JAKARTA, Tentara Nasional Indonesia Angkatan
Darat mengembangkan satelit, jaringan komunikasi siber internal atau intranet,
dan radar.Kepala Staf TNI AD Jenderal Budiman yang ditemui di Markas Besar TNI
AD mengatakan, kemampuan perang siber TNI AD masih dalam tahap permulaan dan
perlu dibangun terus-menerus.
"Kami baru mulai membangun kemampuan
teknologi informasi dalam tahap awal sekali.Setelah selesai, dari pos perbatasan
dan Koramil di pedalaman dapat berkomunikasi dengan atasan langsung hingga
Mabes TNI AD secara real time.Kondisi
keamanan pun dapat diketahui langsung dari Koramil, Kodim, Kodam, hingga Mabes
TNI AD.Otomatis kami juga menciptakan paperless
office di lingkungan TNI AD," kata Budiman, di Jakarta, Senin
(14/10).
Dia mengatakan, sistem keamanan bagi jejaring
intranet tersebut sedang dibangun.Tim yang mengerjakan merupakan gabungan
perwira TNI dan para ilmuwan Indonesia.
Salah satu ilmuwan yang bekerja sama dengan Mabes
TNI AD adalah Johanes Surya. Selama ini, kata Budiman, TNI AD menjaga sikap low profile sehingga jejaring siber
yang dimilikitidak diganggu dan justru dilindungi para peretas Indonesia, yang
mencintai TNI.
Kurangi
ketergantungan
Untuk jaringan satelit dan radar pendukung sistem
siber intranet yang dikembangkan TNI AD, turut disiapkan pula satelit-satelit
dan radar komunikasi. Satelit-satelit komunikasi tersebut akan membuat
ketergantungan militer Indonesia dan lembaga pemerintah serta swasta dalam
negeri bisa lepas dari pihak asing.
Satelit yang dikembangkan TNI bersama para ilmuwan
Indonesia tersebut sangat murah, yakni di bawah Rp 6 miliar (sekitar 500.000
dollar AS) per unit.Radar dikembangkan TNI AD bersama sebuah perusahaan swasta
nasional di Bandung.Perusahaan ini adalah perusahaan pemasok radar bagi Lockheed Martin Industries di
AmerikaSerikat untuk kepentingan sipil dan militer.
Sistem intranet, satelit, dan radar tersebut akan
tergabung dengan persenjataan baru TNI AD, seperti pesawat tanpa awak (drone) yang akan mulai dioperasikan
tahun 2014. Pesawat tanpa awak tersebut dapat menjaga daerah perbatasan dan
membantu operasi tanggap bencana.
Pesawat tanpa awak tersebut juga dibuat di dalam
negeri. Budiman optimistis, pemberdayaan teknologi informasi akan menciptakan
tentara modern, efisien dengan mobilitas tinggi. Dia yakin, di masa depan,
kecil terjadi perang konvensional prajurit berhadapan melawan prajurit.
Cegah
penyelewengan
Menanggapi langkah revolusioner pemanfaatan
teknologi informasi oleh TNI AD, Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan
Korban Tindak Kekerasan (Kontras) Haris Azhar mengapresiasi terobosan yang dilakukan
Budiman.
"Secara teknologi itu bagus.Baik pula asal
digunakan untuk deteksi dini keamanan wilayah dari ancaman yang merugikan
Indonesia, seperti pencurian ikan, penyelundupan kayu.pencurian migas,
batubara, dan manusia perahu. Akan tetapi harus diingat, dalam konteks hak
asasi manusia (HAM), pertanyaannya, sejauh mana pengetahuan dari informasi yang
diperoleh tersebut tidak diselewengkan untuk keperluan politis atau ekonomi
koruptif," ujar Haris.
Dia berharap dibangun sistem agar ada akuntabilitas
dari pembangunan pertahanan berbasis teknologi informasi tersebut."Apakah
kelak sekadar dianggap pelanggaran disiplin militer jika terbukti ada
penyelewengan dalam pemanfaatan data yang diperoleh dari sistem informasi TNI
AD tersebut?" ujarnya.
Menurut Haris, dalam teori hukum, peningkatan
teknologi dan perluasan peran dari peralatan tersebut harus diimbangi kontrol
hukum yang kuat dan demokratis. Dengan demikian, langkah modernisasi TNI AD tersebut
bermanfaat dan bisa dipercaya masyarakat.(ONG),
Sumber Koran: Kompas (16 Oktober 2013/Rabu, Hal. 04)