KAMIS, 03 OKTOBER
2013 | 19:14 WIB
TEMPO.CO, Nusa Dua – Panglima Komando
Pengamanan Gabungan KTT APEC 2013 Letjen TNI Lodewijk Freidrich Paulus
menyatakan pihaknya telah mengantisipasi berbagai kemungkinan ancaman dan gangguan
terhadap jalannya konferensi, termasuk misalnya
mencegah terjadinya aksi pelemparan sepatu.
Dalam
konferensi pers pada Kamis 3 Oktober 2013 ini, mantan Komandan Jenderal
(Danjen) Kopassus itu mengaku diberi amanah khusus oleh Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono, dan Panglima TNI Jenderal Moeldoko untuk memberikan pengamanan yang
terbaik sekaligus memberikan kenyamanan untuk semua tamu negara.
Karena
itu, dia mengedepankan sistem senjata sosial, ketimbang penggunaan kekuatan
militer. Sistem pencegahan atau deterrence itu, menurutnya, akan mewujudkan KTT
APEC 2013 yang aman sekaligus nyaman.
Berikut
wawancara Tempo dengan Freidrich Paulus, di sela-sela peninjauan kesiapan Hotel
Sofitel, Kamis, 3 Oktober 2013 siang:
Anda bisa memastikan
pengamanan KTT APEC tidak mengurangi kenyamanan wisatawan yang mau berlibur ke
Bali?
Oh,
iya. Saya jalan-jalan di sini, banyak ketemu turis, saya tanya soal ini.
Jawaban mereka “Good for me..” Mereka kan orang-orang yang kalau nggak, ya
nggak, kalau iya, ya iya.
Sejauh ini, apa ada
laporan ancaman untuk KTT APEC?
Sementara
ancaman keamanan belum ada. Kita bicara soal ancaman, gangguan hambatan, belum
ada. Tetapi sebagai aparat keamanan, kita harus membuat apa yang disebut
rencana kontijensi. Contoh, misalnya bagaimana jika ada yang melempar sepatu.
Seperti kejadian yang menimpa Presiden Iran Hassan Rouhani baru-baru ini.
Bagaimana
antisipasinya?
Kalau
sampai kejadian, gampang... tinggal menangkap. Tapi yang kita lakukan adalah
upaya-upaya preventif, deterrence. Kita seleksi siapa yang masuk. Kita lihat,
apakah dia merasa tidak nyaman karena dibatasi. Atau mungkin ada orang-orang
bermasalah, itu kita kenali.
Nah,
itu salah satu contoh, rencana kontijensi yang paling ringan sekalipun kita
antisipasi. Juga misalnya VVIP lagi jalan tahu-tahu bannya meletus. Itu juga
diantisipasi. Apalagi yang lebih tinggi.
Jangankan itu. VVIP sakit perut, dibawa kemana, itu juga diantisipasi.
Bagaimana dengan
antisipasi aksi demonstrasi?
Tentu
saja itu otomatis dilakukan dari bagian kepolisian. Kepolisian sekarang berada
di bawah kendali komando pengamanan gabungan APEC 2013, bersama dengan TNI
Angkatan Darat, Laut dan Udara.
Apakah ada
pemberitahuan aksi demonstrasi selama KTT APEC 2013?
Belum
ada yang melapor. Andaikan ada, tentunya kita tanya dimana. Kalau ternyata itu
mengganggu perjalanan para kepala pemerintahan,
pasti tidak diberi izin. Tapi tentu tidak dilarang. Nanti pihak
kepolisian punya teknis tersendiri.
Kalau
TNI Angkatan Darat tugasnya melakukan pembinaan territorial. Jadi sistem
senjata sosial itu kita utamakan. Memang ada kapal perang dan sebagainya tapi
itu langkah terakhir. Yang kita utamakan
bagaimana memberikan efek deterrence.
Sampai kapan
pengamanan ketat ini diberlakukan di Nusa Dua?
Saat ini baru pada tahapan cipta kondisi, maka
sistem yang saya gunakan adalah sistem senjata sosial. Apa yang kita lakukan
sangat persuasif. Kalau sistem senjata sosial berhasil, tidak akan ada
penggunaan alat utama senjata. (NATALIA
SANTI)