Rabu, 16 Oktober 2013

TNI AD Kembangkan Satelit, Radar, dan TI



JAKARTA,   Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat mengembangkan satelit, jaringan komunikasi siber internal atau intranet, dan radar.Kepala Staf TNI AD Jenderal Budiman yang ditemui di Markas Besar TNI AD mengatakan, kemampuan perang siber TNI AD masih dalam tahap permulaan dan perlu dibangun terus-menerus.

"Kami baru mulai memba­ngun kemampuan teknologi in­formasi dalam tahap awal sekali.Setelah selesai, dari pos perba­tasan dan Koramil di pedalaman dapat berkomunikasi dengan atasan langsung hingga Mabes TNI AD secara real time.Kondisi keamanan pun dapat diketahui langsung dari Koramil, Kodim, Kodam, hingga Mabes TNI AD.Otomatis kami juga menciptakan paperless office di lingkungan TNI AD," kata Budiman, di Ja­karta, Senin (14/10).

Dia mengatakan, sistem ke­amanan bagi jejaring intranet tersebut sedang dibangun.Tim yang mengerjakan merupakan gabungan perwira TNI dan para ilmuwan Indonesia.

Salah satu ilmuwan yang be­kerja sama dengan Mabes TNI AD adalah Johanes Surya. Sela­ma ini, kata Budiman, TNI AD menjaga sikap low profile sehing­ga jejaring siber yang dimilikitidak diganggu dan justru dilin­dungi para peretas Indonesia, yang mencintai TNI.

Kurangi ketergantungan
Untuk jaringan satelit dan ra­dar pendukung sistem siber in­tranet yang dikembangkan TNI AD, turut disiapkan pula sate­lit-satelit dan radar komunikasi. Satelit-satelit komunikasi terse­but akan membuat ketergan­tungan militer Indonesia dan lembaga pemerintah serta swasta dalam negeri bisa lepas dari pihak asing.

Satelit yang dikembangkan TNI bersama para ilmuwan In­donesia tersebut sangat murah, yakni di bawah Rp 6 miliar (se­kitar 500.000 dollar AS) per unit.Radar dikembangkan TNI AD bersama sebuah perusahaan swasta nasional di Bandung.Per­usahaan ini adalah perusahaan pemasok radar bagi Lockheed Martin Industries di AmerikaSerikat untuk kepentingan sipil dan militer.

Sistem intranet, satelit, dan ra­dar tersebut akan tergabung de­ngan persenjataan baru TNI AD, seperti pesawat tanpa awak (drone) yang akan mulai dioperasikan tahun 2014. Pesawat tanpa awak tersebut dapat menjaga daerah perbatasan dan membantu ope­rasi tanggap bencana.

Pesawat tanpa awak tersebut juga dibuat di dalam negeri. Bu­diman optimistis, pemberdayaan teknologi informasi akan men­ciptakan tentara modern, efisien dengan mobilitas tinggi. Dia ya­kin, di masa depan, kecil terjadi perang konvensional prajurit berhadapan melawan prajurit.

Cegah penyelewengan
Menanggapi langkah revolu­sioner pemanfaatan teknologi informasi oleh TNI AD, Koordi­nator Komisi untuk Orang Hi­lang dan Korban Tindak Keke­rasan (Kontras) Haris Azhar mengapresiasi terobosan yang di­lakukan Budiman.

"Secara teknologi itu bagus.Baik pula asal digunakan untuk deteksi dini keamanan wilayah dari ancaman yang merugikan Indonesia, seperti pencurian ikan, penyelundupan kayu.pen­curian migas, batubara, dan ma­nusia perahu. Akan tetapi harus diingat, dalam konteks hak asasi manusia (HAM), pertanyaannya, sejauh mana pengetahuan dari informasi yang diperoleh terse­but tidak diselewengkan untuk keperluan politis atau ekonomi koruptif," ujar Haris.

Dia berharap dibangun sistem agar ada akuntabilitas dari pem­bangunan pertahanan berbasis teknologi informasi tersebut."Apakah kelak sekadar dianggap pelanggaran disiplin militer jika terbukti ada penyelewengan da­lam pemanfaatan data yang di­peroleh dari sistem informasi TNI AD tersebut?" ujarnya.

Menurut Haris, dalam teori hukum, peningkatan teknologi dan perluasan peran dari per­alatan tersebut harus diimbangi kontrol hukum yang kuat dan demokratis. Dengan demikian, langkah modernisasi TNI AD ter­sebut bermanfaat dan bisa di­percaya masyarakat.(ONG), Sumber Koran: Kompas (16 Oktober 2013/Rabu, Hal. 04)