Rabu, 09 Oktober 2013

Tak Pernah Bolos Kuliah, Raih Nilai A pada Mata Kuliah Statistik

Selasa, 08/10/2013 - 10:02:14 WIB 

Panglima TNI periode 1998-1999 ini mempertahankan disertasi berjudul “Pengaruh Rekrutmen, Seleksi, Kompetensi dan Kebijakan Terhadap Perubahan Kondisi Nasional”. Hampir dua jam ia bertahan di hadapan sidang yang digelar terbuka itu.

"Setelah mendengar dan menimbang, memutuskan bahwa Jenderal TNI (Purn) Wiranto dinyatakan lulus dalam ujian pada 7 Oktober 2013 di UNJ," ucap Rektor UNJ Prof Dr Bedjo Sujanto, dalam sidang tersebut. Wiranto juga menuai pujian lantaran berhasil meraih nilai A pada mata kuliah statistik.

Anak dari seorang guru SD bernama R.S Wirowiyoto itu meraih indeks prestasi kumulatif (IPK) 4,0, ujian tertutup 3,84, ujian terbuka 3,91, dan nilai akhir 3,92. Sehingga, Wiranto yang merupakan doktor ke 2.081 UNJ itu dinyatakan lulus dengan predikat cum laude.

Hasil disertasi mantan Menhankam ini menunjukkan bahwa proses rekrutmen oleh partai politik, proses seleksi oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan kompetensi pemimpin berpengaruh positif secara langsung terhadap kebijakan sebagai output yang kemudian berpengaruh positif secara langsung terhadap perubahan.

Dalam sidang doktoral yang dipromotori oleh Guru Besar Tetap UNJ Prof. Dr. H. Djaali dan Prof. Dr. Muchlis R Ludin, MA, Wiranto dicecar terkait desertasinya oleh Prof. Dr. H. Djaali (sekretaris), serta anggota tim penguji Prof. Dr. Muchlis R Luddin, MA., Prof. Dr. H. Thamrin Abdullah, MM., M.Pd., Prof. Dr. Maruf Akbar, M.Pd., dan Prof. Dr. Thomas Suyatno, MM.

Saat penyampaian materi disertasinya, Wiranto mengatakan, secara substantif, dia berusaha mencari jawaban, mengapa perubahan kondisi nasional yang tak kunjung hadir dalam kehidupan kebangsaan Indonesia, sesuai harapan rakyat. Penelitiannya juga mengingatkan pentingnya peranan sumber daya manusia.

Secara kumulatif, ujar Wiranto, kepemimpinan eksekutif dan legislatif pada tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten/kota yang memiliki otoritas menentukan kebijakan-kebijakan,sesuai dengan tugas dan tanggungjawab di level masing-masing, akan berpengaruh terhadap perubahan kondisi nasional.

"Dengan kata lain, perubahan kondisi nasional mau tidak mau harus melalui kebijakan-kebijakan para pemimpin tersebut. Selanjutnya, melalui proses kausal, suatu kebijakan itu akan dipengaruhi oleh kompetensi, seleksi, dan rekrutmen," kata Wiranto.

Suami Rugaiya Usman itu menyusun disertasinya menggunakan instrument penelitian yang sudah diuji keabsahannya dan dikirimkan ke 25 provinsi di Indonesia yang melibatkan 50 kota atau kabupaten. Ada 550 responden yang berpartisipasi dan datanya diproses, sebelum dilaporkan dalam ujian tertutup yang telah dilaksanakan sebulan lalu.
Ditegaskan Wiranto, dari penelitian yang dia lakukan diketahui bahwa perubahan kondisi nasional dapat diwujudkan dan hanya akan hadir apabila kebijakan para pemimpin pemerintahan memiliki bobot sebagai pemimpin perubahan dan sebagai pendobrak.

Dia juga mengungkap sejumlah solusi untuk menghasilkan kepemimpinan nasional yang berkualitas, yakni partai politik harus meninggalkan cara lama dan sarat kesalahan dalam proses rekrutmen. Syaratnya, rekrutmen tersebut harus mengacu pada konsep selektivitas dan benar-benar berbasis kompetensi.

