31 July 2013 | 13:03
Sahabat kompasioner, berita
tentang pencurian minyak mentah milik Pertamina di daerah Sumatra Selatan,
beberapa hari terakhir menghiasi bahasan beberapa media masa. Pencurian
sepertinya dilakukan oleh masyarakat setempat dengan dikoordinasikan oleh
sebuah sindikat besar dan dicurigai adanya keterlibatan aparat.
Bahkan menurut Direktur Utama
Pertamina, Karen Agustiawan pada Merdeka.com, 29 Juli 2013, Pertamina sudah
secara resmi melaporkan kasus pencurian tersebut secara tertulis kepada
presiden RI, dan Karen merasa kecewa atas penanganan Polri yang dianggap sangat
lambat.
Pertamina seperti kehabisan akal
dan daya, tingkat pencurian minyak mentah di daerah Sumatra Selatan sudah di
luar batas kewajaran. Berbagai upaya kerjasama dengan instansi terkait di
daerah Sumatra Selatan nampaknya tidak membawa hasil. Bahkan dari waktu ke
waktu jumlah pencurian semakin besar dan pada akhirnya Direktur Utama
Pertamina, memutuskan untuk menutup pemompaan minyak mentah dari Tampina di
perbatasan Jambi ke Plaju Palembang sejak 24 Juli 2013 yang lalu.
Pertamina pun kemudian dikabarkan
oleh media TVONE pada 30 Juli 2013 telah meminta bantuan Kepala Staf TNI
Angkatan Darat untuk melakukan tindakan penertiban kegiatan pencurian minyak di
daerah Musi Banyu Asin (Muba) yang merugikan Pertamina dalam jumlah cukup
besar.
Modus Operandi Pencurian Minyak
Mentah
Pelaksana Satuan Kerja Khusus
Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Sumatra Bagian Selatan, Setia
Budi pada tanggal 25 Juli 2013 pada Tempo.co mengatakan bahwa modus operandi
pencurian minyak sangat sederhana. Para pencuri melakukan aksinya dengan cara
melubangi pipa penyaluran minyak mentah Pertamina yang mengalirkan minyak
mentah dari daerah Tampina di perbatasan Jambi, untuk disalurkan ke Plaju di
Palembang, Sumatra Selatan. Jadi lokasi pencurian dapat terjadi antara Tampina
sampai Plaju dan sampai sekarang belum dapat terdeteksi ada berapa tempat
lokasi tempat pencurian minyak mentah tersebut.
Pipa penyaluran minyak sendiri
keberadaannya ditanam dalam tanah dengan kedalaman antara satu sampai dengan
satu setengah meter, sehingga seharusnya cukup aman dari upaya pencurian. Pipa
yang telah dilubangi kemudian diberi kran dan minyak disalurkan ke bak
penampung atau langsung dialirkan dalam truck tangki yang akan mengangkutnya ke
pelabuhan di daerah Palembang.
Dari Palembang, minyak mentah
tersebut untuk selanjutnya akan di jual kepada sindikat diluar negeri dan
berdasarkan pengakuan dari beberapa pencuri minyak yang tertangkap oleh aparat
kepolisian pada bulan Januari 2013, mereka menyatakan bahwa minyak tersebut
akan dijual ke Korea Selatan.
Kegiatan pencurian minyak mentah
ini menurut Budi tidak menutup kemungkinan adanya keterlibatan aparat keamanan
setempat. Namun Budi tidak mau menyebutkan nama instansi yang diduga terlibat
dalam kasus pencurian minyak mentah tersebut.
Sesuai laporan Tribunenews.com
pada 10 Juli 2013, mengutip pemberitaan dari SKK Migas Sumbagsel, disampaikan
bahwa jumlah minyak mentah yang dicuri dari Pertamina antara bulan Januari 2013
sampai dengan April 2013 adalah sebesar 116.853 barel minyak mentah, dan jumlah
tersebut naik 21% bila dibanding pada periode yang sama tahun 2012.
Bila 1 barel kurang lebih sama
dengan 159 liter, maka jumlah minyak mentah Pertamina yang dicuri tersebut
setara dengan kurang lebih 18.579.627 liter. Kalau jumlah tersebut harus
diangkut dengan mobil tangki minyak berkapasitas 5.000 liter, maka untuk
mengangkut minyak curian tersebut diperlukan mobil tangki sebanyak 3.716 buah.
