20 Oktober 2013 |
22:40 wib
SEMARANG,
suaramerdeka.com - Perjanjian
kerja sama (PKS) antara TNI AD dan PT Angkasa Pura I sebenarnya sudah
mengerucut pada kesepakatan kontribusi tetap. Sesuai proposal, PT Angkasa Pura
I akan memberikan kontribusi tetap dan pembagian keuntungan kepada TNI AD
sebesar Rp 6,5 miliar, untuk sewa lahan 88,45 hektare selama 20-30 tahun.
General Affair and
Communication Section Head PT Angkasa Pura I Bandara A Yani, Anom Fitranggono
mengatakan, hal tersebut sudah tidak menjadi masalah, dan pengajuan proposal
sudah dilakukan awal September 2013. TNI AD mengajukan proposal ke Kemenhan dan
Mabes TNI, sedang Angkasa pura mengajukan ke Kementerian BUMN, dan Direktorat
Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan.
"Kami
tinggal menunggu persetujuan dari pusat. Kalau surat sudah turun, pembangunan
akan dilakukan satu bulan setelahnya. Sebab ground breaking dan persiapan
tender untuk kontraktor sudah direncanakan oleh Angkasa Pura, tinggal
melaksanakan," ujarnya, Minggu (20/10).
Diakui,
belum adanya kesepakatan dengan TNI AD ini membuat Angkasa Pura maju mundur.
Sebab tanpa ada surat resmi perjanjian kerja sama, maka tidak ada payung hukum
yang menaungi pembangunan bandara. "Kami tidak mau terjadi seperti di
Surabaya. Perjanjian kerja sama belum ditandatangani, tapi pembangunan bandara
sudah dilakukan. Akhirnya yang dirugikan kedua belah pihak, TNI dan Angkasa
Pura," tandasnya.
Kepala
Dishubkominfo Jateng Urip Sihabudin menyatakan, PKS menjadi kunci dalam proses
pembangunan bandara. Jika KSP telah ditandatangani, maka proses lelang dapat
dimulai. "Proses PKS ini harus kembali dilakukan karena pihak Angkasa Pura
meminta tambahan pemanfaatan lahan 20,8 hektare. Untuk pemanfaatan lahan seluas
67 hektare yang diusulkan semula sudah diselesaikan oleh Menkeu,"
terangnya.
Pengembangan
Bandara Ahmad Yani diprediksi akan mampu menampung jumlah penumpang, pesawat,
dan muatan kargo hingga 20-30 tahun ke depan. Rencananya apron akan dibangun
dua tahap. Tahap pertama seluas 61.344 meter persegi akan menampung dua Boeing
767 dan delapan Boeing 737, pembangunan tahap dua seluas 72.522 meter persegi
menampung dua pesawat Boeing 767 dan sepuluh Boeing 737.
Sedang
terminal baru akan dibangun seluas 40.900 meter persegi dengan kapasitas empat
juta penumpang per tahun. Detail engineering design (DED) proyek telah mencapai
90%.
Saat
ini luas apron eksisting 29.032 meter persegi dan hanya bisa menampung enam
pesawat berbadan sedang, dan dua pesawat baling-baling. Luas terminal penumpang
6.708 meter persegi. Sedang luas terminal eksisting 6.108 meter persegi dengan
kapasitas hanya 900.000 penumpang per tahun. (Fani Ayudea/CN38/SMNetwork)