Disertasi yang dirampungkan Wiranto dalam waktu lebih kurang satu tahun itu juga dicetak dalam bentuk buku. Namun judulnya sedikit dipoles dari judul desertasi menjadi "Perubahan, Mungkinkah" Mengharapkan Hadirnya Pemimpin Pendobrak Kemandekan".
Diakuinya buku itu belum sempurna karena pendekatan yang dilakukan masih sebatas bidang studi yang didalaminya, yakni Human Resources Management. Namun dia berharap buku itu bisa memberikan referensi tambahan kepada pembaca tentang bagaimana rakyat Indonesia menilai pencapaian pembangunan selama ini.

Sidang doktoral Wiranto di Gedung IDB II UNJ, juga hadir para mantan pejabat negara dan tokoh nasional, seperti Try Sutrisno, Akbar Tanjung, Jusuf Kalla, Hary Tanoesoedibjo, Akbar Tanjung, Irman Gusman, Kwik Kian Gie, Hamzah Haz, Purnomo Yusgiantoro, dan tokoh lainnya.

Ditemui usai sidang, Wiranto mengatakan dalam disertasinya dia memang menulis sesuatu yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini sesuai bidang ilmu yang digelutinya, terutama masalah kepemimpinan. Makanya, kata dia, disertasinya bicara masalah kepemimpinan nasional dan daerah.

Tapi intinya, kata Wiranto, bangsa Indonesia tidak akan kalah dengan negara lain dalam persaingan global. Alasannya, Indonesia adalah negara kaya yang memiliki semua yang diperlukan.

"Tapi saat kita ternyata masih dalam kondisi seperti ini, kita cari sebabnya. Nah kita temukan tadi bahwa ada yang hilang, sesuatu yang harus diperkuat, yaitu leadership, bagaimana melahirkan pemimpin yang tidak hanya jadi manajer, tapi pemimpin perubahan," katanya.

Karena itulah, tegas Wiranto, perlu dibenahi yang namanya proses rekruitmen baik di partai politik, sampai pada sistem pemilu. Dia juga mengemukakan pentingnya dibuat suatu perencanaan yang betul-betul bisa dijalankan para pimpinan nasional dan daerah. Apalagi pemimpin itu punya tanggungjawab pada rakyat yang sebenarnya punya negeri ini.

Ditanya mengenai motivasinya mengejar gelar doktor, Wiranto mengaku pengetahuan itu baginya sangat penting, apalagi bagi pemimpin. "Pengetahuan itu penting, dengan knowlegde bisa melihat persoalan, bisa menemukan permasalahan, bisa menemukan solusi dan mencari peluang yang dapat membawa bangsa ini pada kejayaan," tandasnya.
Pria kelahiran Yogyakarta tahun 1947 itu juga mensyukuri predikat cum ladue yang disematkan oleh tim penguji. Apalagi dia dinyatakan tak pernah sekalipun bolos dari bangku kuliah. Hal itu, kata Wiranto, bisa terwujud lantaran disiplin pribadi yang dia miliki serta kemauan di tengah kesibukannya. Dia meyakini dengan kuliah, maka dia bisa memadukan pengalaman empirik dengan teoritik.

"Saya bersyukur. Sebenarnya ilmunya yang penting. Hasilnya bagaimana saya kembalikan kepada penguji. Kalau hasilnya cum laude saya syukuri," katanya. Wiranto mengaku puas dengan apa yang dia raih, karena ekspresi dari imajinasinya selama ini sama hasilnya dengan apa yang difikirkan masyarakat. Itu terbukti dalam kuesioner yang dilemparnya ke publik.

Istri Wiranto, Rugaiya Usman merasa kagum dengan prestasi suminya yang terus semangat meningkaatkan pengetahuan dan wawasannya melalui bangku kuliah hingga akhirnya menyandang gelar doktor. "Beliau benar-benar berusaha belajar. Mudah-mudahan ilmu ini bisa dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari dan berguna untuk bangsa dan negara," singkatnya.

Sementara itu Jusuf Kalla juga menyampaikan apresisasinya kepada Wiranto yang menurutnya telah menunjukkan prestasi luar biasa dan pelajaran berharga bagi generasi muda dan politisi. "Pak Wiranto luar biasa. Dalam kesibukan dan sudah menjadi pimpinan partai pun masih menyempatkan waktu belajar. Ini harus dijadikan contoh bahwa politisi harus belajar terus," ujarnya.

Hal senada dikatakan Ketua DPD RI, Irman Gusman, yang melihat kegigihan Wiranto untuk terus belajar. Apa yang dilakukan Wiranto itu menurutnya harus dijadikan teladan bagi generasi muda bangsa. (Fat/jpnn)