PERSAINGAN
produksi senjata-senjata canggih di dunia tidak pernah berhenti. Selain Amerika
Serikat (AS), Rusia juga salah satu produsen senjata canggih di dunia ini.
Salah satu
alutsista yang paling diminati adalah helikopter serbu AS, misalnya, memiliki
AH-64D Apache yang terkenal sangat canggih. Namun Rusia tidak kalah dengan
membuat helikopter Mi 35 yang sangat canggih pula.
Dengan kocek yang
dikeluarkan sebesar 56,1 juta dolar atau setara dengan Rp64,5 miliar, TNI AD
kini telah memiliki lima Helikopter tersebut sejak tahun 2010 yang bermarkas di
Skadron 31/Serbu Pusat Penerbangan TNI-AD.
Berdasarkan
beberapa literatur helikopter militer, Mi 35 memiliiki kesamaan fungsi dengan
jenis AH-1 Cobra, UH-60 Black Hawk. AH-64 Apache ataupun A129 Mangusta, dan
Kaman Ka-50 Alligator buatan Rusia. Helikopter ini disebut-sebut mampu
menyaingi helikopter AS AH-64D Apache. Perbedaannya Mi 35 lebih besar
dibandingkan Apache, dan bisa mengangkut personel sebanyak delapan orang.
Selain itu, Mi 35 sering disebut helikopter multi purpose yang difungsikan
dalam berbagai keadaan dan keperluan.
Mi-35 P
merupakan helikopter bermesin ganda yang ditujukan untuk memberikan dukungan
bagi tentara darat dari jarak dekat, menghancurkan kendaraan lapis baja, serta
sebagai alat transportasi pasukan atau barang. Dengan kata lain, helikopter ini
merupakan alat tempur pasukan infantri yang terbang.
Oleh pilot Soviet
yang berbahasa Rusia, Mi-35P dijuluki letayushiy tank atau "tank
terbang". Konon tubuh dan kanopi kacanya mampu menahan tembakan hingga
kaliber 20 milimeter dari jarak cukup dekat. Nama lainnya adalah buaya karena
kemiripan bentuk. Karakteristik lainnya adalah kabin barang dan kokpit
terhubung dengan ukuran panjang 2,83 meter, lebar 1,46 meter dan tinggi 1,2 meter
sehingga mampu mengangkut delapan tentara yang dapat menembakkan senjata
mereka dari jendela samping yang dapat dibuka.
Jumlah baling-baling
atas helikopter itu berjumlah lima dengan panjang 17,3 meter sedangkan
baling-baling ekor berjumlah tiga dengan panjang 3,9 meter. Panjang sayap
adalah 6,5 meter. Helikopter itu dapat terbang hingga kecepatan 335 kilometer
per jam dengan jumlah kebutuhan bahan bakar 360 liter avtur per jam. Bobot di
darat helikopter tersebut tanpa muatan adalah 8,5 ton dan mampu membawa
delapan tentara ditambah senjata eksternal berbobot 1,5 ton.
Rusia mengekspor
beberapa varian helikopter Mi-35 ke sejumlah negara selain Indonesia,
diantaranya adalah Republik Ceko yang memesan 10 helikopter pada 2005-200.
Venezuela juga memesan 10 Mi 35M pada 2006, serta Brazil yang memesan 12
helikopter Mi-35M pada 2008. Varian helikopter Mi-35 tersebut banyak dipakai di
Afghanistan sejak perang 2001 dan biasanya terbang membawa 1.470 peluru, 128
roket dan dua rudal anti tank. Jadi bisa dibayangkan bobot maksimal helikopter
serang yang mampu pula membawa enam personel itu.
Model awal dari
helikopter Mi-35P adalah jenis Mi-24, bisa dibilang model paling mudah untuk
dikonversi menjadi model-model lain lebih letal. Dari tipe inilah lalu lahir
tipe Mi-35P yang pertama muncul perdana di muka umum pada peresmian
batalion-batalion infantri raiders di Jakarta pada 2004.
Untuk
kepentingan Indonesia, Mil Mi-35P itu dimodifikasi dengan menambahkan senjata
mesin fleksibel berkaliber 12,7 mm dan senjata laras ganda dengan kaliber
30mm. Bersanding di antara dua NAS-332 Super Puma, jelas kemampuan helikopter
berkursi duduk ganda model tandem itu bertambah-tambah. Helikopter tersebut
juga dilengkapi dengan sistem AT-6 tank anti rudal yang berguna dalam operasi
kontra kendaraan lapis baja. Masih ada dudukan meriam dan sistem tembak untuk
target udara yang bergerak lambat; yang semuanya demi mendukung transportasi
pasukan.
Baik Apache
maupun Mi 35 dirancang untuk segala medan pertempuran. Sejauh ini TNI sudah
memiliki Mi 35 dan direncanakan akan membeli Apache. Kedua heli ini diharapkan
mampu menjalankan fungsinya di medan operasi nanti. (han/dari berbagai sumber),
Sumber Koran: Pelita (28 Agustus 2013/Rabu, Hal. 17)