Senin, 14 Oktober
2013, 06:00 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, Hingar bingar peringatan Hari Tentara
Nasional Indonesia (TNI) masih terasa di sekitar kita, terutama di seputaran
Monumen Nasional, tempat penyelenggaraan Pameran Peralatan Perang yang dimiliki
oleh TNI. Kita patut turut berbangga dengan canggihnya peralatan tempur yang
dimiliki oleh TNI. Sebagai alat utama pertahanan negara, TNI mempunyai peran
penting dalam kegiatan bernegara.
Pada
awal berdirinya, negara kita menghadapai bermacam tantangan di berbagai sektor,
baik yang timbul dari dalam negeri maupun dari pihak luar. Tantangan terberat berasal
dari keinginan para penjajah untuk menancapkan kembali kukunya di bumi pertiwi.
Bersyukurlah, kemudian sejarah membuktikan, bahwa kita memiliki tentara yang
tangguh dan didukung oleh masyarakat, sehingga kedaulatan Republik Indonesia
dapat dipertahankan.
Ketangguhan
TNI dapat terwujud karena adanya program pemberdayaan sumber daya manusia dan
program modernisasi alat tempur guna mengatasi tantangan yang berkembang atas
ancaman non-tradisional terhadap keamanan. Meningkatnya kepentingan pertahanan dan
keamanan terkait teknologi, termasuk dari ancaman cyber crime, juga merupakan
alasan bagi modernisasi militer.
Melalui
APBN 2013, TNI memperoleh anggaran sebanyak Rp 81,8 triliun. Dana ini meningkat
dari anggaran tahun lalu yang hanya 72,54 triliun. Dana ini selain digunakan
untuk pembiayaan rutin, seperti gaji prajurit dan pemeliharaan peralatan
tempur, juga akan digunakan untuk menambah kekuatan peralatan tempur.
Enam
buah jet tempur Sukhoi Su-30 MK2, beberapa pesawat CN 295 yang akan
menggantikan Fokker 27, CN 235 MPA, beberapa jenis Helikopter Serang maupun
full combat¸ beberapa macam kendaraan tempur seperti Main Battle Tank, Kapal
Korvet dan artileri pendukungnya adalah beberapa jenis peralatan yang akan
ditambahkan di tahun 2013 ini.
Dari
mana negara membiayai kebutuhannya untuk modernisasi peralatan tempur tersebut?
Pada dasarnya sumber penerimaan negara berasal dari dua sumber: dalam negeri
dan luar negeri. Penerimaan dalam negeri diantaranya berasal dari hasil
penjualan sumber daya alam dan pembayaran
pajak. Sedangkan penerimaan dari luar negeri diantaranya berupa hutang maupun
hibah dari negara lain.
Walaupun
Indonesia termasuk negara yang mempunyai banyak kekayaan alam, namun kita tidak
dapat terus menerus bergantung padanya. Karena sumber daya alam tidak mempunyai
sifat terbarukan, sehingga dengan eksploitasi secara terus menerus sumber daya
alam tersebut akan semakin berkurang dan habis.
Kita
pun tidak dapat selamanya menggantungkan diri selamanya dari utang maupun
bantuan dari luar negeri. Sejarah membuktikan bahwa hutang maupun bermacam
bantuan tersebut tidak bebas dari beberapa persyaratan yang seringkali
memberatkan. There is no such a free lunch.
Agar
negara kita juga berdaulat secara finansial, negara harus membiayai pembangunan
secara mandiri, sehingga bebas intervensi dari negara lain. Itu berarti kita
memaksimalkan penerimaan dalam negeri dan meminimalisir sumber dana dari luar
negeri. Saat ini, hasil penjualan sumber daya alam sebagai salah satu
penerimaan negara, semakin berkurang. Hanya dari pajaklah kita menggantungkan
sebagian besar penerimaan negara. Dengan kata lain, untuk berdaulat secara
finansial, penerimaan pajak harus terus diperbesar agar negara kita semakin
mandiri.
Postur
APBN 2013 menunjukkan bahwa sekitar 70% penerimaan negara berasal dari pajak,
yang merupakan kontribusi nyata Anda dalam Pembangunan. Sehingga dapat
dikatakan bahwa Anda, para pembayar pajak, turut berkontribusi dalam program
ketahanan nasional Republik Indonesia. Ya, kebanggaan kita memiliki ketahanan
nasional yang tangguh adalah buah dari partisipasi membayar pajak. Bangga bayar
pajak. (Redaktur : Heri Ruslan)