar Letjen Subekti.
Menurut dia,
kerja sama berupa pengiriman tenaga pengajar, kurikulum, beasiswa, dan studi
banding. "Universitas di dalam negeri seperti UI dan ITB juga aktif mendukung
Unhan dengan mengirim sejumlah guru besarnya untuk membantu membangun dan
menjalankan proses belajar-mengajar," ucapnya.
Letjen Subekti
menjelaskan, sampai tahun 2013 ini, Unhan memiliki dua fakultas, yakni Fakultas
Strategi Pertahanan yang membawahi Program Studi Strategi Perang Semesta;
Peperangan Asimetrik; Resolusi Damai dan Konflik, serta Strategi Kampanye
Militer. Sedangkan Fakultas Manajemen Pertahanan Membawahi Program Studi '
Manajemen Pertahanan; Ekonomi Pertahanan dan Disaster Manajemen.
"Ke depan,
Unhan akan memiliki Fakultas Keamanan Nasional, studi yang membawahi keamanan
maritim dan diplomasi pertahanan. Setiap tahun unhan telah melahirkan alumni
yang tersebar di seluruh indonesia, dengan perkiraan total sebanyak 500 lebih.
Mereka ada yang bekerja sebagai TNI, pegawai negeri sipil (PNS), swasta maupun
menjadi dosen di PTN maupun PTS," katanya.
Letjen Subekti
menjelaskan, kini memasuki usia kelima, Unhan terus berbenah diri, baik dari
aspek organisasi maupun penataan fungsi lainnya. "Dan yang menjadi
prioritas adalah pemenuhan dosen di setiap program studi, karena dosen
merupakan komponen terpenting dalam proses penyelenggaraan pendidikan tinggi.
Selain itu, pengelola administrasi pun diharapkan memiliki gelar akademik
S2.Karena mereka harus melayani organisasi yang menyelenggarakan pendidikan
tinggi setingkat magister," katanya.
Prioritas
selanjutnya, tambah Letjen Subekti, adalah akreditasi program studi."Dari
sejumlah program studi yang ada di Unhan belum satu pun yang terakreditasi.Ini
adalah pekerjaan yang tertunda-tunda, pada awalnya kita menginginkan
akreditasi internasional, tapi karena tuntutan unhan sebagai PTN, maka di
tahun yang kelimaini ditargetkan kami sudah mendapat akreditasi dari Badan
Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT)," ucapnya.
Letjen Subekti
memaparkan, dari pembenahan dan prioritas yang telah ditetapkan, diharapkan
dapat tercipta budaya akademik yang kondusif melalui berbagai aktivitas
akademik."Sehingga atmosfer ini diharapkan dapat mendukung penciptaan
iklim yang kondusif dalam melahirkan kualitas mahasiswa yang andal,"
katanya.
Pembangunan
Karakter
Letjen Subekti
menambahkan, Unhan merupakan salah satu universitas yang menyediakan beberapa
program studi dalam hal pertahanan negara, telah mampu meluluskan sarjana dan
menjadikannya diplomat di Kementerian Luar Negeri."Karena, di sini para
calon mahasiswa yang ingin masuk UNHAN harus mempunyai skor Test of English as
a Foreign Language (TOEFL) minimal 550.Sebanyak 70 persen mahasiswa Unhan
berasal dari sipil, selebihnya dari tentara dan PNS.Unhan mempunyai misi
menjadikan peserta didik maupun yang keluar atau lulusan mempunyai jiwa
kepemimpinan untuk membangun bangsa Indonesia," katanya.
Dia menegaskan,
keberadaan Unhan saat ini sangat penting, terlebih di tengah era global
persaingan tanpa batas, sehingga bangsa Indonesia memerlukan pemimpin yang
memiliki kemampuan, dan menjunjung nasionalisme serta budaya."Unhan punya
peran penting meningkatkan dan menciptakan pembentukan character building
terhadap calon-calon pimpinan nasional ke depan," ujar Rektor Unhan.
Lulusan Unhan,
tutur dia, diharapkan mampu menjadi pemimpin ideal dan menjawab
tantangan-tantangan zaman yang semakin berat, dan tetap berpegang teguh pada
Pancasila sebagai ideologinya. Selain itu, Rektor Unhan juga mengingatkan
urgensi pembentukan badan nasional tentang cyber.Ini mengingat penghancuran
suatu negara bisa dilakukan tanpa menggunakan kekuatan senjata."Misalnya
dengan menghancurkan ideologi negara melalui media Informatika teknologi
seperti Cyber Crime.Oleh karena itu, kita harus mampu mengantisipasi dan memprotek
semua yang bersifat non fisik itu," ucap Subekti.Sumber Koran: Suara Karya
(07 Oktober 2013/Senin, Hal. 04)