Bila jumlah tersebut dilakukan dalam waktu 4 bulan atau 120 hari pencurian,
maka dalam setiap harinya
diperlukan kurang lebih 31 mobil
tangki. Jumlah yang sangat mudah untuk dideteksi keberadaannya, baik di jalan
raya atau dipelabuhan Palembang.
Kalau harga minyak mentah per
barel diposisikan sebesar USD 100 dan kurs per 1 USD adalah Rp 10 ribu, maka
kerugian Pertamina dalam periode 4 bulan adalah kurang lebih sebesar Rp 116
Miliar atau kurang lebih Rp 348 Miliar per tahun. Jumlah pencurian yang luar
biasa besar dan sangat fantastik. Kalau kegiatan pencurian sudah terjadi ber
tahun-tahun yang lalu, dapat dihitung berapa triliun rupiah kerugian Pertamina
sampai dengan saat ini.
Kemungkinan Keterlibatan Oknum
TNI AD atau Satuan TNI AD
Sahabat kompasioner, menyimak
pemberitaan dan penjelasan dari Pertamina sebagaimana di laporkan di atas,
nampaknya upaya Pertamina untuk melakukan upaya pencegahan dan penertiban sudah
mengalami jalan buntu. Lapor ke Kapolda Sumatra Selatan sudah, ke TNI setempat
juga sudah dilakukan, kepada Kepala Polri RI (Kapolri) pun sudah dilakukan,
namun ternyata tidak membawa hasil yang optimal, apalagi maksimal, menghentikan
pencurian.
Akhirnya ditempuh jalan yang luar
biasa, yaitu meminta bantuan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) untuk
mengungkap kasus pencurian tersebut sekaligus mengamankan jalur minyak
Pertamina, yang seharusnya lebih cocok diserahkan kepada aparat kepolisian. Nampaknya
Pertamina sudah kehabisan akal, mau kemana lagi harus bertindak. Saya yakin
Direksi Pertamina sudah melaporkan hal tersebut kepada Menteri BUMN ataupun
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan kedua menteri tersebut
tentunya juga sudah berkoordinasi dengan Kapolri atau melapor ke atasannya,
yaitu presiden atau wakil presiden.
Saya kurang tahu, apakah
pendekatan kepada KSAD tersebut atas arahan presiden atau inisiatif pribadi
direksi Pertamina. Nampaknya kasus pencurian minyak mentah di Sumatra Selatan
ini sangat krusial, dan kemungkinan besar melibatkan oknum aparat kepolisian
atau juga oknum aparat TNI AD sendiri. Pada keadaan demikian, aparat kepolisian
di tingkat polres atau polda merasa tidak mempunyai kemampuan untuk
menyelesaikannya, karena kemungkinan adanya keterlibatan oknum aparat kepolisian sendiri atau oknum TNI AD. Hal
yang mungkin dikawatirkan adalah adanya kemungkinan keterlibatan kesatuan TNI
AD tertentu yang cukup disegani, sebagaimana pernah terjadi pada kasus
cebongan.
Bila keadaannya memang benar
demikian, maka yang dapat menyelesaikan ya harus TNI AD sendiri, sehingga
presiden pun meminta Pertamina untuk menyelesaikannya dengan TNI AD.
Kalau ternyata TNI AD juga tidak
mampu menyelesaikan atau menghentikan kegiatan pencurian minyak mentah milik
Pertamina ini, maka bisa saja Pertamina akan menghentikan pemompaan minyak dari
Tampi ke Plaju untuk selamanya. Toh sumur minyak di Tampina yang saat ini di
kilang adalah sumur-sumur tua peninggalan Belanda yang sebetulnya sudah kurang
produktif.
