Minggu, 20 Oktober
2013 02:26 WIB
Jakarta (ANTARA News)
- Analis
politik-intelijen Mayjen TNI (Pur) Glenny Kairupan, M.Sc meminta agar
pihak-pihak tertentu jangan terlalu cepat menyimpulkan bahwa mantan Ketua Umum
Partai Demokrat Prof Subur Budhisantoso telah diculik oleh Badan Intelijen
Negara (BIN).
"Karena
sifat informasinya yang masih simpang-siur, perlu kehati-hatian, sampai
kemudian dapat dipastikan sejauh mana fakta kebenarannya," katanya kepada
Antara di Jakarta, Sabtu malam.
Glenny,
yang mantan perwira Direktorat B Badan Intelijen Stategis (BAIS) TNI itu,
ketika ditanya beredarnya kabar mengenai hal itu, melihat bahwa dibutuhkan
kecermatan terkait masalah tersebut.
Menurut
mantan pengajar di Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) itu, ada beberapa
catatan yang bisa dirujuk dari kasus itu, jika benar terjadi penculikan.
Ia
mengatakan bahwa harus diakui posisi Subur Budhisantoso sebagai salah satu
pendiri dan ketua umum pertama Partai Demokrat (PD) memang sangat strategis.
"Bisa
saja di masa kepemimpinan beliau, ada komitmen-komitmen yang mungkin belum
dipenuhi," katanya.
Sedangkan
jika diambil analisa ada persoalan kriminal, katanya, dalam kondisi Subur yang
sudah "sepuh", ia menyebut "sangat jauh sekali" dikaitkan.
Hanya
saja, menurut dia, sekarang ini sangat mudah menggunakan instansi untuk sebuah
tuduhan, sehingga dalam masalah ini, mestinya lingkaran Subur bisa melakukan
cek silang.
"Artinya,
jangan langsung ikut karena merasa dipanggil instansi penting," katanya.
Menurut
dia, jika misalnya dalam waktu singkat bisa ditemukan, sebenarnya bisa dicari
informasinya melalui keluarga dan kalangan terdekatnya.
Dari
lingkaran terdekat, kata dia, bisa diketahui sehari atau dua hari sebelum
peristiwa, yang bersangkutan pergi dan bertemu dengan siapa saja. (A035/H-KWR & Editor: Ruslan Burhani)