Namun kondisi ini tentunya akan
menjadi berita yang aneh dan menggelikan karena ternyata semua aparat
pemerintah tidak mampu mengatasi tindak pencurian di rumah sendiri, di dalam
negeri yang kalau mau ditelisik sebetulnya sangat mudah mencegahnya. Kalau kita
membaca kembali berita dan foto-foto di tempat kejadian pencurian minyak pada
bulan
Januari 2013 yang lalu, nampak
bahwa pelaksanaan kegiatan pencurian minyak mentah ini tidak dilaksanakan
secara sembunyi-sembunyi pada malam hari. Pencurian dilaksanakan secara terang
benderang pada siang hari, atau mungkin sepanjang siang dan malam hari. Tidak
hanya melibatkan satu atau sepuluh orang, tetapi sudah melibatkan puluhan atau
mungkin ratusan orang.
Demikian juga dengan tata cara
pengiriman minyak mentahnya, tidak sembunyi-sembunyi, tetapi menggunakan jalan
raya menuju kota Palembang yang terbuka untuk umum. Jadi semuanya terang
benderang, tidak ada yang ditutup-tutupi, semuanya terbuka lebar. Namun, ya
itulah, pencurian yang memberikan nikmat kepada masyarakat, aparat dan kesatuan
memang agak sulit diberantas, atau mungkin ada keengganan untuk memberantasnya,
sehingga Pertamina cuma bisa geleng-geleng kepala sendiri, seperti mati
langkah.
Kapan Indonesia Bebas Oknum
Sahabat kompasioner, kasus-kasus
pencurian dalam skala besar atau tindak penyimpangan besar, seperti korupsi,
illegal logging, illegal tapping, penyelundupan dan lainnya, nampaknya selalu
melibatkan pihak aparat, atau tepatnya oknum aparat dan oknum wakil rakyat.
Beberapa waktu yang lalu di Papua
telah ditangkap seorang oknum aparat kepolisian berpangkat perwira pertama yang
ternyata telah menjadi otak tindak illegal logging dan juga penyelundupan
minyak bersubsidi, sehingga ditengarai yang bersangkutan memiliki uang tabungan
sampai triliunan rupiah.
Dalam tahun 2013 kita juga
mengikuti persidangan seorang jendral polisi yang didakwa melakukan tindak
korupsi dalam proses pengadaan alat uji atau stimulator untuk pengambilan surat
ijin mengemudi (SIM) sehingga negara dirugikan ratusan miliar.
Beberapa tahun yang lalu, juga
banyak ditengarai beberapa oknum kepolisian berpangkat jendral memiliki
rekening gendut sampai berpuluh-puluh miliar dan sebagian diantaranya dicurigai
karena membackingi tindakan illegal logging.
Dan yang sangat menyedihkan dan
mengecewakan adalah ditetapkannya puluhan atau mungkin jumlahnya telah mencapai
ratusan pimpinan daerah, mulai dari gubernur, bupati atau walikota serta
beberapa anggota parlemen RI sebagai terdakwa kasus korupsi. Jumlah korupsinya
mulai dari puluhan miliar sampai mencapai ratusan miliar dengan berbagai modus operandi.
Sebagian dari mereka sudah ditahan dan sebagian lagi sudah diputus oleh
pengadilan dan dinyatakan bersalah, sehingga harus meringkuk di penjara.
Yang lebih mengenaskan adalah
banyaknya oknum yang bersinggungan dengan masalah hukum sendiri, yang
seharusnya bertugas menegakkan hukum yaitu jaksa, hakim dan bahkan hakim agung
juga tersangkut dengan tindak pidana, yaitu menerima suap dari pihak-pihak yang
berperkara
Kapan Indonesia akan bersih dari
tindakan oknum yang mencoreng keadilan dan melukai hati rakyat? Apakah karena
moral aparat yang memang kurang baik atau sistemnya yang kurang bagus sehingga
harus dibenahi?
Sepertinya, untuk kasus di
Indonesia, walaupun sistimnya akan dibenahi, aparat atau wakil rakyatnya juga
diganti, tindakan para oknum aparat atau oknum wakil rakyat ini akan terus
berjalan, selama hukum belum menjadi panglima di negeri tercinta ini.
Sahabat kompasioner, Semoga saja
di tahun 2014 mampu muncul pemimpin baru yang mau dan mampu membawa negara
Indonesia lebih adil, lebih damai, lebih makmur, dengan selalu mengedepankan
hukum dalam semua gerak langkahnya. Salam damai……… Sumber: www.kompasiana.com